Malang kota indah sejuk nyaman
Bagai bunga di atas taman
Banyak dikunjungi wisatawan
Sungguh menarik perhatian
Lirik di atas adalah lirik yang biasa kami nyanyikan waktu acara pramuka di sekolah semasa SD dan SMP dulu. Well, Malang kini mulai berbeda dengan Malang yang aku tinggalkan tahun 1997 lalu. Dari kota teduh beranjak menjadi kota “gerah”.
Kenapa “gerah” ?
Karena banyaknya “rukonisasi” serta “mallisasi” melanda kota tercinta ini. Seperti kota-kota besar lainnya, Kota Malang tampaknya lebih dikembangkan menjadi pusat bisnis, perdagangan, dan perumahan mewah. Setiap jengkal tanah memiliki nilai ekonomi tinggi dan komersial. Malang kini menjadi kota seribu ruko seperti halnya Denpasar atau Makassar.
Tahun 1997, mall yang ada di Malang baru Mitra II, Dieng, Sarinah, Ramayana/Alun-alun Mal (dulunya penjara wanita), Matahari (dulunya total adalah pasar tradisional yang dimodernisasikan), kemudian kompleks mall Mitra I, Gajahmada, Malang Plaza.
Setelah itu kemudian berdiri Plaza ArayaPlaza Araya di perumahan Blimbing Indah, deket Terminal Arjosari. Satu kali naik angkot kalo dari rumah Ortu di seputaran Karanglo Indah.Pas mudik lebaran awal November kemarin, Malang udah punya Malang Town Square dengan akronim MaToS. Seperti halnya Citos ataupun Plangi di Jakarta, Matos juga biang macet yang parah. Letaknya yang bisa dibilang ditengah-tengah lingkungan sekolah mulai dari madrasah, SMP, SMU, Kampus kok kayanya malah mengajarkan para siswa dan mahasiswa itu untuk sering-sering nge-mall bukannya belajar. Ekskul-nya jangan-jangan window shopping. Padahal kalo menurut tata kota, daerah veteran situ diperuntukkan untuk pendidikan.
Waktu baca di harian lokal, banyak respon kalo walikota sekarang ini emang mencla-mencle. Seperti kebanyakan pejabat daerah lain, studi banding ke luar negeri hanya untuk plesiran, bukan studi untuk meningkatkan kesejahteraan kota, merapikan tata kota. Malah bikin berantakan.
Dan kini Malang berencana membangun Alun-Alun Junction (AAJ) yang berlokasi di bawah tanah alun-alun Merdeka Malang. Ancur deh. Pagar Masjid Agung serta Gereja di sampingnya kemarin penuh poster “Say No to Alun-alun Junction”. Ruko yang ada sekarang saja masih tidak maksimal, malah banyak yang kosong.
Bukannya ngurusin kanal biar Malang ga meniru Jakarta kalo musim hujan datang. Bila terjadi hujan lebat selama satu jam, sudah dapat dipastikan terjadi genangan air tidak wajar melebihi batas normal alias banjir. Kota Malang, merupakan daerah dataran tinggi, di lereng gunung. Aliran sungaipun langsung menuju laut di selatan. Jadi, logikanya tidak mungkin terjadi banjir dong.
Sama seperti Matos, AAJ ini juga melanggar tata kota. Dahulu kala (ciyeh), pusat perbelanjaan dulu terpusat di kawasan Kayutangan sampai PBM (pasar besar Malang). Seiring munculnya keramaian di kawasan itu, kemudian ada permintaan pusat perbelanjaan jangan dipusatkan di kawasan itu, tetapi merata di semua kawasan di Kota Malang. Di Blimbing ada, di Dieng ada, di Arjosari ada, di Batu ada. Nah kalo AAJ dipaksain, berarti merusak tata kota lagi yang semestinya ga boleh ada pusat perbelanjaan lagi di daerah kayutangan-PBM.
AAJ juga bakal mengganggu kelancaran beribadah umat beragama. Di seputar alun-alun yang eksis sejak tahun 1882 terdapat beberapa tempat peribadatan. Ada Masjid Jami’ yang bersebelahan dengan gereja berarsitektur kolonial Belanda yang walau nampak tua dimakan usia tapi masih tetap indah. Kalo foto depan situ berasa foto di eropa deh. Kemudian ada katedral di depan toko Oen yg juga bergaya kolonial.
Dari sudut pandang ekosistem, AAJ juga merupakan ancaman. Alun-alun kota berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Fungsinya sebagai konservasi lingkungan. Pembangunan mal di alun-alun akan merusak ekosistem dan menyebabkan ancaman banjir. Ruang terbuka hijau di Kota Malang saat ini menyisakan tidak kurang dari 4% lahan dari komposisi ideal 40%.Belum lagi akan hilangnya populasi burung (sepertinya gelatik) yang jadi penghuni pohon-pohon beringin di setiap pojok alun-alun itu.
Mending membangun science center gitu, biar ga cuman di Jakarta dan ITB doang adanya.
Atau memperbaiki sarana pariwisata khususnya di daerah Malang Selatan yang masih minim. Perlu banyak di explorasi lagi tuh, padahal masih banyak obyek-obyek alam yang berpotensi di sana. Kalo pingin jadi kota wisata belanja seperti Singapore, mestinya tata kota dan prasarananya di benahin dulu. Jangan jumlah mallnya yang ditambah, letaknya berantakan, lalu lintasnya pun semakin kusut.
Malang yang dulu meninggalkan kesan mendalam buat pengunjungnya, kota tenang, dingin, indah, segar, rapi. Kini segar masih lumayan, adem masih lumayan, rapi ? semrawut iya. Berisik pula. Bahkan Batu pun dah mulai amburadul.
Sudah makan ?
Kalimat di atas akan kalian temukan di setiap brosur pariwisata Singapura. Mulai selebaran hingga travel book. Sebenarnya kalimat serupa juga berlaku di Malang. Wahai pak walikota Peni S (untung masih ada spasi :P), belajarlah mengelola pariwisata dan tata kota dari Singapore. Jangan cuman ngeliat mal nya.
Kalo mo kaya Singapore, versi minimalis dulu …
Orchard, mal.
Malang dah punya mulai dari Blimbing sampe PBM + Dieng, Ijen, Kawi. Dah kebanyakan. Cuman packagingnya emang beda jauh. Ga punya pedestarian lebar kaya di sono.
Chinatown, Little India ?
Ada tapi balik ke masalah packaging. Mestinya kampung Arab atau etnis tradional lain bisa lebih dibangun. Re-package biar lebih komersil dengan menonjolkan ke-khasan etnis masing-masing.
Akomodasi ?
Bandara ada, 1x flight daily dari Jakarta. 1,5 jam perjalanan darat dari Surabaya. Tinggal tempat nginap yang mungkin kurang (kecuali di Batu). Mestinya ada semacam Jl. Jaksa kalo di Jkt atau Prawirotaman/Sosrowijayan kalo di Yogya.
Science Park. Minus berat
Tranportasi ?
Masih berantakan. Cuman ada mikrolet ama taksi borongan (abis ada argopun ga mo dipake, mintanya borongan mulu)
Education ?
Banyak dan cukup bermutu. Malang kan juga Kota Pelajar. Tinggal perbaiki kualitas pengajaran mulai kurikulum, prasarana sampe SDM nya.
Sentosa ?
Ada juga pulau Sempu :P Tapi wisata pantai selatan kalo becus packagingnya bisa saingan ama Bali. Biar tujuan wisata Indonesia ga cuman Bali doang yang terkenal.
Zoo, Botanical Garden, Bird Park ?
Untuk Zoo ma Safari, Jatim Park bolehlah. Kalo Botanical Garden ma Bird Park ga tau deh. Sebelum kampus AAP di Tanjung dituker guling ga jelas sehingga jadi perumahan mewah, kawasan ini terdapat hutan heterogen, kebun kopi, kakao, sawit, ladang jagung, hamparan sawah, hingga lapangan rumput terbuka, plus menjadi tempat tumbuh sedikitnya 128 spesies tanaman beberapa di antaranya belum teridentifikasi, serta tempat hidup habitat bagi 36 spesies burung langka.
Food
You know what ? Malang is blessed with many awesome restaurants and heaps of western ones too.
- Bakso Kota Cak Man, corner of Jl. Ciliwung triangle. (take AG, GA, ADL, AL, AD). You have to try it, and you’re 100% visited Malang. Be patient with the queue :) Rp.5000 for standard, Rp. 6000 for campur (standard+jerohan ..ih)
- Padi, Amsterdam, Iki (Japanese) and Chopstik (Vietnamese) and a Taiwanese restaurant are all in the same stretch on Jl. Pahlawan Trip. (take ADL going towards UnMuh, get off opposite the big orange church on Jl. Ijen and walk up the road opposite the church). Padi has the best cannelloni in the world!
- Tugu – great pizza, ice cream
- Bunga Bali – Jl. Bromo
- Cwi Mie – Jl. Kawi Atas. Dapat dimakan dengan mangkoknya sekalian. Slogan di atas sempat membuat wajah cakep yayangku tercinta terheran-heran. Tapi kemudian gembulnya keluar krn rasa cwi-mienya yang wah. Ck ck ck ck
- Legong Bali – opposite Dieng Plaza
- Malibu Steak and Pizza – Jl. Kawi Atas, on the way to Dieng
- Fish place (don’t know the name sorry) on Jl. Galunggang
- Istana Dieng – Japanese, Steak House, CafĂ©
- Sate – on the corner of the bundaran at the end of Jl. Ijen
- UndCorner – Jl. Ijen
- For cheap food go to the stretch of warung opposite the train station – Jl. Trunojoyo
- Just up from Prima Net – on the way to Gramedia – there’s a corner of awesome cheap warungs – and roti bakar bandung Good pengamen there too!
- Toko Oen – across the road from Sarinah
- Rujak Manis – dekat the stadion – just off Jl. Semeru
- Pizza Hut – go there for the salad – Jl. Semeru
- Pulosari – thousands of cheap enak warungs, esp nasi goring ati – Jl. Kawi Atas
- Dapur 33 – up in Blimbing…try the zupa-zupa
- Wong Solo – on the road that runs b/w Jl. Semeru and Jl. Kawi – turn left off Jl. Semeru at the bundaran just b4 Pizza Hut
And still many more. Couldn’t go anywhere due to rain last week in Malang :( Didn’t get Bakso Cak Man also …. huaaaaaaa
Yah, kembali cuman bisa menghela nafas kalo ngomongin Pemkot. Mestinya bisa mengayomi rakyat banyak, membuat kota nyaman dihuni. Tapi ternyata yang di ayomi cuman rakyat “bermodal kuat”. Palagi kalo dana dan upeti mengalir lancar. Lancar pula lah proyek yang bersangkutan. EGP mo nyalahin tata kota, ekosistem, ibadah dan lain-lain. Kasus-kasus tukar guling ga jelas n ga transparanpun menggerogoti kotaku tercinta ini. Tanah milik negara yang semula berfungsi sebagai daerah strategis lahan resapan, hutan kota, kantor pemerintahan, dan pengembangan ilmu pengetahuan telah berubah fungsi peruntukan menjadi areal perumahan mewah, pertokoan, mal, hotel, dan restoran fast food.