[#31DaysofDecember] Day 4 – Cloud

x100s_20141110085153_7592_xt1

It’s raining season already in Indonesia, so most of the day the sky will be covered by cloud specially here in Jakarta. I don’t have any good cloud photos lately. Well it’s only dark cloud by i think there are some condition we can make nice photos of it. I’ll try to get take the picture later.

Anyway, this is the latest decent cloud photo that i have for this post. Taken from my flight back from Sydney to Jakarta.

[#31DaysofDecember] Day 3 – Something Old

 

paris_x100s_20140916021932_6478

This old vintage typewriter belong to the owner of the apartment where I stayed during my last visit to Paris. She said that this is her family heritage dated back to World War I.

The AEG logo there stand for Allgemeine Elektricitäts Gesellschaft, this company was founded at 1883. And I think that typewriter it self was made between 1920-1930. It’s working though, but i asked her to stop typing because I’m afraid there will be parts falling/broken :) It should be taken care very carefully.

paris_x100s_20140916021951_6479

and this is a rock version remake of vintage song Boys of Summer by Don Henley

[#31DaysofDecember] Day #1, Self Portrait

sydney_20141210050603_7251_xt1

Hmmm, kadang ada satu titik di mana kamu ngerasa kering, kosong.
Your brain is kinda stuck there’s no idea come out
Your plans not working or maybe have no time to do the plans.
You feel like losing your sparks, the light is dimming out

Buat refreshing, saya coba mendisiplinkan diri deh untuk 31 hari ke depan.

Paling ga akan membuat 1 postingan tiap harinya

1 photo, 1 blog post a day :)

Di postingan terakhir instagram, saya ngasih caption lirik lagu Sky Full of Stars nya Coldplay yang saya plesetin dikit sesuai fotonya :) Nah berikut ini video klip lagu tersebut.

Paris Two Face Part #1

Paris The City of Light, The City of Love, The Capital of Romance and Art. Nice, isn’t it? That’s the Sunny face of Paris :P

There are many things you can do in Paris. It’s a big city divide into 20 administrative districts (“arrondissements”). The number of the arrondissement is indicated by the last two digits in most Parisian postal codes (75001 up to 75020). If you see the map carefully, you’ll find that those 20 arrondissements are arranged in the form of a clockwise spiral.

arrondissements

Arrondissements of Paris

To make it short, tourist most visited landmarks in Paris are usually at

  • 1st Arr = Da Vinci Code started in this district :P This is the ultimate Paris must-see spots; you’ve got the Tuileries, Pont des Art, Place de Vendôme, Rue de Rivoli, Place de la Concorde and of course the great Louvre.
  • 4th Arr = Centre Georges Pampidou & Cathedral Notre Dame de Paris
  • 5th Arr = Pantheon, Quarter Latin
  • 7th Arr = Romantic. You have Eiffel Tower, Invalides, fancy and rather expensive French restaurant but no clubs). This is a very very safe area because all the embassies seem to be there.
  • 8th Arr = Sightseeing + shopping + party. Champs-Elysées, Arc de Triomphe, shopping centres, branded boutique, fancy lounges and clubs.
  • Between 9th and 18th you have Montmartre area, Sacre Coeur, then the famous Moulin Rouge (you do know that rouge = red, right?) and Pigale area.

I wont be strolling around Pigalle specially at night, but i do love Montmartre. In fact, I’ve spent almost a whole day just strolling around this area. It’s classic, it’s full of cultural sightseeing, it’s the place where great artist were gathered.

Take a look at Place du Tertre where Picasso, Vlamenck, Derain, Soutine, Modigliani, Van Gogh and countless others lived and worked in these narrow streets.

You could see the architecture of Basilica of the Sacré Cœur or Musée de Montmartre is in the house where the painter Maurice Utrillo lived and worked in a second-floor studio.

Last but not least, it’s my best spot to find souvenirs with good price and lot of options :)

Where do I stay?

I was staying at 11th Arrondissement, between Belleville and Couronnes Metro. It’s not a tourist area, colourful, multi-ethnic neighbourhood. Lucky me, I stay within the Moslem society, so it’s easy to find or asking for halal food. Yayyyyy \^_^/. There’s even a mosque (but don’t expect it to be a typical mosque in Indonesia).

Rue de La Fontain Au Roi

Rue de La Fontain Au Roi

market

market

i wont run out of food :P

i wont run out of food :P

or place to have coffee and watching people passing by

or place to have coffee and watching people passing by

 

(Traveling) Kyoto – Teramachi & Nishiki Market

Ramalan cuaca di Jepang itu menjadi suatu hal yang menyenangkan tapi sekaligus menyebalkan.

Menyenangkan karena ramalannya akurat, paling ga selama seminggu kami di sana. Kalo disebutkan suhu udara antara 2-11 derajat, maka kisarannya ya sekian. Kalo dibilang hari itu akan bersalju, ya saljunya turun beneran.

Menyebalkan juga karena ramalannya akurat. Hari terakhir kami di Kyoto ramalan cuacanya adalah hujan. Dan hujannya beneran terjadi, mulai jam 2 pagi sampai jam 8-9 malam ga berhenti. Great. Berantakan deh itenerary hari itu.

Acara mengunjungi beberapa kuil termasuk imperial palace terpaksa dibatalkan. Karena percuma saja atau setidaknya tidak akan maksimal karena banyakan spotnya kan outdoor seperti Zen Garden, arsitektur bangunan dan sejenisnya.

Kyoto seminggu ini dah dingin, sekarang ditambah hujan seharian pula. Bakal berabe nih kalo kepala sampe keguyur hujan lumayan lama. Akhirnya kami meutuskan untuk mengunjungi Kyoto Handicraft Center serta blusukan di Nishiki Market dan sekitarnya saja. Melihat rute awal sih spot terdekat adalah Nishiki, jadi kami mengambil bis ke arah Shijo-Kawaramachi.

Alih-alih menemukan Nishiki Market (mengikuti saran Google Maps), kami jadinya malah blusukan di Teramachi dan Shin Kyogoku.

Jadi, shopping center-nya Kyoto itu ada di seputaran Shijo-Kawaramachi street. Di sana kamu bakal nemu berbagai macam toko termasuk mall gede seperti Takasihimaya, Marui atau departemen store kaya Daimaru. Merek-merek fashion ternama juga punya butik di daerah ini.

Nah Teramachi dan Shin Kyogoku adalah 2 lorong berdampingan. Aslinya sih pedestarian jalan yang panjang dan beratap ala pasar baru. Kalian bisa menemukan berbagai macam toko mulai jual baju hingga doujin. Restoran dengan menu eropa maupun menu Jepang. Toko suvenir juga banyak terdapat di sini lho, jadi Kyoto Handicraft Center langsung kami coret dari daftar :) Ternyata, Nishiki Market itu adalah sebuah gang yang terdapat di antara kedua jalan ini.

Nishiki menjadi unik karena di sepanjang lorongnya kamu hanya akan menemukan kios-kios bahan makanan (khususnya yang tradisional Jepang). Ga heran kalo Nishiki dijuluki sebagai “Kyoto’s Kitchen”. Gangnya sempit dan selalu ramai pengunjung. Kamu bisa icip-icip juga di sini karena banyak juga kios yang menyediakan sample atau menjual makanan panggang yang bisa dinikmati sambil jalan-jalan. Selain itu, Nishiki Market ini umurnya juga sudah sekian abad (kira-kira mulai sekitar abad 13) dan sampai sekarang masih menjadi pasar yang penting bagi Kyoto.

Karena lapar, kami coba makan siang di seputaran sini. Pilihan jatuh ke restoran yakisoba bernama Mr. Young Men. Harganya sih terjangkau, sekitar JPY 700 untuk satu paket yakisoba + okonomiyaki. Tapi dari sisi rasa, ini masakan Jepang di rating terbawah yang saya rasakan seminggu ini. Masih enakan gyudon di pengkolan dekat hostel. Dan okonomiyakinya kalah jauh dibanding Issen Yoshoku. Tapi tempatnya sih nyaman dan stafnya cukup friedly ^_^ Although they have tripadvisory sticket, i just cant order anything else coz they’ve got pork in the menu :(

Menjelang sore, pas iseng-iseng buka facebook ternyata ada koleha yang ingin nitip gitar via Facebook Messenger. OK, gitar yah? No problem. Sayangnya orang-orang kalo mo nitip itu selalu bertele-tele dan waktunya mepet. Jadi kalau kalian nitip sesuatu ke teman ada baiknya semua informasi yang diperlukan itu sudah kalian kumpulkan. Barangnya apa sampai merek dan tipenya, tokonya di mana dan harganya berapa. Yang saya dapat setelah tek-tokan beberapa kali hanyalah gitar klasik Matsuoka M75.

Untungnya beberapa malam sebelumnya sewaktu kelayapan di Kawaramachi saya sempat melihat ada toko musik. Sialnya waktu kami samperin kesana, saya disorientasi dan tidak menemukan toko tersebut. Hehehehe, memanfaatkan teknologi (ingat pocket LTE router yang saya sewa di postingan sebelumnya) saya dapat menemukan toko musik lainnya yang jauh lebih gede dan lebih lengkap. Sayang lokasinya agak jauh dari halte bus. Jadilah ditengah hujan kami jalan kaki nyamperin toko musik bernama Watanabe itu.

Toko Musik Watanabe, KYOTO

Toko Musik Watanabe, KYOTO

Satu lagi, you have my number so just call me or sms/whatsapp/line me. Facebook Msg is not helping terlebih kalau balasnya sekian belas/puluh menit kemudian.

Akhirnya setelah menggigil kedinginan di pinggir jalan nungguin konfirmasi yang ga kunjung datang, kami memutuskan pulang sajalah. Helpless kalo gini caranya. Padahal Matsuokanya lagi ada diskon gede dan sudah termasuk hardcase. Yah, maybe next time…

Dari sini kami langsung menuju Kyoto Stasion untuk mencari oleh-oleh khas Kyoto. In Japan, souvenirs were born to be eaten. And in Kyoto the choice of edible souvenirs is staggering. There’s creamy green tea pudding, sesame flavored cookies, and innumerable pickles and dried fish. I dont wanna go to iSetan up there but we have Porta and many other shops down here.

Nah suvenir tadi berupa yatsuhashiKue yang terbuat dari tepung beras ini aslinya mempunyai rasa kayu manis (cinnamon), namun kini variasinya kini macam-macam. Ada green tea, wijen, ogura (kacang merah) dan masih banyak lagi. Jadilah saya beli paket rasa kayu manis + green tea + wijen + ogura. Buset deh, 5 bungkus yatsuhashi doang beratnya kok kayanya dah lebih dari 2kg sendiri yah? :P

ngebungkus 2 paket sushi untuk sarapan esok hari :)

ngebungkus 2 paket sushi untuk sarapan esok hari :)

(Traveling) Kyoto – Fushimi Inari Taisha

Deretan torii (gerbang) merah yang mengular di lereng Gunung Inari seakan sudah menjadi ikon kota Kyoto. Susunannnya yang rapi serta warnanya yang merah mentereng memberikan kepuasan visual tersendiri bagi para pengunjung dan membuat mereka lupa kalau butuh kurang lebih 2.5 jam untuk menyusuri jalur torii merah ini. Susunan torii merah ini hanya ada di Kyoto, tidak ada di tempat lain di Jepang apalagi di dunia.

Kuil Fushimi Inari ini jauh lebih tua umurnya dari Kyoto sendiri lho. Keduanya menjadi bagian sejarah yang tak terpisahkan. Ibukota Jepang pindah ke Kyoto kurang lebih tahun 794. Sementara Fushimi Inari Taisha dibangun sekitar tahun 711.

Kuil ini didirikan untuk memuja dewa Inari, dewa padi di agama Shinto. Dan di area gunung ini kamu akan banyak menemukan patung rubah. Rubah (kitsune) dianggap sebagai hewan suci karena dia adalah utusan pembawa pesan dari Dewa Inari.

Tiap torii yang ada adalah sumbangan dari para dermawan ataupun pedagang karena Dewa Inari juga dipandang sebagai pelindung bisnis/perdagangan serta pertanian. Makanya di setiap torii ini kita akan menjumpai nama si penyumbang dan jenis usahanya (kalo bisa baca huruf kanji yah :P)

Di bagian paling depan kompleks kuil ini berdiri sebuah gerbang yang disebut sebagai Gerbang Romon. gerbang ini adalah sumbangan dari Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1589. Yang belum tahu Hideyoshi silakan baca novel sejarah Taiko Ki-nya Eiji Yoshikawa yah :)

Romon Gate, sumbangan Toyotomi Hideyoshi

Romon Gate, sumbangan Toyotomi Hideyoshi

Fushimi Inari juga semakin dikenal luas karena dijadikan salah satu lokasi adegan film Memoirs of a Geisha yang dibintangi oleh Michelle Yeoh, Ken Watanabe dan Zhang Ziyi.

Di luar kompleks kuil berjajar deretan toko suvenir maupun warung/rumah makan dengan beraneka ragam menu. Jadi jangan kuatir kalo ingin makan atau mencari oleh-oleh.

Ah satu lagi, Fushimi Inari Taisha ini buka 24 jam dan tidak ada biaya masuknya tidak seperti kuil-kuil lain yang mengenakan biaya masuk antara JPY 500 – JPY 800/orang. Cuman suasananya agak-agak gimana gitu kalo kita kelayapan menyusuri deretan torii merah itu selepas matahari terbenam :P