Problem with NextGEN Gallery v2.0

Yesterday i found something weird in my wordpress admin section.
It seemed that all the layout is kind of … messed up. I was not tinkering with any of the codes lately. Even if I did, i always do it with my local copy and test it first in my macbook. So it must be something related with the themes or plugins.

Theme is OK, not making any code change even the css. I did the standard procedure on plugins check. Disable ’em all and then activate it one by one. I’m not using many plugins, they’re just Advanced Excerpt, Akismet, Bookmarklet, Instapress, NextGEN, WP SEO, WP Supercache and WP to Twitter. And the culprit is NextGEN Gallery by Photocrati v2.0.

Just remember that I’ve updated NextGEN couple days ago. The name was only “NextGEN Gallery” :) After Googling for a while, I found that there are many reports regarding to version 2.0 that causing problem here and there. Some getting PHP errors, white blank screen and in my case is breaking the layout of admin section.

So, what i did after that is re-installed the 1.9.3 and voila, everything back to normal again.

Here are some screenshot I took this morning after seeing a statement in my plugins update status. It says “Compatibility with WordPress 3.5.2: 100% (according to its author)”. Well I’m sorry photocrati, i have to say it’s not 100%, not like the 1.9.3.

It’s not 3.6 ready also, same thing happen


Before any updates, all element (text bar, button, checkbox etc are fine)

update notifiction, says working fine with 3.5.2

list of my plugins

updating the NextGEN 2.0

Layout start breaking

Layout start breaking

Layout start breaking

Layout start breaking

Layout start breaking

Layout start breaking

deactivate the nextgen gallery plugins

rollback to nextgen galler v1.9.3

rollback to nextgen galler v1.9.3

everything back to normal after rollback

everything back to normal after rollback

everything back to normal after rollback

Antara Mozilla, Minion dan Blackberry

MozillaMinionBWSketchGa usah repot-repot ngantri di McD buat ngumpulin Minion.
Kenapa?
Karena Mozilla ngasih Minion gratis buat para developer :P
Maksudnya?
Jadi begini. Mozilla baru-baru ini meluncurkan sebuah open source project yang dinamakan Minion, sebuah platform security testing baru yang dapat diotomatisasi. Walau targetnya untuk para developer, platform ini memungkinkan tim manapun (tim QA, Business Development, UX etc) dapat melakukan setup basic security requirements untuk sebuah aplikasi dan kemudian melakukan scanning dan testing secara otomatis. Tentu saja tim penguji ini harus seting dulu batas-batas treshold untuk plugin-plugin Minion yang akan digunakan.

Minion mudah untuk dioperasikan, yah karena memang tujuannya itu sih. Simple, mudah dipasang, mudah digunakan, mudah untuk di-extend dan cukup fleksibel untuk diintegrasikan ke workflow development ataupun operation apapun.

Cara kerjanya sederhana. Kita login ke Minion dan mulai scanning web app/web service kita. Saat ini ada 3 fitur utama Minion yang bisa kita pakai. Ada port scanner, web fuzzer dan penetration test. Cuman fiturnya ga berhenti di sini saja. Seperti yang saya singgung di atas soal kemudahan untuk extend, kitapun bisa bikin plugin/fitur sendiri. Oleh karena itu, Mozilla sendiri menyatakan kalo Minion ini adalah sebuah Platform bukan security tool.

Secara garis besar ada 3 komponen utama di dalam Minion ini, yaitu:

  • Plugins – semacam wrapper yang melakukan tugas-tugas seperti konfigurasi, menjalankan atau menghentikan sebuah skenario tes, menerima serangkaian callback dan memberikan respon jika data callback tadi tersedia.
  • Task Engine – inti dari platform ini. Task Engine menyediakan API untuk mengelola Plans (kumpulan dari plugins dan konfigurasi), kumpulan data user, situs dan service serta hasil eksekusi dari Plans (kita sebut saja tes skenario deh) yang telah dijalankan.
  • Front End – interface untuk mengoperasikan maupun untuk administrasi si Minion ini.

Gambaran arsitekturnya sebagai berikut:
Minion-03-diagram-draft

Nah cerita antara Mozilla dan Minion (yup, bukan minion yang itu he he he) cukup segitu dulu.
Sekarang adalah cerita antara Mozilla dan Blackberry (bukan RIM lagi yah)

Masih terkait dengan security, Mozilla berkolaborasi dengan Blackberry di Peach, sebuah proyek framework fuzzing open source. Supaya ga pusing dengan istilah Fuzzing, coba baca-baca di sini dulu deh. Ga jauh-jauh dari Minion, intinya adalah metode untuk melakukan otomatisasi testing security.

Nah, Mozilla dan Blackberry ini sama-sama menggunakan metode fuzzing dengan sangat intensif untuk menguji produk-produk mereka. Mozilla menggunakan Peach untuk melakukan testing terhadap fitur-fitur HTML5 (format gambar, format audio/video, font, API multimedia seperti WebGL dan WebAudio serta protokol yang dipakai WebRTC). Tuh, jadi para pengguna Firefox maupun FirefoxOS bisa lega :) Kerja sama dengan Blackberry diharapkan dapat menyempurnakan Peach Fuzzing framework untuk menguji web browser. Framework ini akan memberikan invalid (seringnya juga random) data pada sebuah program (dalam hal ini adalah browser) dan mencari-cari apakah data-data ga benar tadi itu membuat si browser bermasalah, crash dan sejenisnya yang mengindikasikan adanya memory leaks atau masalah security.

Final-jpg-Fuzzing-for-Bugs-BlackBerry-Mozilla1

Instagram Embed Foto dan Video

Wah, saya baru tau kalau Instagram sekarang ada fitur yang memungkinkan kita untuk embed foto maupun video. Instagram invade the web nih ceritanya.

Kini kalau kita akses Instagram via web, ada icon baru di bawah icon comments. Kalau kita akses icon ini, nanti akan muncul popup window yang berisi kode untuk embed foto/video Instagram kita itu ke web lain.

Nah contoh screenshotnya seperti di bawah ini.

instagram_embed

Dengan begini, Instagram akan membuat penggunanya jadi makin dikenal. Kenapa? Lha itu karena baik foto ataupun video penggunanya dapat ditampilkan di situs manapun dengan kode embed tadi. Bakal head-to-head dengan Vine nih yang udah duluan ngasih fitur embed juga.

Pssst, Nikon Bikin Smartphone

minions_what

Sebentar, kalau Samsung -> kamera … fine. Sebagai raksasa elektronik, selain bikin kulkas-ac-tv-stereo system, Samsung sudah lama bikin kamera poket. Jadi kalau mereka bikin mirrorless ILC disuntik Android kayanya ga heboh-heboh banget. Sony did that also.

Lha kalo Nikon? Gimana ceritanya?

Tidak bisa dipungkiri bahwa pasar kamere poket a.k.a point-shoot dah mulai menurun, or might be dying even for the mighty Nikon. Semuanya pada kegerus oleh tingkat pertumbahan camera-phone yang sangat-sangat dratis naiknya.

0650603bd58144c6af1133cc6c6aa319_6Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Presdir Nikon Makoto Kimura menyampaikan
“Jumlah orang yang mengambil foto meningkat sangat tajam seiring pertumbuhan penggunaan smartphone yang tahu kemarin diperkirakan terjual 750 juta unit. Dan angka itu terus bertambah.”

Menurut Camera & Imaging Products Association di Tokyo, penjualan kamera poket secara global pada bulan Mei ini turun hingga 48% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara SLR 6%. Dan Nikon sendiri cukup merasakan akibatnya karena menurut proyeksi mereka, pasar kamera poket mereka akan mengalami penurunan sebanyak 12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kalau lihat di JPC Kemang, Nikon Coolpix sendiri dijual mulai harga 800-ribuan lho.

Sementara itu lihat saja spesifikasi Nokia Lumia 1020. PureView 41 MP sensor dengan Optical Image Stabilization (OIS), lensa Zeiss lengkap dengan Xenon Flash bahkan LED untuk rekam video.

“Pertumbuhan mobile devices yang sangat cepat telah merubah lingkungan bisnis kami,” kata Kimura. “Langkah ke depan kami adalah untuk menemukan jawaban atas tantangan ini.”

Terkait dengan hal di atas Kimura menambahkan “Kami ingin menciptakan produk yang akan mengubah konsep kamera. Ini bisa menjadi produk non-camera-consumer.”. Kalimat yang cukup menggoda buat digosipin walau Kimura menyangkal bahwa Nikon sedang membuat sebuah smartphone.

Jadi, bakal seperti apa senjata rahasia dari Nikon ini?
Beneran ga Nikon bakal bikin smartphone? Semoga sih penampilannya ga bikin ilfil kaya Galaxy S4 Zoom :)

nikon_logo-athoti

Ref:

ownCloud Open Source Cloud Storage

Nah kalo postingan sebelumnya saya nulis soal 2 API baru dari Dropbox, kali ini saya coba nulis tentang alternatif Dropbox. Namanya ownCloud.

owncloud-square-logo-150x150Sama-sama memberikan fitur dasar yang sama seperti halnya Dropbox seperti file storage, sinkronisasi dan sharing. Bedanya, ownCloud ini adalah free software dengan basis PHP, SabreDAV dan dapat bekerja dengan berbagai macam database seperti SQLite, MariaDB, MySQL, Oracle Database, and PostgreSQL.

Fiturnya antara lain:

  • File storage
  • Cryptography
  • Synchronization of clients
  • Calendar
  • Task scheduler
  • Address book
  • Music streaming (via Ampache)
  • User and group administration (via OpenID atau LDAP)
  • Sharing of content across groups or public URLs
  • Online text editor with syntax highlighting and code folding
  • Bookmarking
  • URL shortening Suite
  • Photo gallery
  • PDF viewer (using pdf.js)
  • Viewer for ODF Files (.odt, .odp, .ods)

selebihnya bisa dibaca di sini

Melihat ke belakang sejenak, sejarah ownCloud ini diawali oleh seorang a KDE software developer bernama Frank Karlitschek. Dalam satu presentasinya dia menginginkan adanya solusi alternatif storage service dari yang ada saat itu. Solusi open source cloud storage yang bisa kita kontrol sendiri. Maka dia mulai proyek pengembangan ownCloud ini di January 2010.

So what’s wrong about it anyway?
Emang kenapa sih kalo kita pakai layanan dari Dropbox dan teman-temannya daripada repot-repot setup cloud storage sendiri?

Ummm, jadi gini

  • Menurut Symantec, lebih dari 75% bisnis telah menyimpan data-data sensitif perusahaan di layanan public clouds.
    • 40% mengalami pemaparan informasi rahasia dengan kata lain datanya bocor ke luar.
    • 40% bilang data yang disimpan di public cloud tadi hilang, jadi mereka harus restore lagi dari backup. Nah kalo ternyata maksud hati pake cloud awalnya malah buat jadi backup ya nangis tralala deh.
  • 1 dari 5 pengguna yang disurvey bilang mereka pake layanan file sharing/storage ini untuk kerja, artinya dokumen-dokumen kerjaan disimpan di sana
  • Mayoritas pengguna Dropbox tahu bahwa pakai Dropbox itu melanggar aturan perusahaan, hence they did it anyway. Kenapa? Prasangka baiknya sih karena emang mereka butuh layanan ini untuk membantu kerjaan, sementara perusahaan belum bisa menyediakan.
  • Menurut Infosecisland.com angka kerugian rata-rata akibat kebocoran data perusahaan ini adalah $5.5 juta pada tahun 2011

Kita lihat ilustrasi dari ownCloud.com berikut ini:

dropbox1

The Dropbox way (image from owncloud.com)

Buat perusahaan, masalah akan timbul jika:

  • Karyawan sinkronisasi data-data sensitif perusahaan ke device pribadi mereka. Entah itu pc, laptop, tablet, handphone
  • Karyawan sharing data-data tersebut dengan orang lain walaupun itu rekan kerja apalagi rekanan dan entah siapa lagi
  • Data-data tadi disimpan di penyedia layanan yang ga jelas (ga punya reputasi atau malah ga dikenal)
  • Belum lagi kalau perusahaan harus comply dengan aturan-aturan negara terkait dengan kerasahasiaan data. Misalnya saja institusi perbankan/keungan.
  • Ada kompetitor di luar sana yang akan sangat senang mendapatkan data-data tadi berapapun harganya. tetottttt

Jadi sebenarnya kalau bukan data sensitif baik itu untuk keperluan pribadi apalagi sebuah instansi mestinya sih ga segitu masalah kita pake public storage. Nah buat pengguna rumahan maupun perusahaan, ownCloud ini dapat diinstall sendiri dalam sebuah private server tanpa ada biaya tambahan.

owncloud

the ownCloud way (image from owncloud.com)

Untuk versi enterprise, ownCloud menawarkan berbagai fitur tambahan selain support. Misalnya saja adanya logging modul yang akan mencatat aktivitas-aktivitas yang terjadi terhadap file yang disimpan di ownCloud, siapa yang mengakses, kapan dan dari mana.
Dari sisi support beberapa perbedaan antara community edition dengan enterprise edition adalah sbb:

Detil untuk versi enterprise bisa dibaca di sini

Selebihnya, kalian bisa coba install n oprek-oprek sendiri.

ref:

Dropbox luncurkan Datastore dan Drop-Ins API

dropbox_4-vflp1DQc7Sepertinya kalau kita ngomongin cloud storage, salah satu nama yang hampir pasti akan selalu kesebut adalah Dropbox. Nah baru-baru ini, Dropbox baru saja meluncurkan 2 API yang cukup powerdul yaitu Datastore API dan Drop-Ins API. 2 API ini makin menegaskan saja kalo Dropbox sekarang ga cuman bermain di segmen file storage biasa tapi menyentuh ke level aplikasi.

dropbox_datastore

Nah yang pertama, Datastore API.
API ini dapat menyimpan data terstruktur apa saja atau metadata dari sebuah aplikasi. Nah, hal ini membuat para developer dapat melindungi data pelanggan mereka bahkan saat mereka melakukan perubahan data secara offline sekalipun. Ini berguna banget buat layanan-layanan yang butuh sinkronisasi kaya to-do list, addressbook, atau layanan lain yang datanya diakses lintas device, lintas platform online maupun offline. SDK nya sudah ada untuk iOS, Android dan JavaScript.

dropbox_dropinsKemudian Drop-Ins API yang terdiri dari 2 segmen yaitu Chooser dan Saver yang memudahkan pengguna untuk mengakses file dari Dropbox atau menyimpan file ke dalam dropbox dari aplikasi lain. Chooser saat ini tersedia untuk iOS dan Android sementara Saver saat ini untuk webapps saja.

Jadi, para developer sekarang tidak perlu ribet. Karena 2 API tadi adalah salah satu upaya Dropbox membantu pengembang membuat aplikasi cross platform untuk membuat aplikasi dengan dropbox sebagai backend. Ada yang sudah mulai nyoba-nyoba API nya?

Keon – The Firefox OS Smartphone

Keon, ada yang pernah dengar nama itu? Bukan Keong yah ^_^

Keon adalah smartphone pertama yang menggunakan sistem operasi Firefox OS. Ummm, ga juga sih karena selain Keon ada Peak yang juga menggunakan Firefox OS. Keduanya dibuat oleh GeeksPhone.

Keon ini kelas entry level.

mozilla-ffx-keonCPU Qualcomm Snapdragon S1 7225AB 1Ghz.
UMTS 2100/1900/900 (3G HSPA).
GSM 850/900/1800/1900 (2G EDGE).
Screen 3.5″ HVGA Multitouch.
Camera 3 MP.
4 GB (ROM) and 512 MB (RAM).
MicroSD, Wifi N, Bluetooth 2.1 EDR, Radio FM, Light & Prox. Sensor, G-Sensor, GPS, MicroUSB.
Battery 1580 mAh.

Sedangkan Peak berada setingkat di atasnya.

mozilla-ffx-peak CPU Qualcomm Snapdragon S4 8225 1.2Ghz x2.
UMTS 2100/1900/900 (3G HSPA).
GSM 850/900/1800/1900 (2G EDGE).
Screen 4.3″ qHD IPS Multitouch.
Camera 8 MP (back) + 2 MP (front).
4 GB (ROM) and 512 MB (RAM).
MicroSD, Wifi N, Bluetooth 2.1 EDR, Radio FM, Light & Prox. Sensor, G-Sensor, GPS, MicroUSB, Flash (camera).
Battery 1800 mAh.

Di internet baik itu blog hingga youtube sudah banyak banget orang yang posting mengenai handset Firefox OS pertama mereka ini. Yah, ga berapa sejak GeeksPhone mengumumkan penjualan si Keon ini mereka langsung kehabisan stok karena banjirnya permintaan.

Kebetulan kemarin saya menerima kiriman dari Inggris yang ternyata adalah KEON! Sayang ternyata bukan buat saya melaikan buat Rara yang nitip alamat pengiriman ke sini :P Di sini disebutkan harga si Keon ini adalah GBP 75, sekitar IDR 1,118,000. Warnanya orange unyu banget :)

Nah berikut ini adalah foto-fotonya *atas ijin dan permintaan si pemilik yah*

Keon
Wally, no! Be good boy.
That’s not our phone, you can’t have it.
Put it back, please…