Bon retour au Paris

About a decade ago I spent almost a month at Paris. For business trip. Still remember how we rush every morning to catch trains to Anthony. Since we lived around Porte Maillot (zone 1), it need about 1 hour+ to be at Rue Jacques Rueff, Anthony (zone 4).

Around 19h afternoon, we’d be back to zone 1. Usually I will spent the night wandering around St Germain or Quarter Latin, usually with Mas Hanny. The rest of the group choose to go straight to nearest McD and back to the hotel. If I have nothing to do (usually Friday night) i walked a long Champs Elysees, from Arc de Triomphe to Louvre back and forth. You could walk through Place de la Concord to Jardin des Tuileries until you reach the Louvre pyramids, or turn to rue de Rivoli and come back via Quai des Tuileries following the river banks of Seine.

There were funny things also. We ended up having dinner in an Indonesian Restaurant (the owner from Surabaya) in rue de Vaugirard where we actually wanted to go to Pigalle *rofl* Edhiem phone fell of the metro platform and he jumped down to take it while people were screaming. It was Siemens something, the most expensive phone at that time (well compare to what displayed in stores around Paris). My colleagues brought so many bread from hotel breakfast for snack and lunch because they couldn’t eat salmon steak everyday like I did. Hey, it’s big yummy salmon steak with delicious french fries and I like it. I asked nobody to eat what i eat :P And it’s only 10 Franc (or less, i forgot about it).

This September, I’ve got a chance to visit The City of Light again. Air France now has direct flight from CGK to CDG with 2 hours transit in Singapore. But i miss ANA :( The (japanese) food, the entertainment, smiles and hospitality of the cabin crew. Well, Air France is OK, but nothing special actually.

Landing at CDG around 7h, very long queue in the immigration with only 5-6 officers on duty. Took me 1 hour to pass the immigration. FYI, French immigration is well known as the “friendliest” immigration for Schengen visa holder. Try to enter via Frankfurt, you’ll be asked many questions.

iphone_IMG_2375

long queue

CDG

CDG

CDG 2E arrival Hall

CDG 2E arrival Hall

Basically, there are 3 ways for you to get to downtown Paris:

  1. By taxi, you’ll enjoy the ride, watching the view from the suburb of CDG area until entering the classic city of Paris. But it will cost you about EUR 50 or more. I used it a decade ago so not for this time.
  2. By bus, it will cost you EUR 10, and the stop point is at Paris -Opera. There are also EUR 6 bus with stop point at Paris-Nation or Paris Gare de l’Est. Not my choice. Travel time is about 80-90 minutes and I’m not planning to wandering around Nation/Gare de l’Est with my luggage.
  3. RER B. This train will take you downtown in 30 minutes, cost EUR 9.75. I can stop at Les Halles and change to Metro 11 to take me to my AirBnb apartment. But I choose to stop at St Michel – Notre Dame instead.

The RER B station is located 1 floor below the arrival hall. It’s easy to find it, just follow Paris by Train sign. If you’re wanting to buy a simple train ticket to Paris and you have a [label style=”red”]smart chip credit card[/label] or [label style=”red”]Euro coins[/label], you can use these [label style=”green”]green Billetterie[/label] vending machines to purchase such tickets. Don’t worry, there are also vending machines where you can exchange your 5-10-20 euro notes to coins.

Paris by Train

Paris by Train

iphone_IMG_2395

going to train station downstair

iphone_IMG_2396

Billetterie for purchasing ticket to downtown Paris

And this is what i’ve got… vending machines are not at service. I thought there are strike from SNCF employee. Employee/labour strikes happened quite often in France. Heard some officers said that RER might not operate that day so we have to use bus. Arrghhh!!!

iphone_IMG_2397

en service but not in service

en service but not in service

After getting your train tickets, you can continue to turn towards the train platforms which will require descending another set of escalators or stairs onto Level 1. The Paris Train platforms are marked as “Voie” (“platform”) 11 and 12 and also show “RER B Paris par Train“, the Regional Express Network trains that operate between Roissy-Charles de Gaulle and Paris city centre.

My RER was got delayed because of the incident, so i have to wait until 12h to get on the train. Such a waste of time. But finally we knew that there were accident in Le Blanc Mesnil that interrupt the RER B traffic from/to CDG2.

So, spent my lunch time around Notre Dame and rendezvous with Winstem an hour after that. I’ve managed to ‘smuggled’ packs of tea for him hehehehehe :) You wont find Teh Poci in there :P

iphone_IMG_2458

me & winstem across Louvre

After that, me and Winstem go to 96 Rue de la Fontaine au Roi, the place where i will stay for the next 7 days. Thanks to Airbnb :)

iphone_IMG_2463

that’s my dinner, a tripod long sized sandwich….

iphone_IMG_2982

being a Parisian, live in a small but very nice flat & neighborhood.

Bon retour au Paris, la ville de la lumière, la ville de l’amour

These are some photos from my X100s

A Thousand Miles

1000 miles is about1609.34km
it’s just equal distance Jakarta – Malang Round trip

I’ve crossed cities
I’ve cross islands
I’ve cross nations
now I’m crossing continents

And I still need you
And I still miss you
And now I wonder….

If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass us by
‘Cause you know I’d walk
A thousand miles
If I could
Just see you…

i dont have to wait till the night, right?

Someone Like You

Hmm,
this song suddenly come up my mind
i bet you’ve never heard this song

but this is the “theme song” :)

Someone Like you by The Summer Set

Cause the little things don’t mean much to me
My girl, I’d cross the whole world for someone like you
Oh oh, no matter where I go, oh oh,
My unpredictable girl, you’re impossible girl,
You know that it’s true, oh oh, no matter what you do,
I’d cross the world for someone like you

La la la la ….

Nice isn’t it?

(Traveling) Kyoto – Teramachi & Nishiki Market

Ramalan cuaca di Jepang itu menjadi suatu hal yang menyenangkan tapi sekaligus menyebalkan.

Menyenangkan karena ramalannya akurat, paling ga selama seminggu kami di sana. Kalo disebutkan suhu udara antara 2-11 derajat, maka kisarannya ya sekian. Kalo dibilang hari itu akan bersalju, ya saljunya turun beneran.

Menyebalkan juga karena ramalannya akurat. Hari terakhir kami di Kyoto ramalan cuacanya adalah hujan. Dan hujannya beneran terjadi, mulai jam 2 pagi sampai jam 8-9 malam ga berhenti. Great. Berantakan deh itenerary hari itu.

Acara mengunjungi beberapa kuil termasuk imperial palace terpaksa dibatalkan. Karena percuma saja atau setidaknya tidak akan maksimal karena banyakan spotnya kan outdoor seperti Zen Garden, arsitektur bangunan dan sejenisnya.

Kyoto seminggu ini dah dingin, sekarang ditambah hujan seharian pula. Bakal berabe nih kalo kepala sampe keguyur hujan lumayan lama. Akhirnya kami meutuskan untuk mengunjungi Kyoto Handicraft Center serta blusukan di Nishiki Market dan sekitarnya saja. Melihat rute awal sih spot terdekat adalah Nishiki, jadi kami mengambil bis ke arah Shijo-Kawaramachi.

Alih-alih menemukan Nishiki Market (mengikuti saran Google Maps), kami jadinya malah blusukan di Teramachi dan Shin Kyogoku.

Jadi, shopping center-nya Kyoto itu ada di seputaran Shijo-Kawaramachi street. Di sana kamu bakal nemu berbagai macam toko termasuk mall gede seperti Takasihimaya, Marui atau departemen store kaya Daimaru. Merek-merek fashion ternama juga punya butik di daerah ini.

Nah Teramachi dan Shin Kyogoku adalah 2 lorong berdampingan. Aslinya sih pedestarian jalan yang panjang dan beratap ala pasar baru. Kalian bisa menemukan berbagai macam toko mulai jual baju hingga doujin. Restoran dengan menu eropa maupun menu Jepang. Toko suvenir juga banyak terdapat di sini lho, jadi Kyoto Handicraft Center langsung kami coret dari daftar :) Ternyata, Nishiki Market itu adalah sebuah gang yang terdapat di antara kedua jalan ini.

Nishiki menjadi unik karena di sepanjang lorongnya kamu hanya akan menemukan kios-kios bahan makanan (khususnya yang tradisional Jepang). Ga heran kalo Nishiki dijuluki sebagai “Kyoto’s Kitchen”. Gangnya sempit dan selalu ramai pengunjung. Kamu bisa icip-icip juga di sini karena banyak juga kios yang menyediakan sample atau menjual makanan panggang yang bisa dinikmati sambil jalan-jalan. Selain itu, Nishiki Market ini umurnya juga sudah sekian abad (kira-kira mulai sekitar abad 13) dan sampai sekarang masih menjadi pasar yang penting bagi Kyoto.

Karena lapar, kami coba makan siang di seputaran sini. Pilihan jatuh ke restoran yakisoba bernama Mr. Young Men. Harganya sih terjangkau, sekitar JPY 700 untuk satu paket yakisoba + okonomiyaki. Tapi dari sisi rasa, ini masakan Jepang di rating terbawah yang saya rasakan seminggu ini. Masih enakan gyudon di pengkolan dekat hostel. Dan okonomiyakinya kalah jauh dibanding Issen Yoshoku. Tapi tempatnya sih nyaman dan stafnya cukup friedly ^_^ Although they have tripadvisory sticket, i just cant order anything else coz they’ve got pork in the menu :(

Menjelang sore, pas iseng-iseng buka facebook ternyata ada koleha yang ingin nitip gitar via Facebook Messenger. OK, gitar yah? No problem. Sayangnya orang-orang kalo mo nitip itu selalu bertele-tele dan waktunya mepet. Jadi kalau kalian nitip sesuatu ke teman ada baiknya semua informasi yang diperlukan itu sudah kalian kumpulkan. Barangnya apa sampai merek dan tipenya, tokonya di mana dan harganya berapa. Yang saya dapat setelah tek-tokan beberapa kali hanyalah gitar klasik Matsuoka M75.

Untungnya beberapa malam sebelumnya sewaktu kelayapan di Kawaramachi saya sempat melihat ada toko musik. Sialnya waktu kami samperin kesana, saya disorientasi dan tidak menemukan toko tersebut. Hehehehe, memanfaatkan teknologi (ingat pocket LTE router yang saya sewa di postingan sebelumnya) saya dapat menemukan toko musik lainnya yang jauh lebih gede dan lebih lengkap. Sayang lokasinya agak jauh dari halte bus. Jadilah ditengah hujan kami jalan kaki nyamperin toko musik bernama Watanabe itu.

Toko Musik Watanabe, KYOTO

Toko Musik Watanabe, KYOTO

Satu lagi, you have my number so just call me or sms/whatsapp/line me. Facebook Msg is not helping terlebih kalau balasnya sekian belas/puluh menit kemudian.

Akhirnya setelah menggigil kedinginan di pinggir jalan nungguin konfirmasi yang ga kunjung datang, kami memutuskan pulang sajalah. Helpless kalo gini caranya. Padahal Matsuokanya lagi ada diskon gede dan sudah termasuk hardcase. Yah, maybe next time…

Dari sini kami langsung menuju Kyoto Stasion untuk mencari oleh-oleh khas Kyoto. In Japan, souvenirs were born to be eaten. And in Kyoto the choice of edible souvenirs is staggering. There’s creamy green tea pudding, sesame flavored cookies, and innumerable pickles and dried fish. I dont wanna go to iSetan up there but we have Porta and many other shops down here.

Nah suvenir tadi berupa yatsuhashiKue yang terbuat dari tepung beras ini aslinya mempunyai rasa kayu manis (cinnamon), namun kini variasinya kini macam-macam. Ada green tea, wijen, ogura (kacang merah) dan masih banyak lagi. Jadilah saya beli paket rasa kayu manis + green tea + wijen + ogura. Buset deh, 5 bungkus yatsuhashi doang beratnya kok kayanya dah lebih dari 2kg sendiri yah? :P

ngebungkus 2 paket sushi untuk sarapan esok hari :)

ngebungkus 2 paket sushi untuk sarapan esok hari :)

[Travel] Kyoto – Toji Temple

Nyaris lupa waktu di Fushimi Inari, kami memutuskan untuk mengunjungi Kuil Toji. Kuil ini didirikan tidak lama setelah ibukota kekaisaran pindah ke Kyoto di akhir tahun 700an. Letak kuil ini cukup dekat dari Kyoto Station, sekitar 15 menit jalan kaki. Kalau naik kereta cukup 2 menit menggunakan Kintetsu Kyoto Line turun di stasiun Toji. Cuman 1 stop dari Kyoto Station :)

Seperti Kinkaku-ji, kuil ini juga mengalami sejarah yang cukup menyedihkan. Sekitar tahu 1486, kompleks kuil ini mengalami kebakaran hebat. Banyak bangunan yang terbakar. Bangunan utama kuil Toji yang disebut sebagai Aula Kondo adalah salah satu yang terbakar. Namun bangunan ini direkonstruksi ulang pada jaman Edo (1603 – 1867). Tepat di samping Aula Kondo terdapat Kodo Hall yang didirikan oleh Kobo Daishi tahun 825.

Continue reading

(Traveling) Kyoto – Fushimi Inari Taisha

Deretan torii (gerbang) merah yang mengular di lereng Gunung Inari seakan sudah menjadi ikon kota Kyoto. Susunannnya yang rapi serta warnanya yang merah mentereng memberikan kepuasan visual tersendiri bagi para pengunjung dan membuat mereka lupa kalau butuh kurang lebih 2.5 jam untuk menyusuri jalur torii merah ini. Susunan torii merah ini hanya ada di Kyoto, tidak ada di tempat lain di Jepang apalagi di dunia.

Kuil Fushimi Inari ini jauh lebih tua umurnya dari Kyoto sendiri lho. Keduanya menjadi bagian sejarah yang tak terpisahkan. Ibukota Jepang pindah ke Kyoto kurang lebih tahun 794. Sementara Fushimi Inari Taisha dibangun sekitar tahun 711.

Kuil ini didirikan untuk memuja dewa Inari, dewa padi di agama Shinto. Dan di area gunung ini kamu akan banyak menemukan patung rubah. Rubah (kitsune) dianggap sebagai hewan suci karena dia adalah utusan pembawa pesan dari Dewa Inari.

Tiap torii yang ada adalah sumbangan dari para dermawan ataupun pedagang karena Dewa Inari juga dipandang sebagai pelindung bisnis/perdagangan serta pertanian. Makanya di setiap torii ini kita akan menjumpai nama si penyumbang dan jenis usahanya (kalo bisa baca huruf kanji yah :P)

Di bagian paling depan kompleks kuil ini berdiri sebuah gerbang yang disebut sebagai Gerbang Romon. gerbang ini adalah sumbangan dari Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1589. Yang belum tahu Hideyoshi silakan baca novel sejarah Taiko Ki-nya Eiji Yoshikawa yah :)

Romon Gate, sumbangan Toyotomi Hideyoshi

Romon Gate, sumbangan Toyotomi Hideyoshi

Fushimi Inari juga semakin dikenal luas karena dijadikan salah satu lokasi adegan film Memoirs of a Geisha yang dibintangi oleh Michelle Yeoh, Ken Watanabe dan Zhang Ziyi.

Di luar kompleks kuil berjajar deretan toko suvenir maupun warung/rumah makan dengan beraneka ragam menu. Jadi jangan kuatir kalo ingin makan atau mencari oleh-oleh.

Ah satu lagi, Fushimi Inari Taisha ini buka 24 jam dan tidak ada biaya masuknya tidak seperti kuil-kuil lain yang mengenakan biaya masuk antara JPY 500 – JPY 800/orang. Cuman suasananya agak-agak gimana gitu kalo kita kelayapan menyusuri deretan torii merah itu selepas matahari terbenam :P