A Thousand Miles

1000 miles is about1609.34km
it’s just equal distance Jakarta – Malang Round trip

I’ve crossed cities
I’ve cross islands
I’ve cross nations
now I’m crossing continents

And I still need you
And I still miss you
And now I wonder….

If I could fall
Into the sky
Do you think time
Would pass us by
‘Cause you know I’d walk
A thousand miles
If I could
Just see you…

i dont have to wait till the night, right?

Someone Like You

Hmm,
this song suddenly come up my mind
i bet you’ve never heard this song

but this is the “theme song” :)

Someone Like you by The Summer Set

Cause the little things don’t mean much to me
My girl, I’d cross the whole world for someone like you
Oh oh, no matter where I go, oh oh,
My unpredictable girl, you’re impossible girl,
You know that it’s true, oh oh, no matter what you do,
I’d cross the world for someone like you

La la la la ….

Nice isn’t it?

Dare You

one of my fave…

have a nice weekend everybody :)

Dare You
(feat. Matthew Koma)

We’re a million lonely people
All together on this needle in the sky
Afraid of heights
And your dreams were made illegal
By the laws of lesser evil we call life
But not tonight

I dare you to love
I dare you to cry
I dare you to run
I dare you to try
I dare you to fall
And lay on the ground
I dare you to feel
I dare you to be here now

You’re an outline of a vision
That you had when we were children yesterday
You watch it fade
Let your heart be your religion
Let it break you out of this prison you became
It’s not too late

I dare you to love
I dare you to cry
I dare you to run
I dare you to try
I dare you to fall
And lay on the ground
I dare you to feel
I dare you to be here now

I dare you
I dare you

 

 

Try the Remix version from Andrew Reyel, it’s also awesome :)

 

Dunia (Telco) Yang BerAPI

Tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya yang berjudul Dunia Penuh API. Topik bahasannya adalah hubungan antara dunia Telco dengan API.

fb-status-20140402

Emang apa hubungannya antara Telco dan API?

Gini, sudah jadi fakta bahwa bisnis telco mulai tergerus dengan adanya layanan-layanan OOT…. eh?! Maaf, maksudnya OTT (Over-The-Top). Operator sekarang dipandang semakin menjadi sekedar pipa bego (dumb pipe) -nya para penyedia layanan OTT ini. Kompetisi di dunia telco terutama di mobile industri sudah berubah.

Telekomunikasi sekarang bukan lagi ngomongin ‘reliability and network scaling‘. Dulu mungkin operator berlomba-lomba menjaga kemampuan pengiriman SMSnya terutama saat lebaran hingga sekian puluhan (atau mungkin ratusan) ribu MDA/seconds. Menjaga supaya angka call drop bisa sekecil mungkin atau bahkan 0%, jangkauan sampai pelosok dan sebagainya.

Sekarang topiknya adalah ‘choice and flexibility of services‘. Orang-orang (apalagi di Indonesia) lebih sibuk milih texting mo pake BBM, WhatsApp, Telegram, WeChat, Line dll. Browser pun banyak pilihan bahkan keyboard app pun bejibun opsinya. Adu banyakan bonus SMS? kayanya dah ga segitu relevan lagi. Dengan pasar mayoritas adalah orang-orang usia muda, mereka akan lebih ribut kalo akses Facebook bermasalah dibandingkan ga dapat bonus SMS :P (ini ilustrasi ngasal saya sendiri).

Di sinilah OTT bermain. Mereka tidak berebut duit dari adu jualan layanan telco (SMS, Tarif Murah, panjang-panjangan Talktime, Paket Data, dll). Yang dikejar justru gimana caranya mengontrol value chain digitalnya dengan model bisnis beraneka ragam. Misalnya mulai dari jualan perangkat elektronik ala Apple, online advertising ala Google, lisensi software, e-commerce dan banyak lagi. Dan mereka ga direpotkan dengan keharusan untuk mikirin (apalagi membangun) infrastruktur jaringan internetnya.

Bayangan orang umumnya tentang Telco vs OTT
-source: IDATE (http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/)

Kenapa? Ya karena para operator Telco, ISP sudah melakukan itu semua. Makanya peta persaingan jadi ga simetris lagi antara operator vs OTT player.

Trus operator mesti ngapain? Ikut-ikutan menjadi OTT player juga? Jualan layanan OTT juga?

Hmmmm, ga harus gitu sih. Dah agak terlambat apalagi kalo mindset orang-orang bisnisnya masih belum nyampai ke sana. Nurut saya, seperti halnya OTT, akan lebih baik kalo telco bisa cari cara/inovasi untuk membuat platform, servis, layanan yang telah dimiliki saat ini untuk lebih ‘open’.

**Telco sudah ga boleh rakus mo makan semuanya. Telco sudah ga boleh lagi ngontrol interaksi atau experience konsumernya. Telco ga boleh lagi jadi walled garden kalo masih pingin eksis.

Tentu saja terminologi ‘open’ ini ada batasannya. Tapi konteksnya di sini para pengguna Telco bukan lagi pengguna biasa yang ingin mengirimkan SMS ke pacarnya atau nelpon gebetannya. Tapi bisa dikembangkan ke sesuatu yang baru. Dalam hal ini adalah para developer, bukan sekedar Content Provider lagi.

Open Source?
Not like that. Kita ga ngomongin ‘source‘-nya, tapi ‘service‘-nya.

Tujuan akhirnya nanti adalah membentuk sebuah ekosistem seperti halnya Google/Apple lakukan.
Analoginya, Nokia jaman dulu adalah sebuah produk all-in. Okelah waktu mereka pakai Symbian udah mulai ada API yang dibuka supaya developer bisa bikin aplikasi untuk ponsel-ponsel nokia. Cuman aplikasi di Nokia belum tentu jalan di Ericsson atau Siemens.

Kemudian 2007, Apple memperkenalkan iPhone yang mengubah segalanya (OK ini lebay tapi fakta). Bukan fisik ponsel atau iOS nya yang membuatnya revolusioner. Adalah iTunes dan AppStore yang membuat iPhone bisa sedahsyat yang diketahui orang hingga kini. Apple hanya membekali iPhone dengan fitur/aplikasi dasar saja. Selanjutnya komunitas pengembang (developer) lah yang berperan penting. Dengan API-API dari IOS yang memungkinkan developer membuat aplikasi yang berinteraksi dengan hardware ponsel, API-API dari layanan-layanan internet, toko tempat menjual aplikasi, skema bagi hasil yang bagus (mungkin iOS developer bisa kasih komentar di sini, @didats? @finan?).

Google kurang lebih menerapkan skemanya sama. Begitu juga Microsoft bahkan Blackberry yang kini nasibnya hidup segan mati juga ga jelas.

Dah di sini masuk bahasan soal Telecom API.

Ada yang pernah tau tentang Twilio?

Twilio menyediakan web service API yang memungkinkan para developer untuk membuat aplikasi yang punya kemampuan mengirim dan menerima SMS dan bahkan membuat serta menerima panggilan telepon. Aksesnya cukup over HTTP.

Ada juga Nexmo, dengan tagline “Any country. Any volume. Any scale.” dia juga menawarkan SMS dan Voice API. Dan yang menggunakan API dari Nexmo ini sudah pada kalian kenal kok. Ada Line, Kakao Talk, Viber :)

Kurang lebih seperti itu lah yang harus dilakukan operator telco saat ini. Ya ya, inipun Telco keduluan orang. But it’s better late then too late isn’t it? #ehh… :P

Mengutip wawancara antara Vanessa Barbé, Produser Telecom APIs Conference dengan James Parton, Direktur Twilio Eropa. Saat Vanessa menanyakan tentang status Telecom API saat ini kaya gimana, James mengatakan:
[blockquote source=”James Parton”]”Honestly it has been tough for Telecom Operators to date. APIs require a new mindset inside the Telco. Its no longer about command and control, its about being open and being committed to long term community building. Historically Telco’s have not been great at that.“[/blockquote]

Jadi kalo ga punya mindset ke arah sana, masih pola pikir lama, ya makin suram aja lah.
Seperti yang saya bilang di ** di atas, Telco dah ga bisa maksa pegang kontrol semuanya, masih mengandalkan model bisnis “all-in-one” lagi. Dan sebagai orang community & open source, it’s already well said by James :)

Contoh kolaborasi Telco & OTT :)
– source: http://blog.idate.fr/telcos-vs-ott-services/

Jangan kejebak lagi berinovasi dengan fokus adu fancy teknologi (NFS, IMS, RCS, M2M, bla bla bla). Saatnya geser ke ekosistem. Balik ke soal mindset tadi, ini butuh pemahaman gimana caranya ekosistem tadi harus dibentuk dan gimana caranya nanti si ekosistem tadi dapat menyerap bahkan menginkatkan inovasi.

It’s time to mashup. Time to collaborate.

Buat para pengembang aplikasi, yang disasar bukan lagi long tail app. Pasar Enterprise yang harus jadi fokus.

Tapi (ada tapinya nih) tetap ada PR-PR juga dibaliknya, apalagi yang terkait regulatory. *sigh* :D

Anyway, ada yang tertarik jadi tester Telecom API (versi cupu-cupuan dulu)?

Dunia Penuh API

Tadinya sih mau ngasih judul World of API, tapi kok keminggris banget yah? :p Ya wis, akhirnya pakai judul Dunia Penuh API saja, mayan juga ada kesan dikit dramatis hehehehehehe.

*bletakk*

OK, ok. Saya ga ngomongin kebakaran. API di sini adalah akronim dari Application Programming Interface.

Apa itu API?

Detilnya sih bisa dibaca di sini, tapi secara garis besar API adalah sebuah kumpulan instruksi dan standar pemrograman, protokol, data yang digunakan supaya sebuah aplikasi dapat berkomunikasi dengan aplikasi lainnya. API memungkinkan pertukaran data/informasi antar program. Misalnya saja mengambil data nilai tukar mata uang asing dari Google/situs bank untuk menghitung data-data di spreadsheet kamu yang akan kamu gunakan untuk menyusun itenerary liburan ke luar negeri. Atau saya menggunakan API yang disediakan oleh Instagram yang memungkinkan saya untuk mencari foto-foto dengan tag Danbo, kemudian memilahnya dan mengemasnya menjadi sebuah aplikasi Firefox OS (haduh, lupa euy belum upload ke Market Place).

Analoginya, API itu adalah kepingan lego yang masing-masing punya fungsi khusus dan terbatas yang merupakan hasil penyederhanaan dari proses kompleks di belakangnya. Kepingan-kepingan lego ini nanti dapat kita susun sesuai kemauan kita ingin membangun apa.

Di era Internet of Things ini, peran API menjadi sangat-sangat penting. API menentukan bagaimana para developer membuat aplikasi.

Kok bisa?

Karena app era sekarang ga bisa lepas dengan web services, cloud, dan komunikasi dengan app lainnya. Contoh lagi, untuk otentikasi pengguna sebuah aplikasi kita tidak perlu repot-repot membuat akun dan mengisi segala detil informasi diri yang disyaratkan. Cukup gunakan akun Facebook atau Twitter atau Google+/Gmail yang telah kita miliki.

API membuat pengembangan sebuah aplikasi menjadi jauh lebih efisien. Dengan banyaknya API, kreatifitas untuk membuat solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada ataupun sekedar mewujudkan ide-ide gila bisa terbilang nyaris tak terbatas.

Contoh API Twitter untuk streaming tweet

Nah, sudut pandangnya sekarang bukan bikin sistem, app lagi. Tapi bikin service, layanan, fungsi yang nantinya dapat dipakai oleh service/layanan/fungsi lainnya menjadi sebuah mashup (bukan mahzab yah).

Next: Dunia (Telco) Penuh API

SQL dan NoSQL di MariaDB 10

Singkat saja, MariaDB adalah portingan dari MySQL, software database yang sangat dikenal di dunia opensource. Inisiatif MariaDB muncul pasca MysQL diakuisisi oleh Oracle. Hal ini menimbulkan keraguan juga ketakutan dikalangan open source mengenai roadmap software database tersebut. Akankah tetap open source? Akankah proyeknya tetap diteruskan oleh MySQL? Atau sebaliknya malah dimatikan (setelah fitur-fitur pentingnya diserap ke dalam produk komersil mereka)?

Sejak peluncurannya di tahun 2009, MariaDB telah membangun komunitas open source yang aktif dan telah mempelopori berbagai inovasi dalam dunia database. Tahun 2013, Wikimedia Foundation mengumumkan bahwa mereka memigrasikan database produksi mereka dari MySQL ke MariaDB. Dan jumlah instance-nya tentu tidak hanya 10-20 saja. Selain itu Google juga menyampaikan hal yang sama. Dan ngomongin soal Google, MySQL instance-nya bisa ribuan jumlahnya.

Akhir Maret kemarin, SkySQL -perusahaan yang berada di belakang MariaDB- bersama dengan MariaDB Foundation mengumumkan ketersediaan MariaDB 10. Versioningnya cukup aneh karena versi terakhir MariaDB sebelumnya adalah 5.5 (ngikut versioningnya MySQL). Salah satu fitur penting di MariaDB 10 ini adalah dukungan ke database NoSQL.

NoSQL kini menjadi salah satu solusi penting seiring dengan pesatnya tingkat pertumbuhan pengguna mobile device serta layanan cloud. Hal ini berimplikasi ke jumlah data yang meningkat sangat tajam volumenya yang harus diproses oleh kalangan enterprise. RDBMS sendirian tidak dapat diandalkan lagi untuk mengolah data ini. Dari sinilah NoSQL masuk dengan berbagai kemampuannya.

Seperti dilansir dari blog MariaDB Foundation, fitur utama MariaDB 10 ini adalah Connect Engine yang menyediakan akses ke cepat ke file-file tak berstruktur semacam log file, berbagai tipe ODBC database langsung dari dalaman MariaDB 10. Hal ini kok mengingatkan saya akan presentasi JBoss Data Virtualization dari Redhat :)

Fungsi Cassandra SE (Storage Engine) memungkinkan kita untuk dapat mengakss data di sebuah cluster Cassandra cluster. Hal ini membuat kolom-kolom data dari Cassandra tampil menjadi semacam tabel biasa di MariaDB. Proses select insert update data di Cassandra dapat dilakukan via MariaDB 10 termasuk melakukan “join table” antara data yang disimpan di MariaDB dengan data yang ada di Cassandra.

MariaDB 10 juga mempunyai kemampuan sharding yang sudah built-in dengan SPIDER Engine. Selain itu semua, versi baru ini juga diklaim jauh lebih cepat dan stabil dibandingkan versi-versi sebelumnya.

Untuk kebutuhan aplikasi database yang lebih serius menggunakan MariaDB, SkySQL akan segera meluncurkan MariaDB Enterprise generasi baru termasuk dukungan dari para expert (tentu saja komersial) untuk deployment MariaDB di environment yang lebih besar dan kompleks.

Referensi: