My Gears

During mudik in Malang, these are my gears :P

Nokia N73 Music Edition, for communication both voice and data and also posting to this blog using MMS :P
Nokia N73 Music Edition

Canon Ixus 50, pocket size digicam :)
Canon Ixus 50

Nikon D40x + IBM Thinkpad T60 :)
27092007122.jpg

Zen Neeon, mp3+radio+voice recorder accompany during travelling :P
Zen Neeon

Singosari #2

Barisan mikrolet/angkot/pete2 yg sedang “ngetem” di depan pasar.

Semakin macet di depan Toko Panca Warna karena ada pintu lintasan kereta api di sana.

10102007166.jpg

posted using MMS-2-Wordpress – nuy

Mudik the Series: Season 2, H-2

Officially launch :P

Hehehehehehe, awalnya dulu bikin seri Mudik the Series just for fun (“iseng” yah Laura ;p), blogging during travelling. Nah akhirnya Laura dari Australi malah “encourage me” (halah bahasanya campur aduk kaya nasi campur) buat nulis kegiatan mudik tahun 2007 beberapa waktu lampau. Ya udah deh, makasih yah atas idenya *cipika cipiki*

Setelah beberapa minggu lalu dah pegang tiket ke Surabaya (lho? yah adanya itu … ) Barusan telpon beberapa nomor hasil sumbangan teman-teman (halah …) untuk tour & travel yang melayani rute Surabaya – Malang. Kalo ga ada kejadian lumpur lapindo saya lebih prefer naek bis. Murah meriah. Cuman pasca lapindo akhirnya pilih travel ajah. Dari pada naek taksi dari bandara kena Rp.200K +, pake travel cuman kena Rp. 75K nett :P Selain itu ga nahan macetnya plus bawa barang banyak. Ada 1 ransel laptop + 1 tas kamera + 1 travel bag trolley 75cm. Hehehehe, sampe tahun kemarin saya kalo mudik cuman bawa 1 ransel laptop doang yg lain dipaketin duluan. Cuman tahu ini kan beda :P

Nah tanggal 10 nanti Insya Allah saya akan landing di Surabaya nyambung ke Malang.

Oh iya, tahun ini kembali saya menggunakan jasa Liza Tours & Travel :)

@Surabaya

Sabtu – Minggu ini saya kembali menjejakkan kaki (ceileee) di Surabaya. Setelah sekian tahun lamanya saya tidak maen di kota ini, paling numpang landing/take off pesawat ajah :P
Bandara barunya keren … luas .. malah menurut pendapat pribadi saya lebih bagus dari bandara cengkareng. Musholla-nya gede, tempat makan banyak, toilet bersih. Yang ga nahan ya hawanya itu. Panas, kering hehehehehe. Tapi masih mending sih dibanding Hongkong di bulan Agustus, meleleh deh kita.
Nah tujuan ke Surabaya ini untuk menghadiri pesta perkawinan Vera vs JiBi :P Nama bapak ini aslinya Jean-Baptise Voisin, cuman panggilannya JB. Akadnya sendiri dilangsungkan ke Perancis, si Vera emang niat mo bikin saya bunuh diri deh biar bisa ke Perancis lagi. I miss Parisssssssssssss :-((

Ah udah ah skip skip skip.

Nginep di Ibis bareng Decy, Linthon, Budi (yg nyusul 2 ponakannya dulu). Begitu nyampe, taruh tas langsung klayapan wisata kuliner. Si Linthon udah memohon-mohon untuk segera cari makan karena cacing-cacing di perutnya udah demo menuntut haknya. Ga jauh dari Ibis ada warung lontong balap. Namanya Lontong Balap Rajawali. Pesan 3 porsi.

Trus si Linthon ngelihat ada sate kerang bumbu kecap (mungkin karena sama-sama item jadi dia lebih peka). Order deh 2 porsi (2 ikat sate kerang tepatnya). Karena saya dah terbebas dari trauma makan kerang (waktu kecil pernah keracunan, sehingga tiap kali makan kerang pada gigitan kedua saya pasti muntah2) langsung ambil satu tusuk, n obok2 si bumbunya. Makan satu tusuk …. nyam.

Senyum saya hanya bertahan 2 detik sebelum melotot sambil ngembat es beras kencur sekali teguk. Sampe es batunya saya makan. Busettt, itu bumbu pedasnya minta ampunnnnnnn, makanan terpedas yang pernah saya makan 10 tahun terakhir. Decy & Linthon bernasib sama setelah sebelumnya sempat mentertawakan saya. Lagian masa pedas dilawan ama krupuk?

Sate kerang di Lontong Balap Rajawali


Es Sinom & Es Beras Kencur

Gak lama kemudian pesanan lontong balap datang. Ternyata lontong balap = kecambah/tauge + lontong + potongan tempe kacang goreng + kuah. Ga nendang kata Linthon. Setuju :)
Lontong Balap Rajawali

Habis ngemil lontong balap, kita jalan-jalan ke arah JMP. Masuk ke Kya-Kya. Kya-Kya tuh pasar malam di kawasan pecinan (Chinatown) di Jl. Kembang Jepun. Di sepanjang jalan ini isinya toko-toko yang menjual berbagai macam makanan baik masakan Tionghoa, makanan khas Surabaya maupun makanan lainnya. Kya-kya katanya berarti “jalan-jalan”. Walking around, berpusing-pusing :D Cuman karena masih jam 1 siang, ya belum pada buka yang jualan. Akhirnya sepakat mo lanjut ke daerah Masjid Sunan Ampel, mo nyari yg jual nasi kebuli + kambing madu sekalian Ashar. Cuman dasar si Linthon yg ternyata dapat info dari acara tipi, kita malah ga nemu tempat makannya. Blah :P Cuman “mblasuk-mblasuk” di Ampel, window shopping diiringi lagu lama dari Gombloh almarhum.


Pemandangan dari arah Jembatan Merah ke Kembang Jepun

Gerbang Kya-Kya

Dari sini acara dilanjutkan ke daerah Bratang untuk makan Bebek Goreng, balik ke hotel, mandi dll. Abis Maghrib langsung ke JW Marriot, ke kondangannya Vera & JiBi

Beijing

Leaving Nanjing this afternoon. Arrive at Beijing, -2 celcius outside the airport. Well still OK.
Go straight to A Fun Ti for dinner and watching show from Xinjiang people. It’s Friday, traffic jam is everywhere. No much different with Jakarta :P
Lucky got table in the restaurant and order some Xinjiang food. It’s crowded inside. Maybe because it’s Friday night, weekend. So ppl choose to spent the night in restaurant or other similar places along with their friends.
The food was so good, the show also. Start from traditional music, kungfu and very very pretty dancers :P Lucky me, i brought Decy’s handycam with me so i could take some shoots :P One of the pretty dancer try to put a big snake in my shoulder. HUaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, I hate any kind of reptils. Please.
So an old mand win the prize, going to the stage with the pretty snake dancer and got Xinjiang hat + tshirt :P
Went to hotel around 10pm. one hour later i went outside with Yuan Chen, Hu Sin and Aang for a walk. Getting colder and windy in the street … brrrrrrr, -6 in a sudden. Huaaaaaa, forgot to bring scarf but thanks to my ‘astronout’ jacket for keeping me alive :P
Brrrrr…..

Mudik The Series: Day #2, Lebaran 23 Oktober

Yah, hari ini hari Senin 23 Oktober 2006. Dan mayoritas di Jawa Timur merayakan lebaran hari ini.
“Wah kamu ikut Muhammadiyah?”
Umm, ngga seperti itu sih. Begini, sampai Minggu malam kemarin waktu selesai sidang isbat, 1 Syawal 1427H di tetapkan jatuh pada hari Selasa 24 Oktober 2006. Ini sebagai hasil dari pengamatan hilal di 29 tempat yang belum terlihat (atau mungkin belum sempurna). CMIIW. Sementara Muhammadiyah tetap pada tanggal 23 Oktober. (at the end, Arab & OKI juga tanggal 23 Oktober)
Nah, Minggu malam (sekitar jam 11.35) di kampung saya ada seorang anggota NU tergesa-gesa ke musholla sambil membawa selembar fax. Isinya, pengurus NU Jatim telah mengeluarkan pengumuman bahwa hilal sudah terlihat hasil pengamatan di daerah Bangkalan dan Pantai Cakung, Jakarta. Detilnya bisa baca di sini. Beruntung masih ada beberapa orang yang sedang tadarus di musholla kampung, dan juga ada yang nongkrongin JTV. Cuman jadilnya semua malam itu malah pada kelabakan.
Kelabakan? Kok bisa?
Begini, ada satu tradisi di kampung saya (Plambesan, sebelum gerbang perumahan Karanglo Indah-Singosari, Malang) dalam merayakan Idul Fitri. Sebagai tanda syukur, setelah selesai sholat Id dan khutbah Idul Fitri, semua jamaah saling bersalaman kemudian berkumpul di sekitar musholla. Nah setelah itu kami saling membagikan makanan. Istilah dalam bahasa jawa, saling bagi-bagi berkat. Isinya nasi dan lauk pauk yang dikemas dalam kotak atau bungkus khusus dari plastik (bukan bungkus kertas kalo beli makanan di warung). Nah, kami masih berpatokan bahwa 1 Syawal akan jatuh hari Selasa 24 Oktober, jadi segala kegiatan masak-memasak (biasanya dilakukan di rumah masing-masing) akan dilakukan hari Senin.
Nah, berkaitan dengan pengumuman susulan yang mendadak dari NU tersebut, jelas satu kampung jadi blingsatan. Jadilah malam itu sebagian orang takbir, sebagian lagi sibuk memasak. Yang belum sempat persiapan/belanja bisa gabung dengan rumah yang udah siap. Jadi saling gotong royong gitu. Seperti Pak Saniman yang langsung masak di halaman rumah.
Lho, kok?
Lha iya, dia langsung sekali masak dengan 4 kompor yang tidak akan muat kalo dilakukan di dalam dapur. Jadilah halaman rumah yang dipilih dibantu dengan yang lainnya. Seru pokoknya.
Alhamdulillah sehabis Subuh, semua udah kelar. Makanan udah siap walaupun ragamnya tidak sebanyak tahun sebelumnya. Maklum versi darurat. Pada akhirnya, esensi lebaran kan bukan pada makanan “berkat” itu sendiri.
Seperti biasa setelah acara bagi-bagi “berkat“, pulang ke rumah untuk sungkem ke orang tua serta saudara-saudara. Sehabis itu baru berkeliling desa dari satu rumah ke rumah untuk silaturahmi. Walau udara Malang hari itu tidak bersahabat, panas dan berdebu (pa lagi kalo ada angin) tapi kegiatan ini tetap berjalan meriah.
Suasana jadi kelihatan sepi. Warga NU yang belum mengetahui pengumuman dadakan itu banyak yang akan merayakan lebaran Selasa, jadinya masih ada yang puasa. Sedangkan yang merayakan lebaran hari ini juga sudah mulai berangkat berkunjung ke saudara-saudara di luar kampung/desa atau malah luar kota.

“Ngaturaken sugeng riyadi 1427 H.
Minal Aidzin wal Faidzin, Taqaballahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum, Kullu Amin wa Anum bi khoir.
Nyuwun pangapunten mugi sedoyo kalepatan ingkang kulo sengojo lan mboten sengojo lebur ing dinten fitri meniko.” (**)

Terjemahan bebasnya: “Selamat hari raya Idul Fitri 1427 H. Mohon maaf lahir dan batin” :P

(**) Buat rara, bayangin tuh bilangnya dengan gaya Bimo di film Jomblo lengkap dengan seragam gatotkaca-nya :D Dug drudugdugdug dug, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis maweh gandrung sabarang kadurung *klonthang klonthang .. gubrak* (nyenggol tumpukan kaleng :P)
Disarankan untuk tidak menahan tawa, dari pada jadi kentut yang menyusahkan sekitar :P

Malang … malang

Malang kota indah sejuk nyaman
Bagai bunga di atas taman
Banyak dikunjungi wisatawan
Sungguh menarik perhatian

Lirik di atas adalah lirik yang biasa kami nyanyikan waktu acara pramuka di sekolah semasa SD dan SMP dulu. Well, Malang kini mulai berbeda dengan Malang yang aku tinggalkan tahun 1997 lalu. Dari kota teduh beranjak menjadi kota “gerah”.
Kenapa “gerah” ?
Karena banyaknya “rukonisasi” serta “mallisasi” melanda kota tercinta ini. Seperti kota-kota besar lainnya, Kota Malang tampaknya lebih dikembangkan menjadi pusat bisnis, perdagangan, dan perumahan mewah. Setiap jengkal tanah memiliki nilai ekonomi tinggi dan komersial. Malang kini menjadi kota seribu ruko seperti halnya Denpasar atau Makassar.
Tahun 1997, mall yang ada di Malang baru Mitra II, Dieng, Sarinah, Ramayana/Alun-alun Mal (dulunya penjara wanita), Matahari (dulunya total adalah pasar tradisional yang dimodernisasikan), kemudian kompleks mall Mitra I, Gajahmada, Malang Plaza.
Setelah itu kemudian berdiri Plaza ArayaPlaza Araya di perumahan Blimbing Indah, deket Terminal Arjosari. Satu kali naik angkot kalo dari rumah Ortu di seputaran Karanglo Indah.Pas mudik lebaran awal November kemarin, Malang udah punya Malang Town Square dengan akronim MaToS. Seperti halnya Citos ataupun Plangi di Jakarta, Matos juga biang macet yang parah. Letaknya yang bisa dibilang ditengah-tengah lingkungan sekolah mulai dari madrasah, SMP, SMU, Kampus kok kayanya malah mengajarkan para siswa dan mahasiswa itu untuk sering-sering nge-mall bukannya belajar. Ekskul-nya jangan-jangan window shopping. Padahal kalo menurut tata kota, daerah veteran situ diperuntukkan untuk pendidikan.
Waktu baca di harian lokal, banyak respon kalo walikota sekarang ini emang mencla-mencle. Seperti kebanyakan pejabat daerah lain, studi banding ke luar negeri hanya untuk plesiran, bukan studi untuk meningkatkan kesejahteraan kota, merapikan tata kota. Malah bikin berantakan.

Dan kini Malang berencana membangun Alun-Alun Junction (AAJ) yang berlokasi di bawah tanah alun-alun Merdeka Malang. Ancur deh. Pagar Masjid Agung serta Gereja di sampingnya kemarin penuh poster “Say No to Alun-alun Junction”. Ruko yang ada sekarang saja masih tidak maksimal, malah banyak yang kosong.
Bukannya ngurusin kanal biar Malang ga meniru Jakarta kalo musim hujan datang. Bila terjadi hujan lebat selama satu jam, sudah dapat dipastikan terjadi genangan air tidak wajar melebihi batas normal alias banjir. Kota Malang, merupakan daerah dataran tinggi, di lereng gunung. Aliran sungaipun langsung menuju laut di selatan. Jadi, logikanya tidak mungkin terjadi banjir dong.
Sama seperti Matos, AAJ ini juga melanggar tata kota. Dahulu kala (ciyeh), pusat perbelanjaan dulu terpusat di kawasan Kayutangan sampai PBM (pasar besar Malang). Seiring munculnya keramaian di kawasan itu, kemudian ada permintaan pusat perbelanjaan jangan dipusatkan di kawasan itu, tetapi merata di semua kawasan di Kota Malang. Di Blimbing ada, di Dieng ada, di Arjosari ada, di Batu ada. Nah kalo AAJ dipaksain, berarti merusak tata kota lagi yang semestinya ga boleh ada pusat perbelanjaan lagi di daerah kayutangan-PBM.
AAJ juga bakal mengganggu kelancaran beribadah umat beragama. Di seputar alun-alun yang eksis sejak tahun 1882 terdapat beberapa tempat peribadatan. Ada Masjid Jami’ yang bersebelahan dengan gereja berarsitektur kolonial Belanda yang walau nampak tua dimakan usia tapi masih tetap indah. Kalo foto depan situ berasa foto di eropa deh. Kemudian ada katedral di depan toko Oen yg juga bergaya kolonial.
Dari sudut pandang ekosistem, AAJ juga merupakan ancaman. Alun-alun kota berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Fungsinya sebagai konservasi lingkungan. Pembangunan mal di alun-alun akan merusak ekosistem dan menyebabkan ancaman banjir. Ruang terbuka hijau di Kota Malang saat ini menyisakan tidak kurang dari 4% lahan dari komposisi ideal 40%.Belum lagi akan hilangnya populasi burung (sepertinya gelatik) yang jadi penghuni pohon-pohon beringin di setiap pojok alun-alun itu.
Mending membangun science center gitu, biar ga cuman di Jakarta dan ITB doang adanya.
Atau memperbaiki sarana pariwisata khususnya di daerah Malang Selatan yang masih minim. Perlu banyak di explorasi lagi tuh, padahal masih banyak obyek-obyek alam yang berpotensi di sana. Kalo pingin jadi kota wisata belanja seperti Singapore, mestinya tata kota dan prasarananya di benahin dulu. Jangan jumlah mallnya yang ditambah, letaknya berantakan, lalu lintasnya pun semakin kusut.
Malang yang dulu meninggalkan kesan mendalam buat pengunjungnya, kota tenang, dingin, indah, segar, rapi. Kini segar masih lumayan, adem masih lumayan, rapi ? semrawut iya. Berisik pula. Bahkan Batu pun dah mulai amburadul.

Sudah makan ?
Kalimat di atas akan kalian temukan di setiap brosur pariwisata Singapura. Mulai selebaran hingga travel book. Sebenarnya kalimat serupa juga berlaku di Malang. Wahai pak walikota Peni S (untung masih ada spasi :P), belajarlah mengelola pariwisata dan tata kota dari Singapore. Jangan cuman ngeliat mal nya.
Kalo mo kaya Singapore, versi minimalis dulu …
Orchard, mal.
Malang dah punya mulai dari Blimbing sampe PBM + Dieng, Ijen, Kawi. Dah kebanyakan. Cuman packagingnya emang beda jauh. Ga punya pedestarian lebar kaya di sono.
Chinatown, Little India ?
Ada tapi balik ke masalah packaging. Mestinya kampung Arab atau etnis tradional lain bisa lebih dibangun. Re-package biar lebih komersil dengan menonjolkan ke-khasan etnis masing-masing.
Akomodasi ?
Bandara ada, 1x flight daily dari Jakarta. 1,5 jam perjalanan darat dari Surabaya. Tinggal tempat nginap yang mungkin kurang (kecuali di Batu). Mestinya ada semacam Jl. Jaksa kalo di Jkt atau Prawirotaman/Sosrowijayan kalo di Yogya.
Science Park. Minus berat
Tranportasi ?
Masih berantakan. Cuman ada mikrolet ama taksi borongan (abis ada argopun ga mo dipake, mintanya borongan mulu)
Education ?
Banyak dan cukup bermutu. Malang kan juga Kota Pelajar. Tinggal perbaiki kualitas pengajaran mulai kurikulum, prasarana sampe SDM nya.
Sentosa ?
Ada juga pulau Sempu :P Tapi wisata pantai selatan kalo becus packagingnya bisa saingan ama Bali. Biar tujuan wisata Indonesia ga cuman Bali doang yang terkenal.
Zoo, Botanical Garden, Bird Park ?
Untuk Zoo ma Safari, Jatim Park bolehlah. Kalo Botanical Garden ma Bird Park ga tau deh. Sebelum kampus AAP di Tanjung dituker guling ga jelas sehingga jadi perumahan mewah, kawasan ini terdapat hutan heterogen, kebun kopi, kakao, sawit, ladang jagung, hamparan sawah, hingga lapangan rumput terbuka, plus menjadi tempat tumbuh sedikitnya 128 spesies tanaman beberapa di antaranya belum teridentifikasi, serta tempat hidup habitat bagi 36 spesies burung langka.
Food
You know what ? Malang is blessed with many awesome restaurants and heaps of western ones too.

  • Bakso Kota Cak Man, corner of Jl. Ciliwung triangle. (take AG, GA, ADL, AL, AD). You have to try it, and you’re 100% visited Malang. Be patient with the queue :) Rp.5000 for standard, Rp. 6000 for campur (standard+jerohan ..ih)
  • Padi, Amsterdam, Iki (Japanese) and Chopstik (Vietnamese) and a Taiwanese restaurant are all in the same stretch on Jl. Pahlawan Trip. (take ADL going towards UnMuh, get off opposite the big orange church on Jl. Ijen and walk up the road opposite the church). Padi has the best cannelloni in the world!
  • Tugu – great pizza, ice cream
  • Bunga Bali – Jl. Bromo
  • Cwi Mie – Jl. Kawi Atas. Dapat dimakan dengan mangkoknya sekalian. Slogan di atas sempat membuat wajah cakep yayangku tercinta terheran-heran. Tapi kemudian gembulnya keluar krn rasa cwi-mienya yang wah. Ck ck ck ck
  • Legong Bali – opposite Dieng Plaza
  • Malibu Steak and Pizza – Jl. Kawi Atas, on the way to Dieng
  • Fish place (don’t know the name sorry) on Jl. Galunggang
  • Istana Dieng – Japanese, Steak House, CafĂ©
  • Sate – on the corner of the bundaran at the end of Jl. Ijen
  • UndCorner – Jl. Ijen
  • For cheap food go to the stretch of warung opposite the train station – Jl. Trunojoyo
  • Just up from Prima Net – on the way to Gramedia – there’s a corner of awesome cheap warungs – and roti bakar bandung Good pengamen there too!
  • Toko Oen – across the road from Sarinah
  • Rujak Manis – dekat the stadion – just off Jl. Semeru
  • Pizza Hut – go there for the salad – Jl. Semeru
  • Pulosari – thousands of cheap enak warungs, esp nasi goring ati – Jl. Kawi Atas
  • Dapur 33 – up in Blimbing…try the zupa-zupa
  • Wong Solo – on the road that runs b/w Jl. Semeru and Jl. Kawi – turn left off Jl. Semeru at the bundaran just b4 Pizza Hut

And still many more. Couldn’t go anywhere due to rain last week in Malang :( Didn’t get Bakso Cak Man also …. huaaaaaaa

Yah, kembali cuman bisa menghela nafas kalo ngomongin Pemkot. Mestinya bisa mengayomi rakyat banyak, membuat kota nyaman dihuni. Tapi ternyata yang di ayomi cuman rakyat “bermodal kuat”. Palagi kalo dana dan upeti mengalir lancar. Lancar pula lah proyek yang bersangkutan. EGP mo nyalahin tata kota, ekosistem, ibadah dan lain-lain. Kasus-kasus tukar guling ga jelas n ga transparanpun menggerogoti kotaku tercinta ini. Tanah milik negara yang semula berfungsi sebagai daerah strategis lahan resapan, hutan kota, kantor pemerintahan, dan pengembangan ilmu pengetahuan telah berubah fungsi peruntukan menjadi areal perumahan mewah, pertokoan, mal, hotel, dan restoran fast food.