He he he
They’re not actually on the moon
Just pretend to be :P
Taken at Merapi Mountain, on a spot called as Batu Alien
*see my previous post about Merapi*
He he he
They’re not actually on the moon
Just pretend to be :P
Taken at Merapi Mountain, on a spot called as Batu Alien
*see my previous post about Merapi*
Masih menyambung soal perjalanan (dinas) ke Yogyakarta tengah Maret kemarin. Tanggal 14 pagi ternyata acaranya langsung mo ke Merapi.
Eh? Kirain masih ada closing meeting bentar pasca sarapan. Bagus lah ^_^.
Dari hotel di bilangan Jalan Hayam Wuruk, kami berangkat ke Telaga Putri di Kaliurang sana. Saya jelas senang karena sebagai anak gunung kangen banget ma suasana dan hawa pegunungan. Sempat salah koordinasi meeting point, akhirnya rombongan sampai juga di Telaga Putri. Barisan mobil Jeep Willys pun menunggu buat mengantarkan kami menyusuri rute erupsi Merapi tahun 2010 lalu. Selain menggunakan Jeep, kita bisa sewa motor trail juga. Dan bersyukur EO tidak menyediakan kami opsi menggunakan motor trail. Karena niat saya sih cuman nikmatin suasana gunung, taking some nice pictures not pushing adrenalin doing off-road. Pake Jeep ajah dah mesti kaya gitu apalagi bawa motor tril sendiri.
Rutenya sih ga lewat dusun/makamnya Mbah Marijan. Lebih menyusuri jalur lahar dingin dan awan panas seperti Glagah Sari, Kali Gendol berhenti di Batu Alien. Selanjutnya turun tapi lewat jalan normal ke ‘museum merapi’. Ga gila-gilaan off-road lagi :)
Yah, Merapi memang selalu menghidupi orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Di balik bencana yang timbul, ada manfaat yang di dapat. Salah satunya adalah wisata off-road ini. Kita bisa melihat seberapa hebat (sisa-sisa) kerusakan yang ditimbulkan letusan Merapi 3 tahun lalu. Kalo pernah lihat foto-foto pas hari H maupun hari-hari evakuasi sudah sebegitu dramatis, saya ga kebayang deh suasana aslinya waktu itu. Bro Fajar, driver kami, kalo cerita mengenai saat itu seperti back to the worst nightmare ever.
Batu alien, dan puncak merapi. So beautiful isn’t it?
But it was past, no need to mourn anymore. Banyak hal yang bisa diambil hikmahnya tapi yang penting adalah optimisme untuk keep moving forward seperti yang dilakukan oleh penduduk lereng Merapi ini. Benar-benar survivor sejati.
Pada akhirnya si Papa Raka kesampaian juga ngidamnya buat nyetir mobil jip off-road ini waktu perjalanan pulang. Medan off-roadnya sih ga seberapa, karena driver aslinya sepertinya masih bisa berpikir rasional untuk tidak menitipkan keselamatan kami begitu saja kepada off-roader newbiw kaya @imansyah ini :P But it was fun.
Sampai seminggu kemudian efeknya mulai timbul. Kulit muka pada mengelupas 2 hari ini karena ga pakai pelindung kepala, muka bahkan sun block :P aih…
So, where are they? Ah iya, beberapa teman selalu menanyakan foto-foto mahkhluk-makhluk unyu ini tiap kali saya pergi.
So here is the story of Danbo – Wall-E and Domo trip to Mount Merapi
WallE: feel like home.. |
Danbo: Hi there Wally, i feel like on the moon |
Eehh Danbo, I think I see something… |
We should go from here Danbo. It’s big and scarry :( |
Monster Yellow!!! |
Beberapa hari lalu di Jogja, salah satu bahasan obrolan pinggir jalan dengan beberapa teman adalah tentang pernyataan Google yang akan menutup layanan Google Reader-nya.
Saya menawarkan beberapa opsi untuk dicoba sebagai pengganti Google Reader, satu teman tetap keukeuh pada web-based rss reader dengan tampikan one-liner (i made it up) ala Google Reader. Intinya, hasil rss feednya cukup daftar judul saja. Untuk hal-hal tertentu saya juga suka dengan tampilan seperti itu (i did setup my gReader like that). Tapi terkadang tampikan dengan excerpt, sinopsis + gambar ala flipboard cukup intuitif. Menghemat waktu untuk open window buat menentukan artikel tersebut cukup menggoda untuk diteruskan dibaca atau tidak.
But everybody has their own preference, right?
Jadi, jika kamu sebelumnya adalah die-hard user of Google Reader dan belum pernah nyoba-nyoba layanan lainnya yang serupa, apa opsimu sebagai pengganti? Don’t have one? Or still looking around? Berikut ini adalah beberapa alternatif yang bisa kamu coba. Oh iya, ini yang web based semua yah. Bukan yang desktop client only.
1. Feedly
Nah ini opsi nomor satu kalo buat saya. Feedly ma Google Reader ini bisa dibilang saling komplemen. Feedly menawarkan tampilan yang lebih ‘user-friendly’ dari Google Reader. Maksudnya kalo di gReader tampilannya gitu-gitu saja, Feedly mengemasnya jadi lebih intuitif. Seperti layout ala Flipboard deh analoginya. In fact, you can ‘import’ your google reader list into Feedly. You’ll feel like there’s almost nothing different. Just a little :) Tampilannya juga bisa kamu custom sendiri dari pilihan Titles (daftar judul doang), Magazine, Mozaic, Cards dan Full Articles. Feedly juga tersedia sebagai aplikasi iOS, Android dan Kindle. Ada lagi, Feedly juga mempunyai Chrome dan Firefox extension-nya
2. The Old Reader
Well, jangan ketipu ma nama ‘Old’ nya. It’s not that old. Interfacenya sih, yahh bisa dibilang sama dengan Google Reader. Sama seperti halnya Feedly di atas, kamu juga bisa login menggunakan akun Google-mu (dan juga akun Facebook). Fully web-based only saat ini. Yang rada ribet, kamu harus export data Google Reader kamu melalui layanan Google TakeOut (ada di menu setting-nya Google Reader kok). Extract zip file hasil exportnya, cari file subscription.xml baru deh file tersebut di-import ke dalam tOR.
3. NewsBlur
Sebenarnya ini yang paling komplit. Dari akses bisa via web browser atau iOS/Android app. Dari sisi fitur melimpah. Kamu bisa import atau lebih tepatnya migrasi dari Google Reader cukup dengan sekali klik. Bisa meyimpan artikel ke layanan semacam Evernote, Instapaper dll. Yang menarik adalah fitur ‘training filter’.
“By using NewsBlur’s training filters, you can hide stories you don’t want to see and highlight the stories that interest you. Teaching NewsBlur your preferences (or lack thereof) for certain blogs, authors, and topics cuts down on the noise and connects you with the news that interests you most.”
Cuman, ya itu. Versi gratisnya dibatasi hanya bisa baca 12 subscription saja. Kalau pingin unlimited, silakan siapin dana USD 2-3/bulan.
Berikut ini review mengenai NewsBlur dari Gary Price dari searchengineland.com
4. NetVibes
Well, Netvibes bisa dibilang pemain lama di dunia per-RSS-an ini :) Walau hanya aplikasi web tanpa punya client di mobile device, NetVibes bisa menjadi alternatif yang bagus untuk pengganti Google Reader. Dia punya dashboard serta fitur yang dapat digunakan untuk memonitor berbagai macam tipe konten. Cuman kalau ingin memanfaatkan secara maksimal kemampuan dashboard NetVibes, dananya lumayan juga. Mulai USD 499/bulannya.
Ada lagi Fever, tapi ga gratis dan tidak ada versi demonya. Mesti siapin USD 30.
Segitu saja sih. Pick your choice or share yours.
Judul postingan ini saya kutip dari tulisan di sebuah kaos yang saya lihat di emperan Malioboro ^_^ Nah, Postingan ini juga ga mengulas tentang Yogya dan pariwisatanya. Sekedar buat menggoda mereka yang pernah tinggal di kota ini. Yang mungkin membangkitkan nostalgi, untuk kemudian mencoba kembali. Walau hanya untuk sesaat di sini.
Dan ngomongin Yogyakarta ga akan lengkap tanpa lagu Yogyakarta dari KLa Project
Pulang ke kotamu,
ada setangkup haru dalam rindu…
Masih seperti dulu,
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna…
Hari ini kebetulan saya bersama beberapa kolega ada kerjaan selama 3 hari di Yogya. Berangkat dari Terminal 3 Soekarno Hatta, kami sampai menjelang Dhuhur di Kota Gudeg ini. Langsung lanjut meeting sampai jam 4. Karena antara jam 4 – 7 malam tidak ada jadwal apapun, saya + @imansyah dan diandri memutuskan klayapan ke Malioboro. Cukup jalan kaki, karena kebetulan hotel tempat kami tinggal (Jambuluwuk) cuman selisih 2 bangjo ajah ke persimpangan Ahmad Yani – Malioboro.
Bermodal iPhone dan kamera poket, manage to get some shots. And here they are :) *dadah dadah special ke @novileoo :P* Untung beda propinsi, kalo saya di kampus wikusama bakal babak belur deh *evil smirk*
Menyusuri Malioboro dari simpang Ahmad Yani – Suyatmajan ke arah Tugu
Senja di sekitar stasiun Tugu
Night walk ke arah benteng
Street performance around Ahmad Yani
Di persimpangan, langkahku terhenti
Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi…
Another sleepless night and i wont touch those xanax the doctor gave me just to get sleep. Nope!
But in the other hand, this insomnia make me think brighter. Well not always ^_^. Tonight weather looks fine and it’s a quiet night actually here at Bintaro. I’ve read many articles in these last couple of hours, clear up some space after selecting some photos i shot lately. Wrote 2 blog entries. But still stuck doing some geeky stuffs. My fingers seems to reject me for typing codes, but they did good blogging :P
Anyway, I’m not a pro (yet) but I like taking picture. Got time to shoot some picture the couple of weeks. It’s good for health also, since you can interact with other fellow photographers, models, other people. Put you off the hook from office shit that sucking you like a dementor.
Last Saturday (well it’s 2 weeks ago actually) I joined a hunting session at Taman Langsat, Jakarta. Meet some old friends, make new ones. But there were too many people (‘photographers’) and it took most of the fun out of the window. You cant wish everybody to have manner unlike you and your group. Some of them will always be some egoistic people with only one thing in their mind. Their own self.
But it’s OK. It’s a risk you have to take. You’ll have one in your group. So no wonder if you’ll find many in bunch of strangers :P So spent most of the time having chat with some fellow shooter and models. Manage to shot some nice photos of the models, well I think so. These 7 photos below were taken using OM-D E-M5 in 1×1 square format feature.
One thing i’ve regret that there was a group of local kid playing in the pool. It caught my eyes, but i have no evergy to cross the river for taking their picture jumping in the water from proper location.
taken with Nikon D7000 – Nikkor 85/1.8D |
I’m ditching my Tamron 17-50/2.8. I’m planning to go FX in the future. Therefor I need to get use to FX lenses also. In this case my FX lenses are Nikkor AF-D 50/1.4 and 85/1.8.
These are my gears, an Olympus OM-D E-M5 and a Nikon D7k with 85/1.8D. Both were shot with iPhone 4 and Instagram filter :) |
Finish at Taman Langsat, I took a walk to Gandaria City. Got some pictures of bajaj drivers waiting for their passengers. I spent almost 30 hours on bed after that. My head was like exploding for the whole night and losing motor control of my body. I could barely move my left body part only. If Rara not coming down to my house for helping me that day, this entry would’ve been made by somebody else.
For the last 2 weeks I’m taking train again. Taking car and furthermore a sport bike to the office is like a suicide plan for me :P It’s not the traffic jam or 26km distance that matter. Just to avoid bad things coz i don’t know when my head will act strange again. It costly since i would only spent around IDR 100k a week only when taking my bike. This time I have to budget IDR 38k for one trip only to the office.
But in exchange, i got these pictures taken using my iPhone and also my OM-D. Yah, everything has 2 sides of story ^_^. It’s 4:44 am already. Have to try to sleep although for only couple minutes. Need to catch a train on the next 2 hours.
OK, That was my story from last 2 weeks. What is yours?
The land you know. The story you don’t…
Kalau kamu sebangsa movie freak dan nonton trilogi Spider-Man, seharusnya kamu kenal 2 nama di film ini. Yang satu adalah James Franco yang berperan Harry Osborne dan kedua adalah Sam Remi sang sutradara. Remi kembali menyutradarai Franco di film yang terinspirasi dari cerita tahun 1930an The Wizard of Oz.
Tapi seperti quotation di atas, if you think you know the story, then you dont ^_^.
Walau hanya dapat point 7.1 di IMDB, tapi filmnya sendiri cukup refreshing kok. Cerita ma akting, yah nilai sendiri deh. Yang jelas CGI nya sangar, penuh warna, penuh detil.
Intronya keren, mulai dari opening credit titlenya (jempol), sampai beberapa menit awal yang diseting dengan format 1.33 aspect ratio, hitam putih. Seperti filmnya di tahun 1939. Saya dah khawatir ajah ini bakal nonton ala Frankenweenie, eh ternyata ngga.
You’ll find no scarecrow, no tin man, no dorothy gale. But you’ll see Glinda the good witch of the north. Glinda diperankan dengan apik oleh Michelle Williams. Ingatan saya tentang Michelle Williams selama ini selalu mengarah ke Jen di serial Dawson’s Creek. Blonde chubby cheek chick bertampang mellow. Film terakhirnya yang saya tonton adalah Shutter Island, tapi di Oz ini dia tampil beda. Anggun banget dan sepintas saya bilang dia mirip banget dengan Gwyneth Paltrow versi lebih berisi n sexy :P
Which witch is the wicked witch?
Ada 3 penyihir sexy di film ini. Mila Kunis, Rachel Weizz dan Michelle Williams. Pick your choice :P
Saya ga akan cerita banyak di sini nanti malah jadi spoiler. Jadi mending kalian nonton sendiri saja.
Satu lagi, you HAVE TO watch it in 3D!
all images courtesy of disney.com
Pasca kelahiran iPhone tahun 2007, kata ‘mobile‘ menjadi satu kata yang wajib untuk diperhatikan di kalangan business. Dan dengan melonjaknya trend penjualan ‘smart mobile device‘ (ga hanya phone doang yah) 3 tahun terakhir ini, ‘mobile‘ bukan hanya wajib untuk diperhatikan tapi perusahaan-perusahaan harus mulai terjun ke dalamnya.
‘Mobile’ akan menjadi channel distribusi baru.
‘Mobile’ akan menjadi metode service baru.
‘Mobile’ akan menjadi bisnis baru.
Tapiiiiiii… ada tapinya neh. Sebelum mulai melangkah maju, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ini semua menyangkut strategi. Hal ini yang saya rasa masih minus di sini. Karena kebanyakan orang, terutama mereka yang ada di level business decision maker yang masih bertindak berkacamata kuda dan masih fly high dengan euforia tren yang sedang ada. Masa sih segitunya? Oh ho ho ho, percaya deh. I’ve been talking to guys like this dan itu melelahkan.
Jadi mau kamu jadi orang marketingnya, jadi orang produknya, jadi orang teknis nya, strategi ini sangat penting. Karena bikin strategi ini tidak akan beranjak jauh dari mengenal secara dalam apa sih binis kita itu sebenarnya dan apa sih app yang tepat yang akan kita butuhkan nanti.
Iya dong, banyak aspek yang harus diperhatikan. Ga cuman asal “eh gue pingin A B C, siapin duit dan pilih ajah antara X/Y/Z untuk membuatnya”. Tetotttt, nah ini yang bakal bikin berantakan karena both parties are clueless actually.
Nah, saya mengutip diagram infografis dari Mutual Mobile untuk sedikit memberikan gambaran contoh bagaimana kita membuat strategi terkait pemanfaatan mobile technology tadi. Karena Mutual Mobile adalah perusahaan yang bergerak di pengembangan mobile web dan responsive design, point-point yang akan dibahas di sini lebih mengarah ke pendekatan bentuk mobile app nya nanti mau seperti apa.
Dan klien MutualMobile ini ga tanggung-tanggung lho. Ada Google, Cisco, Xerox, Samsung, Audi dan banyak lagi