Mudik The Series :p Day #1, Lumpur Lapindo

Hehehehehehe, judulnya norak ya ? EGP dah :P
Saya sekedar ingin sharing day-to-day activities ajah selama berpartisipasi dalam ritual mudik nasional di Republik BBM ini dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1427H.
Minggu 22 Oktober, pesawat Garuda Indonesia GA310 membawa saya terbang dari Jakarta menuju Surabaya. Kondisi bandara Cengkareng sepi-sepi saja, berbeda dengan persepsi saya sebelumnya. Sehari sebelumnya, Martono mengingatkan saya untuk tidak telat karena waiting list Garuda sedang gila-gilaan. Pantes ajah dia yang majuin tiket untuk berangkat jam 18.00, akhirnya malah take-off sekitar jam 19.30. Duduk di seat 16 D, sebelah kanan saya ada sepasang suami-istri yang udah sepuh yang sibuk mengulas inflight magazine nya Garuda. Mulai tempat detox eksklusif sampai mo beli Nokia mewa seharga nyaris 8 juta rupiah. Another borju, spending money for fun. Ga habis pikir deh orang-orang kaya gini. Hambur-hamburin duit segitu banyak cuman buat beli barang yang ga ada fitur lebihnya sama sekali selain tongkrongan yang kelihatan mahal doang. Kamera cuman 0.5M pixel n ga 3G pula … :D
Yang lebih sayang lagi duit segitu hanya dihamburkan untuk beli barang aksesoris. Kalo untuk bayarin uang sekolah anak-anak dari kalangan tidak mampu, sudah berapa banyak tuh yang tertolong. Ya udah, akhirnya saya bermain-main sebentar dengan adik kecil yang duduk di deretan depan saya. Adik kecil itu rupanya pingin tahu berita hari ini sehingga narik-narik koran yang saya baca. Jadilah saya tunjukin gambar-gambar karikatur yang ada di sana :D
Setelah itu pasang earphone, nyalain Zen Neeon (kali ini skinnya sapi Indomilk :P) saya pun langsung terlena n terlelap beberapa saat. Terbangun karena adik kecil di depan sedang menangis keras. Rupayanya dia barusan tersedak permen, sehingga punggungnya harus di “gebug-gebug” sang mama supaya tuh permen dapat di muntahkan :( Aduh. Sayang gantungan kunci model miki mos dan donal bebek dari Disney World ketinggalan, jadi ga bisa bantuin nenangin adik kecil itu.
Nah mendekati Surabaya, sepertinya aliran udara di luar mulai berubah cukup drastis. Pesawat jadinya “bumping” membuat orang-orang pada ketakuan. Apalagi yang baru pertama kali terbang hehehehehehehe. Pada nengok ke jendela sebelah kiri semua. Pikir saya kenapa mereka melakukan itu yah? Mungkin karena posisi jendela sebelah kanan menghadap cahaya matahari. Jadi silau begete man :P Dah lah ga penting. Kembali dengerin Zen sambil berdoa (lha?? :P) Nah kan ga ada salahnya berdoa, malah kita harus berdoa setiap saat hihihihihi. Saya pernah mengalami turbulance yang mengerikan beberapa tahun lalu. Flight dari Paris ke Frankfurt, troley makanan sampe “lompat-lompat” menjatuhkan segala isinya ke lantai, sementara pemandangan di luar jendela berhiaskan petir. Seumur hidup baru kali itu saya lihat petir dari jarak yang “cukup dekat” :P
Alhamdulillah, landing di Juanda berjalan mulus. Penumpang senang dan adik kecil itu pun udah bisa ketawa-ketawa ketika dikitikin kakaknya. Surabaya masih seperti biasa. Panas.
Setelah nungguin Aang mengambil tasnya (oh iya, saya mudik bareng si Aang yang ternyata Arema juga), kita keluar ke depan Dunkin Donat untuk nungguin mobil travel. Beberapa menit kemudian, Panther silver dari Lisa Travel datang dan membawa kita ke Malang.
Sepertinya Pak Sopir ini penggemar F1, n ga mo ketinggalan nonton race terakhir Schumy. Jadilah dia ngebut mulu di jalan dengan penuh manufer yang cukup bikin terpental-pental (suspensi nih panther ga nyaman bgt). Ga berapa lama kemudian kami dah masuk pintu tol Sidoarjo. Saya langsung ngeluarin kamera, nyari angle buat motret. Sayang saya duduk di belakang sendiri, jadi rada susah buat motret yang pas.
“Buat postingan di blog, kondisi terakhir lumpur Lapindo”, begitu komentar saya sewaktu Aang nanya :D
Nah berikut ini adalah oleh-oleh dari sebagian (ditekankan lagi, sebagian) area yang menjadi korban ketidak becusan Lapindo.


Karena sopir ngebut di jalanan ancur kaya gini, yang terpotret ga banyak. Salah satunya pantat traktor kuning yang lagi benerin tanggul. Lihatlah longsorn di bagian kanan bawah tuh traktor. Syerem…


Ada desa dan persawahan di daerah ini sebelumnya. Namun kin hanya genangan lumpur yang terhampar di pandangan mata.


So far, perjalanan ke Malang cukup lancar. Jalanan boleh dibilang amat sepi. Sampe di Malang kira-kira jam 3 sore kurang. Malang kok jadi gerah gini, ga sedingin dulu. At least ga sedingin Mei kemarin waktu menghadiri resepsinya Martono. Dah gitu berdebu, dan air tanah mulai menyusut. Untung airnya masih dingin dan suegerrrrrr tenan buat mandi.
Dah dulu mo istirahat. Mandi-mandi menikmati segarnya air dan nunggu waktu berbuka puasa :)

This entry was posted in General by nuri. Bookmark the permalink.

About nuri

Hi, i am Nuri. Just another IT guy working on fintech and telco at Jakarta, Indonesia. While tech stuff became my daily breakfast, i also love to travel around the globe and taking photos also. I DJ on my spare time while dealing with any mess my 9 cats made at home :)

One thought on “Mudik The Series :p Day #1, Lumpur Lapindo

  1. Pingback: Mudik The Series, Season 3 — nuri!123

Comments are closed.