Malang, 13 Mei 2006

Setelah dari acara “Ngunduh Mantu”-nya Tono, saya meneruskan dengan acara sendiri. Menjelajahi pusat kota Malang. Yah pas lebaran kemarin ga sempat jalan-jalan karena hujan nyari turun tiap hari. Tujuan pertama yah alun-alun kota Malang. Cukup kaget melihat tampilan Sarinah yang mirip Ghrapari bentuk gedungnya :P Gedung Mitra I juga ada perubahan.
Alun-alun sendiri sepertinya ga ada perubahan. Cuman yang saya perhatikan, “bekupon” (rumah burung) yang beberapa tahun lalu ada dekat air mancur sudah tidak ada. Pohon-pohon penuh bunga juga tidak nampak. Mungkin karena belum musim berbunga yah. Anda juga bisa melihat tontonan topeng monyet yang lumayan kocak (monyetnya).

Weekend. Alun-alun kota ini jadi ajang piknik keluarga sambil menikmati udara kota yang segar. Mungkin setelah itu mereka bisa makan-makan atau berbelanja. Di seberang alun-alun banyak tempat makan yang enak dan ada beberapa pusat perbelanjaan (Mall bahasa gaulnya). Atau mungkin bisa nyobain jagung bakar atau tahu petis yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) di alun-alun. PKL ini menjadi masalah tersendiri. Yah 2 sisi pedang yang sama tajam. Di sini satu mereka tidak seharusnya berjualan di situ karena sudah ada peraturannya sejak dulu. Dan selalu aja harus di razia (tipikal penduduk Indonesia banget yah ?). Di satu sisi, ga tega juga lihat mereka langsung bergegas beresin dangan dan kabur begitu melihat petugas pamong praja mulai berjalan dari arah Kantor Pos Besar masuk ke alun-alun.


Jam 5 lebih dikit, air mancur di tengah alun-alun pun mulai … mancur :P
Yah udara makin tambah seger deh. Anak-anak langsung pada nemplok di pagar pembatas ngelihatin air mancur.


Tak sengaja mendengar pembicaraan mereka, 2 keluarga ini adalah teman lama yang kebetulan bertemu di alun-alun. Keduanya pun sudah mempunyai putra yang lucu-lucu. Nampak 2 junior dari 2 keluarga ini saling “berkenalan”.
“Alo nama caya Anto, nama kamu capa?”
Sore itu diwarnai kejadian yang megharukan juga, Pol PP masuk ke tengah alun-alun dan para pedagang berlarian menjauh, seorang bapak tampak menghampiri mereka. Polisi PP itu pun terhenti. Bapak tadi meminta tolong petugas untuk membantu mencarikan atau memberikan pengumunan anak hilang. Sang bapak tersebut menggandeng seorang bocah cowok yang mungkin berumur 7 atau 8 tahun yang sedang menangis. Rupanya beliau sudah mengitari alun-alun bersama anak itu untuk mencari orang tuanya namun belum ketemu juga. Sang Polisi PP pun dengan ramah membawa anak malang yang terpisah dari orang tuanya itu ke pos. Sementara anggota lain mulai ke pos polisi depan Sarinah untuk membuat pengumunan. Kalo ga salah di sana ada pengeras suara. Sementara ibu-ibu tua pedagang jagung bakar dan tahu petis serta bapak-bapak pedagang balon pindah ke depan parkiran motor dekat pohon beringin seberang Kantor Bupati.

Masjid Jami’ on sunset

This entry was posted in General by nuri. Bookmark the permalink.

About nuri

Hi, i am Nuri. Just another IT guy working on fintech and telco at Jakarta, Indonesia. While tech stuff became my daily breakfast, i also love to travel around the globe and taking photos also. I DJ on my spare time while dealing with any mess my 9 cats made at home :)