Nikon D60

Nikon telah meluncurkan seri terbaru DSLR untuk pemulanya akhir Januari kemarin.
Seri D60 ini akan meneruskan generasi D40/D40x yang sukses di pasaran.
Beberapa kelebihan D60 diantaranya adalah pemakaian prosesor EXPEED sama seperti D300, kemudian ada dust reduction seperti halnya di Canon EOS 400D. Overall sih ga jauh beda dengan D40x kecuali lensa kit-nya sekarang menggunakan Nikkor AF-S VR DX 18-55mm f/3.5-5.6G. "VR" bo :)

review/spesifikasi Nikon D60 bisa dibaca di sini atau di sini

Duh, padahal saya lagi kepikiran untuk jual D40x tersayang karena pingin make D80 atau D200….
Ada yang minat? hehehehehhee

Nikkor:
AF-S DX 12-24mm f/4.0G ED-IF
AF-S 14-24 mm f/2,8G ED
AF-S 17-35mm f/2.8D ED-IF
AF-S DX 17-55mm f/2.8G ED-IF
AF-S DX 18-55mm f/3.5-5.6G
AF-S VR DX 18-55mm f/3.5-5.6G
AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G ED-IF
AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6 ED-IF
AF-S VR DX 18-200mm f/3.5-5.6G IF-ED
AF-S 24-70 mm f/2,8G ED
AF-S 24-85mm f/3.5-4.5G IF-ED
AF-S VR 24-120mm f/3.5-5.6G ED-IF
AF-S 28-70mm f/2.8D IF-ED
AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G ED
AF-S VR 55–200mm f/4–5.6G IF-ED
AF-S VR 70-200mm f/2.8G ED-IF
AF-S VR 70-300mm f/4.5-5.6G
AF-S 80-200mm f/2.8D ED-IF
AF-S VR 105mm f/2.8G
AF-S VR 200mm f/2.0G ED-IF
AF-S VR 200-400mm f/4.0G ED-IF
AF-I 300mm f/2.8D IF-ED
AF-S 300mm f/2.8D IF-ED
AF-S 300mm f/4.0D ED-IF
AF-S VR 300mm f/2.8 ED-IF
AF-I 400mm f/2.8D IF-ED
AF-S 400mm f/2.8D ED-IF
AF-S VR 400mm f/2,8G ED
AF-I 500mm f/4.0D IF-ED
AF-S 500mm f/4.0D ED-IF
AF-S VR 500mm f/4G ED
AF-I 600mm f/4.0D IF-ED
AF-S 600mm f/4.0D ED-IF
AF-S VR 600mm f/4G ED

Sigma:
10-20mm f/4-5.6 EX DC HSM
12-24mm f/4.5-5.6 EX DG HSM
14mm f/2.8 EX
17-35mm f/2.8-4.0 EX DG
17-70mm f/2.8-4.5 DC Macro HSM
18-50mm f/3.5-5.6 DC HSM
18-50mm f/2.8 EX DC Macro HSM
18-200mm f/3.5-6.3 DC OS
30mm f/1.4 DC
50-500mm f/4.0-6.3 EX DG
50-150mm f/2.8 EX DC HSM
55-200mm f/4-5.6 DC HSM
70-200mm f/2.8 EX DG Makro
80-200mm f/2.8 EX DG Makro
80-400mm f/4-5.6 EX OS
100-300mm f/4.0 EX DG
120-300mm f/2.8 EX DG
150mm f/2.8 EX DG MAKRO
180mm f/3.5 EX DG MAKRO
300mm f/2.8 EX DG APO HSM
300-800mm f/5.6 EX DG APO
500mm f/4.5 EX DG HSM APO
800mm f/5.6 EX DG APO

Tamron:
17-50mm f/2.8 XR Di II Date of launch March-2008
18-250mm f/3.5-6.3 Di II
70-300mm f/4-5.6 Di LD Macro

Internet Banking Pemata & “Tombol” Logout

Kebetulan punya account di bank permata (eks Universal), dan dari pada ribet-ribet saya sering pakai Internet Bankingnya.

Untuk account query, lambat banget dibandingkan klikBCA.

Untuk security … saya lebih prefer menggunakan token seperti klikBCA dibandingin pake TIN/PIN

Yang paling nyebelin, "tombol" logoutnya ga jalan kalo ga pake IE … SUX! Ga bisa menggunakan Firefox, Flock, Opera atau Safari di Mac maupun Windos deh.

Jadi mau-ga mau saya harus akses pematanet pake IE & Windows (pernah pakai ies4linux)

"Kan bisa pake add-ons IETabs"

Iye kalo pake windows. Lha kalo pake FreeBSD? emang ada gitu engine IE buat FreeBSD? So far yang saya tahu sih blom ada

Kemungkinan sih penyakitnya ada di sini

Continue reading

Photoshop-on-Linux

Google telah mengumumkan dukungannya (dana) untuk membuat versi Windows dari Adobe Photoshop dan produk Creative Suite lainnya dapat berjalan bagus di komputer-komputer bersistem operasi Linux. Untuk itu Google menyewa Codeweavers – pembuat perangkat lunak Wine – untuk membuat Photoshop berjalan dengan lebih baik di Linux. Walaupun belum tentu semua produk Creative Suite akan mendapatkan dukungan dana untuk pengembangan supaya dapat berjalan di Linux, tapi yang jelas Photoshop-on-Linux saat ini menjadi prioritas Google.

Google sendiri sudah menggunakan wine untuk aplikasi Picasa versi Linux miliknya. Picasa digunakan untuk editing, tagging dan upload foto. Ya, saya pengguna picasa. Hasilya bisa dilihat di kotak-kotak foto disidebar kanan blog ini (iklan :P)

Nah apa itu wine? Banyak yang menyebut bahwa wine adalah emulator. Namun wine sendiri singkatan dari "Wine Is Not an Emulator". Nah kan? Bingung?
Hehehehehe, jadi begini, wine adalah sebuah perangkat lunak yang memungkinkan sistem operasi Unix yang berjalan di komputer berasitektur x86 (PC dengan CPU Interl atau AMD yang kebanyakan dikenal orang saat ini) untuk mejalankan program-program yang aslinya dibuat untuk dapat berjalan di sistem operasi Microsoft Windows. Wine akan melakukan intersepsi perintah-perintah Windows dari program tersebut, mengubah/mengkonversikannya menjadi instruksi-instruksi untuk kernal Linux dan subsistem grafisnya.

Berdasarkan survey yang dilakukan Novell, Photoshop menempati peringkat pertama sebagai aplikasi non-Linux yang diinginkan supaya dapat berjalan di Linux. Perangkat lunak lain yang didambakan pengguna Linux berdasarkan polling tersebut diantaranya adalah Autocad, Dreamweaver, iTunes, Macromedia Studio, Flash, Quicken, Visio, Quickbooks, Lotus Notes.

Nah karena saya ga punya duit buat beli Photoshop, sepertinya saya stick with GIMP ajah dulu :P iTunes would be very nice if it has the native Linux version. Tapi saya ga punya iPod, cuman Creative Zen Neeon yang udah berumur 3 tahun sekarang. Jadi menggunakan Banshee  dah cukup lah :) Visio … ah itu termasuk yang saya idamkan. Kurang puas dengan Dia. Ngga network admin friendly … jadi kalo bikin diagram networking ga senyaman Visio. Saya ga butuh Quicken/Quickbooks, untuk personal financial management saya bisa pake KMyMoney, GnuCash atau beli Moneydance ajah $29.99. Autocad skip, saya ga pakai. Dreamweaver? Saya berhenti pakai wysiwyg editor sejak eneg dengan betapa kotor dan tidak rapinya source code hasil Ms Frontpage sekitar tahun 1997 lalu.

Love the Movie

Poster Love

di dunia yang tidak sempurna ini
yang sempurna hanyalah….
cinta

Begitulah tagline-tagline yang sempat saya ingat dari film Love The Movie.
Ya ya ya ya, "another" film Indonesia dengan judul berbahasa Inggris…

Saya agak pilih-pilih kalau diajak nonton film Indonesia. Habisnya, kebanyakan film Indonesia sekarang ga ada bedanya dengan siaran televisi. Isinya setan-setan mulu dengan cerita ga jelas dan ga ada gregetnya. Opsi lain palingan film-film ABG yang lebih banyak bergaya borjuis, kembali dengan cerita "ga jelas" dan ga ada gregetnya.
Tapi yang ini beda, film ini bagus. Dari sisi cerita, sudut pengambilan gambar, casting, bahkan pemilihan soundtracknya. Salut buat Erwin Gutawan dan "Indonesian Little Soprano" Gita Gutawa. Tidak lupa juga buat Padi, Gigi dan So7 :)

Jika kamu pernah nonton Love Actually, drama romantis dari Inggris tahun 2003 itu, cerita ini punya beberapa kesamaan. Kombinasi berbagai cerita dalam satu alur. Bedanya di Love Actually ada sekitar 10 cerita (cmiiw), di Love the Movie ini cukup 5 cerita saja. Di Love Actually kalau tidak salah ada cerita tentang tokoh yang bekerja sebagai body-double (minjam istilah dari blognya Dian Sastro)/stand-in untuk adegan sex (plus adegannya tentunya), di sini kamu cukup akan melihat Wulan Guritno berciuman heboh dengan Fathir, plus "berusaha" tampil menggoda dengan kain tipis rada transparan (entah apa sebutannya) serta adegan backless di shower.

Nah, awal cerita ditandai dengan adegan sepasang anak-anak sedang bermain di sawah, dengan iringan lagu "Sempurna" versi Gita Gutawa. Si anak cowok membuatkan sebuah gelang untuk temannya, si anak cewek.
Continue reading