(Traveling) Kyoto – Persiapan

kansaitrip_20140313083932_00399_lgg2

Yah di postingan sebelumnya saya sudah nulis kenapa milih Kyoto sebagai tujuan wisata kali ini.
Berikut saya akan coba sharing persiapan yang saya lakukan untuk perjalanan tersebut.

1. Akomodasi
Jadi, untuk perjalanan 8 – 14 Maret 2014, tiketnya sudah saya beli 2 April 2013.
Whattt?
Yup, setahun sebelumnya saya sudah punya tiketnya. Thanks to AirAsia, your tagline “now everyone can fly” is not just a tagline :)
Jadi rajin-rajinlah berburu tiket murah dari berbagai maskapai penerbangan yang ada. Bisa lewat notifikasi email, twitter, facebook, any channel now can be reached.
Sebagai gambaran, untuk tiket pesawat AirAsia Jakarta-Kyoto PP + Pajak + Asuransi + bagasi 20 & 30kg (yg ini kayanya too much) + Pick a Seat biayanya adalah 3.4jt. FYI, tiket pp ‘normal’ paling murah dengan Air Asia (tanpa bagasi) beberapa hari lalu saya cek sekitar 5juta sekian. Katakanlah 6 juta.

Untuk tempat nginap sih ga begitu pusing karena ada hostelworld.com, bookings.com dan banyak situs sejenis lainnya. Tinggal pilih lokasi, book tempat kamu nginap, sudah deh gitu saja. Mungkin ada situs yang mengenakan DP (down payment), tapi itupun cuman 10% dari total transaksi. Jadinya ya kamu harus punya kartu kredit untuk situs seperti ini.

kansaitrip_20140308141929_00042_lgg2

LCCT Kuala Lumpur

Kansai, here we come

Kansai, here we come

Tempat nginap pilihan jatuh ke Hana Hostel. Selain banyak review bagus, tempatnya juga strategis.
Ah iya lupa bilang, situs semacam tripadvisory, lonely planet n sejenisnya itu membantu menambah bahan analisa kita juga lho :)

Yayyyy, hidup crowdsourcing. Sharing really is caring :)

Setelah akomodasi beres, saya punya waktu hampir satu tahun buat budgeting yang lain-lain (makan, souvenir, dll).

2. Visa
Ngurus Visa Jepang itu sangat mudah kok.
Memenuhi syarat-syaratnya yang mungkin tidak hehehehehehehe.
Coba baca tautan berikut ini untuk mengetahui syarat-syarat apa saja yang dibutuhkan untuk visa Jepang.
Garis besarnya sih

  1. Paspor
  2. Isi formulir yang bisa di download PDF nya, plus foto paling lama 6 bulan terakhir (bagusnya yang terbaru) ukuran 4,5 X 4,5 cm, latar belakang putih. Sebenarnya tempat-tempat foto besar seperti Fuji Image Plaza, Kodak n sejenisnya dah tau foto visa yang dimaksud seperti apa. Tapi banyak yang merekomendasikan fotonya ke Djakarta Photo saja yang di Jl. Sabang.
  3. Fotokopi KTP (jangan dipotong sesuai ktp yah, biarin ajah di kertas A4 nya)
  4. Fotokopi Kartu Mahasiswa atau Surat Keterangan Belajar (saya ga pake ini, karena bukan mahasiswa lagi :P)
  5. Bukti pemesanan tiket (tinggal print dari AirAsia)
  6. Jadwal Perjalanan (ada formnya juga tinggal download dan isi)
  7. Fotokopi dokumen yang bisa menunjukkan hubungan dengan pemohon (kalo lebih dari 1 pemohon visanya, tapi saya ga pake ini)
  8. Dokumen yang berkenaan dengan biaya perjalanan. Nah ini yang paling ribet, karena kamu harus ke bank untuk print transaksi 3 bulan terakhir. Kalo bank nya satu kota dengan domisili sih ga masalah. Kaya si Rara itu akun BCA-nya buka di Makassar, dia di Jakarta. Jadi kalo ingin cetak 3 bulan transaksi harus ke Makassar sana tempat di mana akunnya di daftarkan. Biyuh…

Nah di sini sekalian saya minta surat rekomendasi dari Bank untuk permohonan pembuatan Visa. Bank dah punya templatenya sih, tinggal dikasih tahu saja Visa untuk kedutaan mana.
Saya juga menyertakan surat keterangan kerja ama surat pengantar permohonan visa dari perusahaan tempat saya bekerja sebagai pelengkap.

Setelah itu dokumen disusun berdasarkan urutan, bawa ke kedutaan Jepang di Thamrin (jam 8-12). Petugas akan memeriksa ulang jika ada kekurangan. 3-4 hari kerja kemudian tinggal datang lagi ke kedutaan untuk ambil paspor (jam 13-15) dan bayar.
Kalo diterima hasil visanya akan seperti ini :P

kansai-20140308_09_x100s_DSF0536

ooc x100s, sukaa

Kalo tidak diterima ya jangan kalap besoknya atau minggu berikutnya apply lagi. Sebaiknya sih tunggu 6 bulan lagi buat apply kembali.

3. Getting connected
Despite its image as a sleek, technologically advanced society, Japan really sucks when it comes to free wi-fi hotspots. Serious.
Okelah ada mulai ada upaya untuk menjadikan kota-kota besar di Jepang sebagai WiFi City seperti di Osaka ini, tapi hotspotnya juga (masih) terbatas. Saya sih ga terlalu mempermasalahkan, asal di penginapan ada. Cuman teman-teman seperjalanan sepertinya ga bisa idup kalo ga konek internet, so I have to find a way out :)
Menyewa WiFi Router.
Ini pengeluaran sunnah, kalo buat dipakai sendiri sama ajah dengan pemborosan tapi kalo dipake ramai-ramai jatuhnya jadi murah banget. Operator yang saya pilih adalah japan-wireless.com

  •  WiFi Router Portabel/ MiFi (Mobile WiFi) seperti di bawah ini mendukung jaringan LTE (wooo, imagine the speed) dan mampu melayani koneksi hingga 10 perangkat.

    pocketWiFi package

    pocketWiFi package, ooc x100s, sukaa

  • Biasa sewa modem ini untuk 5 hari adalah JPY 5000 + JPY 500 untuk biaya kirim
  • Roaming data “unlimited” operator 3G GSM saya tarifnya adalah IDR 100k/hari atau IDR 300k/5 hari. Kalo untuk perorangan sih IDR 300k/5 hari ‘unlimited’ cukup menggiurkan. Tapi ini kan roaming, saya seram sendiri kalo nanti balik ke Indonesia kena “bill shock”. Jadi pilih aman saja. Matiin 3G data, cukup nyalakan voice + tethering konek ke router ini over WiFi dengan speed LTE. Bayar 1 buat rame-rame :)
  • Speed bikin ngiler, ga pernah ada masalah di spot-spot yang saya kunjungi. Batre bisa tahan sampai sore (idupin jam 8-9 pagi, colok powerbank jam 4 sore kalo konek terus tanpa dimatikan). Mantap kan? :)

Gadget?
Ummm, standar sih bawaan saya. Macbook Air (transfer/backup foto) + iPad Mini (dipake kalo butuh layar gedean untuk peta/maen game/hp lowbatt), kamera (itupun yang mirrorless, DSLR tinggal di rumah). Dan sapa sangka hasil kamera LG G2 ini memuaskan, sementara iPhone5 saya masih di service center TAM yang udah 3 minggu tidak ada update kabarnya.

kansaitrip_20140309072406_00091_lgg2

X100s always at hand

(Traveling) Kenapa Kyoto?

kansaitrip_20140313082330_00552_lgg2

The traveler sees what he sees, the tourist sees what he has come to see.

Gilbert K. Chesterton

Tanggal 8 Maret kemarin akhirnya saya berkesempayan berkunjung ‘beneran’ ke Jepang. Tujuannya adalah Kyoto.

Lha? Bukannya Oktober 2013 kemarin sempat ke Jepang juga?

Iya, tapi itu kan cuman transit doang. This one was a week full time. Umm, ga full seminggu juga sih.

Kenapa Kyoto? Kenapa ga Osaka, atau Tokyo?

Sederhana saja sih alasannya.
Saya ini suka sejarah, i love anything about history. Semakin tua sejarahnya semakin saya suka.
Dan jika kita berbicara tentang -sejarah- Jepang, maka hal pertama yang ada dalam wishlist saya adalah KYOTO.
Saya sudah di Jepang kalo  sudah mengunjungi Kyoto.

kansaitrip_20140310104941_00206_lgg2

And believe me, spending a week alone in Kyoto is not enough!
There are so many spots to see, so many shrine-temple to visit.
Dan berkunjung dalam kacamata saya bukan sekedar datang, foto selfie ala turis lainnya, trus lompat ke spot lainnya.

I wanna know the detail about it, I wanna know the stories behind every wood, window, rocks, anything part of those places. Sayang karena kemampuan berbahasa Jepang saya yang minus, akhirnya lebih banyak ngandelin materi online. But that’s OK. Saya jadi punya alasan buat lebih serius belajar bahasa Jepang, karena saya ingin ke sana lagi. (sebelumnya kan biar sekedar ngerti baca manga or nonton anime/dorama)

kansaitrip_20140311115640_00428_lgg2

Kinkakuji, The Golden Pavilion

Saya ga habis pikir. Dengan iklim seperti itu, kondisi geografis yang hobi gempa, perang dan lain sebagainya,  gimana caranya orang-orang Jepang ini mempertahankan bangunan-bangunan kuno tersebut. Kalo melihat ke kampung halaman, kok kayanya ngenes banget kondisinya. Ga sekedar bangunan sih, budayanya juga kurang lebih terefleksi di orang-orang Kyoto nya.

Saya pernah nyeletuk ke Rara
Kalo kamu mau lihat bangunan kuno yang megah, arsitektur yang menawan kamu bisa datang ke Paris. I’ve been there, i like it.
Tapi kalo kamu ingin merasakan budaya kuno itu sendiri hidup di sekeliling kamu, saya bersyukur Alloh SWT mewujudkan mimpi saya untuk bisa berkunjung ke Kyoto.

kansaitrip_20140310173204_00382_lgg2

Makanannya juga enak ;)
Butaniku wa dame desu…
Jadi jangan nyobain ramen, gyoza apalagi tonkatsu dah jelas itu :P
Yang lain masih grey area unless makanan vegetarian, syukurlah saya tinggal ga jauh-jauh amat dari warung sushi ^_^

Yayyyy…..

Insya Allah saya akan ke Kyoto lagi dan beberapa kota lain yang memiliki sejarah kuno.

Berikut adalah foto-foto ala kadarnya yang saya ambil menggunakan ponsel LG-G2 (D802).
Ya ya ya, iPhone5 saya masih di TAM yang ga jelas proses perbaikan sleep buttonnya sampe sakarang kaya apa. Busuk emang kualitas pelayanan iPhone resmi di Indonesia.

Sisanya plus foto-foto dari Fuji X100s nanti diupload ke Picasa – Flickr deh :)

Picasa Kyoto – LG G2 album

#ASOT650ID – New Horizons

Celebrating the 650th episode of A State of Trance, The Cadets has lighted up the horizon last night on March 15th, 2014, broadening it for all trance fans in Indonesia!

It’s the first time in Indonesia and the main show in Asia!

Alex M.O.R.P.H., Andrew Rayel, Armin van Buuren, Paul van Dyk, John O’Callaghan

asot650id-480

ZTE Open with Firefox OS v1.1 Having Trouble with USSD

My iPhone is still in service center for about 2 weeks now and a MozRep Indonesia is kind enough to lend me Firefox OS phone. Used to all the fancy things iPhone had so far now I have to use a device that doesnt has all that luxury.
It’s a so-so device -compare to my iPhone- (well, the target market is not for people like me), I dont have many comment about it. But this young O/S is fun to play with, specially making mobile app using only HTML5/CSS/JavaScript in the client side.

The only problem, serious problem that I have is the ability to make a USSD call.
USSD is a protocol used by GSM cellular telephones to communicate with the service provider’s servers. USSD can be used for WAP browsing, prepaid callback service, mobile-money services, location-based content services, menu-based information services, and as part of configuring the phone on the network (wikipedia).

For example:
Dial *888# to check your prepaid balance
Dial *266# if you want to activate your roaming package offers.
and many things.

The ZTE Open I’m using now unfortunately having problem with USSD operation.

The symptom is whenever you dial a USSD Code (let say *888#) via dialler,
the app only show you “connecting” status for a while
and after that, dialer app is like closing the connection and back to dial pad screen

open dialer app can make USSD call *888# to my operator to check the prepaid balance

open dialer app can make USSD call *888# to my operator to check the prepaid balance

Call is being made. B number not shown for a while

Call is being made. B number not shown for a while

B number finally shown. But after few seconds, the call will be closed and screen back to the dial pad

B number finally shown. But after few seconds, the call will be closed and screen back to the dial pad

When you’re accessing the STK menu (which is more or less is executing USSD command)
You can get the first menu screen. But when you continue selecting any option from the menu, there’s nothing happen.

USSD Success

It supposed to be displaying this kind of information if the USSD is success

Operator in Indonesia use USSD for most of their services because of the easy to use menu and realtime communication with the backend. That’s why it’s a serious problem for Firefox OS/ZTE Open if this issue still occur.

So, is anybody out there using ZTE Open with Firefox OS v1.1?
Do you have the same problem as I do? I’ve posted a bug at bugzilla, but has no response yet.

Caleg & Spammer

Apa bedanya Caleg (Calon Legislatif) dengan Spammer?

Ga ada!!!

Kok bisa? Lihat ajah tangkapan layar ponsel saya di bawah ini.

Spam Home Spa

Spam Home Spa

Spam Home Spa Beda MSISDN

Spam Home Spa Beda MSISDN

Spam Caleg

Spam Caleg

Ga jelas dia siapa?
Kontribusinya ke masyarakat apa?
Yang jelas malah mengganggu privasi orang lain dengan ngirim-ngirim SMS seperti ini.

Yang kaya gini ini sih dah jelas masuk daftar coret lah, ga usah dilihat pas pemilu nanti.

Firefox OS App – iDanbo

Last weekend I tried to prove that my coding skill is not dull yet.

At the same time, my staff wrote this in his FB timeline. OK, let’s make another kind of webapp, Bin :)

idanbo-bintar

After spend some times reading the Firefox OS App for Dummy things and jquery documentations, I’ve decided to make one.

So here it is, iDanbo.

idanbo_grid_320_502
Previously I name it Pocket Danbo. Meh, too mainstream.
Let just call it iDanbo … i love Danbo :)

This little app will do a very simple task.
It gives you a collection with random Danbo photos. The source now is Instagram.

Why?
1. There are a lot of Danbo photo you could find in Instagram only
2. They have API
3. Square image, you dont have to make effort sizing the image :) Simply choose either 150×150, 306×306 or 612×612.

It’s passed the Firefox Marketplace Validator with no error. Next, register it to Marketplace ^_^

Notes:
– It will hit the Instagram limit access at some point because I’m not authenticating the user

Antara Mozilla-Spreadtrum dan Telkomsel-Indosat :)

2-3 hari ini seiring dengan dibukanya Mobile World Congress (MWC) 2014 di Barcelona berita yang cukup santer (at least for me) adalah Mozilla mengumumkan kerjasama dengan pabrikan chipset asal China bernama Spreadtrum. Hasil kerjasama ini nantinya adalah sebuah ponsel pintar yang dapat diproduksi di kisaran harga USD 25 (IDR 292,375 kalo pake kurs BCA 25/2/2014).

Seperti dilansir di blog Mozilla, selain kerjama sama dengan Spreadtrum ada 7 ponsel baru yang diperkenalkan. Dan yang =mungkin= membuat berita ini jadi ramai di Indonesia adalah bergabungnya Telkomsel dan Indosat ke dalam 21 operator yang mendukung gerakan ‘Open Web Device‘.  Yayyyyy, bravo Telkomsel.

Cuman apakah dengan bergabungnya Telkomsel dan Indosat (plus Polytron sebagai hardware player) langsung bisa diterjemahkan sebagai ‘Ponsel Firefox OS segera dipasarkan di Indonesia, paling tidak diperkirakan akhir tahun 2014 pula’? *smile* *wink* :) Really?

Dari 21 daftar operator tadi, sejauh ini sepertinya baru 4 doang lho yang telah memasarkan perangkat Firefox OS.

What I can tell you is that operators (context: in Indonesia ) will support anyone, specially if it could help increasing the customer base (hopefully ARPU) :)

I dont want to make any more comment on this. The PR guys will do their job when the time comes. Back in MozSummit, I met some people asked some questions more or less about it and got no suitable answers :) Oh well maybe I asked the wrong Mozilla employee :)

Ok, kembali ke Spreadtrum.

Dilansir dari press release Spreadtrum, bahwa kerjasamanya dengan Mozilla telah menghasilkan sebuah referensi desain komplit untuk Firefox OS dengan menggunakan chipset buatan Spreadtrum. Di kesempatan ini, Spreadtrum memperkenalkan chipset SC6821 yang disebut sebagai chipset pertama yang memungkinkan industri dapat memproduksi smartphone seharga USD 25.

Saya agak bingung menerjemahkan istilah turnkey dari press release Mozilla maupun Spreadtrum. Tapi kalo di kerjaan saya sehari-hari sih turnkey (dalam hal ini turnkey project) analoginya adalah satu solusi yang komplit, all in, terima jadi.

Kenapa kata turnkey digunakan di berita-berita tadi?
Kita harus lihat desain chip SC6821 itu sendiri supaya dapat gambaran. Namun sayangnya saya ga nemu info lebih jauh mengenai chipset SC6821 :( Asumsi saya sih dia masih dalam tahap finalisasi dan semoga bisa dapat ‘segera’ diproduksi masal. Yah, supaya Polytron ga nunggu kelamaan juga buat bikin devicenya :)

Tapi kalau desainnya ga jauh-jauh dari chipset SC6820, kira-kira si SC6821 akan seperti ini.

Spreadtrum's SC6820

Spreadtrum’s SC6820

Cukup 1 chipset, sudah cukup untuk mengerjakan hampir semuanya. Makanya disebut sebagai turnkey.
SC6820 hanya bekerja di jaringan 2G, sementara SC6821 akan mendukung jaringan 3G (no, no, no. Jangan ngarep 4G/LTE dulu yah :)
Speknya kurang lebih CPU ARM Cortex-A5 1GHz, 128 MB RAM, 256 MB NAND flash, 3.5″ HVGA touchscreen, built-in Wi-Fi and Bluetooth, FM radio, dan tentu saja Firefox OS.

Far too low for me, tapi bukan berarti seperti itu buat orang lain.
Dengan harga segitu, maka -ok, ini hiperbolik – siapa saja bisa punya smartphone yang terkoneksi dengan internet. Kembali ke manifesto Mozilla sendiri bawah internet sudah dan semakin menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Semakin kita terhubung satu sama lain, semakin banyak info yang tersampaikan harapannya akan dapat membuat kehidupan manusia akan jadi lebih baik.

Know more, do more, do better.
Awesome!

Ah iya, Mozilla dan Spreadturm juga telah selesai melakukan integrasi Firefox OS di chipset SC7710 yang merupakan chipset WCDMA (ok, istilah awamnya 3G deh) dan diharapkan hasil bagus juga didapatkan di chipset yang lebih advance yaitu SC7715 bulan Maret nanti.