Mudik The Series: Day #6, Ujan

Abis Jum’atan rencana mo jalan lagi. Tapi karena gerah gbt bgt, jadinya belok balik ke rumah n mandi lagi ….. suegarrrrrr. Rasa air daerah pegunungan beneran. Kalo ga takut dikemplang nyokap pake ulekan, pasti saya pilih berendem ajah deh di bak mandi :D
Nah abis itu siap-siap mo cabut. Dan ternyata oh ternyata … ujan bo.
Rekor, dalam 6 hari ini Malang ujan dengan durasi lebih dari satu menit. Sebelum-sebelumnya ujannya kan cuman becanda doang dengan durasi ga nyampe semenit.
Baguslah, biar Malang jadi adem n segar lagi. Liat ajah tuh rumput-rumput di alun-alun Malang sampe pada peot kekeringan gitu (plus keinjek-injek).

posted using MMS2Blogger.com – kidy

Mudik The Series: Day #6, Klojen

Jam 8 pagi dah ke Klojen (Jl. Trunojoyo) utk book travel ke Juanda buat hari Minggu nanti. Nah, pake layanan dari Liza Tours & Travel (setelah Modern Photo kalo dari arah Rampal, sederet situ lah). Travel ini pula yang saya gunakan utk rute Juanda-Malang (Karanglo Indah) Minggu kemarin :) Yah, rekomen deh. Tinggal telpon ajah kok ke nomor hotline di bawah atau ke +62-341-333037.

Warung-warung di Klojen (sampe daerah depan stasiun) pun masih pada tutup.Ya jelas lah tutup, masih jam 8 pagi juga. Bakso Cak Man ajah bukanya siang :D
Ya udah dulu, saya mo nerusin perjalanan nyari kripik-kripik di Jl. Ciliwung. Tempat biasa, kripik tempe Abadi

posted using MMS2Blogger.com – kidy

Mudik The Series: Day #5 JJS

Sore ini berbekal motor Kawasaki Blitz pinjeman, saya kelayapan dari Singosari ke kota. Pas depan PLN Blimbing eh tau-tau ujan. Langsung deh menepi. Eh udah gitu ujannya langsung brenti berganti grimis kecil biasa. Ngeledek deh.
Ke Matos bentar utk beliin adik sepatu, trus cabut ke alun-alun.


posted using MMS2Blogger.com – kidy

Mudik The Series: Day #3, Intermezo

Dalam rangka belajar menjadi how to be a perfect junker, barusan saya iseng join id-gmail. Huheuehuehuehue. Sebelum-sebelumnya sih cuman nemenin Rara ajah kalo ikutan kopdarnya anak-anak gmail. Yah, jadi tukang potret dadakan :P
Nah udah dulu, mo berburu bakso Malang. Secara nih makanan saat ini lebih menggoda dari pada nge-junk :P
*Nyam*

Mudik The Series: Day #2, Lebaran 23 Oktober

Yah, hari ini hari Senin 23 Oktober 2006. Dan mayoritas di Jawa Timur merayakan lebaran hari ini.
“Wah kamu ikut Muhammadiyah?”
Umm, ngga seperti itu sih. Begini, sampai Minggu malam kemarin waktu selesai sidang isbat, 1 Syawal 1427H di tetapkan jatuh pada hari Selasa 24 Oktober 2006. Ini sebagai hasil dari pengamatan hilal di 29 tempat yang belum terlihat (atau mungkin belum sempurna). CMIIW. Sementara Muhammadiyah tetap pada tanggal 23 Oktober. (at the end, Arab & OKI juga tanggal 23 Oktober)
Nah, Minggu malam (sekitar jam 11.35) di kampung saya ada seorang anggota NU tergesa-gesa ke musholla sambil membawa selembar fax. Isinya, pengurus NU Jatim telah mengeluarkan pengumuman bahwa hilal sudah terlihat hasil pengamatan di daerah Bangkalan dan Pantai Cakung, Jakarta. Detilnya bisa baca di sini. Beruntung masih ada beberapa orang yang sedang tadarus di musholla kampung, dan juga ada yang nongkrongin JTV. Cuman jadilnya semua malam itu malah pada kelabakan.
Kelabakan? Kok bisa?
Begini, ada satu tradisi di kampung saya (Plambesan, sebelum gerbang perumahan Karanglo Indah-Singosari, Malang) dalam merayakan Idul Fitri. Sebagai tanda syukur, setelah selesai sholat Id dan khutbah Idul Fitri, semua jamaah saling bersalaman kemudian berkumpul di sekitar musholla. Nah setelah itu kami saling membagikan makanan. Istilah dalam bahasa jawa, saling bagi-bagi berkat. Isinya nasi dan lauk pauk yang dikemas dalam kotak atau bungkus khusus dari plastik (bukan bungkus kertas kalo beli makanan di warung). Nah, kami masih berpatokan bahwa 1 Syawal akan jatuh hari Selasa 24 Oktober, jadi segala kegiatan masak-memasak (biasanya dilakukan di rumah masing-masing) akan dilakukan hari Senin.
Nah, berkaitan dengan pengumuman susulan yang mendadak dari NU tersebut, jelas satu kampung jadi blingsatan. Jadilah malam itu sebagian orang takbir, sebagian lagi sibuk memasak. Yang belum sempat persiapan/belanja bisa gabung dengan rumah yang udah siap. Jadi saling gotong royong gitu. Seperti Pak Saniman yang langsung masak di halaman rumah.
Lho, kok?
Lha iya, dia langsung sekali masak dengan 4 kompor yang tidak akan muat kalo dilakukan di dalam dapur. Jadilah halaman rumah yang dipilih dibantu dengan yang lainnya. Seru pokoknya.
Alhamdulillah sehabis Subuh, semua udah kelar. Makanan udah siap walaupun ragamnya tidak sebanyak tahun sebelumnya. Maklum versi darurat. Pada akhirnya, esensi lebaran kan bukan pada makanan “berkat” itu sendiri.
Seperti biasa setelah acara bagi-bagi “berkat“, pulang ke rumah untuk sungkem ke orang tua serta saudara-saudara. Sehabis itu baru berkeliling desa dari satu rumah ke rumah untuk silaturahmi. Walau udara Malang hari itu tidak bersahabat, panas dan berdebu (pa lagi kalo ada angin) tapi kegiatan ini tetap berjalan meriah.
Suasana jadi kelihatan sepi. Warga NU yang belum mengetahui pengumuman dadakan itu banyak yang akan merayakan lebaran Selasa, jadinya masih ada yang puasa. Sedangkan yang merayakan lebaran hari ini juga sudah mulai berangkat berkunjung ke saudara-saudara di luar kampung/desa atau malah luar kota.

“Ngaturaken sugeng riyadi 1427 H.
Minal Aidzin wal Faidzin, Taqaballahu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum, Kullu Amin wa Anum bi khoir.
Nyuwun pangapunten mugi sedoyo kalepatan ingkang kulo sengojo lan mboten sengojo lebur ing dinten fitri meniko.” (**)

Terjemahan bebasnya: “Selamat hari raya Idul Fitri 1427 H. Mohon maaf lahir dan batin” :P

(**) Buat rara, bayangin tuh bilangnya dengan gaya Bimo di film Jomblo lengkap dengan seragam gatotkaca-nya :D Dug drudugdugdug dug, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap katon lir kincanging alis maweh gandrung sabarang kadurung *klonthang klonthang .. gubrak* (nyenggol tumpukan kaleng :P)
Disarankan untuk tidak menahan tawa, dari pada jadi kentut yang menyusahkan sekitar :P

Mudik The Series :p Day #1, Lumpur Lapindo

Hehehehehehe, judulnya norak ya ? EGP dah :P
Saya sekedar ingin sharing day-to-day activities ajah selama berpartisipasi dalam ritual mudik nasional di Republik BBM ini dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1427H.
Minggu 22 Oktober, pesawat Garuda Indonesia GA310 membawa saya terbang dari Jakarta menuju Surabaya. Kondisi bandara Cengkareng sepi-sepi saja, berbeda dengan persepsi saya sebelumnya. Sehari sebelumnya, Martono mengingatkan saya untuk tidak telat karena waiting list Garuda sedang gila-gilaan. Pantes ajah dia yang majuin tiket untuk berangkat jam 18.00, akhirnya malah take-off sekitar jam 19.30. Duduk di seat 16 D, sebelah kanan saya ada sepasang suami-istri yang udah sepuh yang sibuk mengulas inflight magazine nya Garuda. Mulai tempat detox eksklusif sampai mo beli Nokia mewa seharga nyaris 8 juta rupiah. Another borju, spending money for fun. Ga habis pikir deh orang-orang kaya gini. Hambur-hamburin duit segitu banyak cuman buat beli barang yang ga ada fitur lebihnya sama sekali selain tongkrongan yang kelihatan mahal doang. Kamera cuman 0.5M pixel n ga 3G pula … :D
Yang lebih sayang lagi duit segitu hanya dihamburkan untuk beli barang aksesoris. Kalo untuk bayarin uang sekolah anak-anak dari kalangan tidak mampu, sudah berapa banyak tuh yang tertolong. Ya udah, akhirnya saya bermain-main sebentar dengan adik kecil yang duduk di deretan depan saya. Adik kecil itu rupanya pingin tahu berita hari ini sehingga narik-narik koran yang saya baca. Jadilah saya tunjukin gambar-gambar karikatur yang ada di sana :D
Setelah itu pasang earphone, nyalain Zen Neeon (kali ini skinnya sapi Indomilk :P) saya pun langsung terlena n terlelap beberapa saat. Terbangun karena adik kecil di depan sedang menangis keras. Rupayanya dia barusan tersedak permen, sehingga punggungnya harus di “gebug-gebug” sang mama supaya tuh permen dapat di muntahkan :( Aduh. Sayang gantungan kunci model miki mos dan donal bebek dari Disney World ketinggalan, jadi ga bisa bantuin nenangin adik kecil itu.
Nah mendekati Surabaya, sepertinya aliran udara di luar mulai berubah cukup drastis. Pesawat jadinya “bumping” membuat orang-orang pada ketakuan. Apalagi yang baru pertama kali terbang hehehehehehehe. Pada nengok ke jendela sebelah kiri semua. Pikir saya kenapa mereka melakukan itu yah? Mungkin karena posisi jendela sebelah kanan menghadap cahaya matahari. Jadi silau begete man :P Dah lah ga penting. Kembali dengerin Zen sambil berdoa (lha?? :P) Nah kan ga ada salahnya berdoa, malah kita harus berdoa setiap saat hihihihihi. Saya pernah mengalami turbulance yang mengerikan beberapa tahun lalu. Flight dari Paris ke Frankfurt, troley makanan sampe “lompat-lompat” menjatuhkan segala isinya ke lantai, sementara pemandangan di luar jendela berhiaskan petir. Seumur hidup baru kali itu saya lihat petir dari jarak yang “cukup dekat” :P
Alhamdulillah, landing di Juanda berjalan mulus. Penumpang senang dan adik kecil itu pun udah bisa ketawa-ketawa ketika dikitikin kakaknya. Surabaya masih seperti biasa. Panas.
Setelah nungguin Aang mengambil tasnya (oh iya, saya mudik bareng si Aang yang ternyata Arema juga), kita keluar ke depan Dunkin Donat untuk nungguin mobil travel. Beberapa menit kemudian, Panther silver dari Lisa Travel datang dan membawa kita ke Malang.
Sepertinya Pak Sopir ini penggemar F1, n ga mo ketinggalan nonton race terakhir Schumy. Jadilah dia ngebut mulu di jalan dengan penuh manufer yang cukup bikin terpental-pental (suspensi nih panther ga nyaman bgt). Ga berapa lama kemudian kami dah masuk pintu tol Sidoarjo. Saya langsung ngeluarin kamera, nyari angle buat motret. Sayang saya duduk di belakang sendiri, jadi rada susah buat motret yang pas.
“Buat postingan di blog, kondisi terakhir lumpur Lapindo”, begitu komentar saya sewaktu Aang nanya :D
Nah berikut ini adalah oleh-oleh dari sebagian (ditekankan lagi, sebagian) area yang menjadi korban ketidak becusan Lapindo.


Karena sopir ngebut di jalanan ancur kaya gini, yang terpotret ga banyak. Salah satunya pantat traktor kuning yang lagi benerin tanggul. Lihatlah longsorn di bagian kanan bawah tuh traktor. Syerem…


Ada desa dan persawahan di daerah ini sebelumnya. Namun kin hanya genangan lumpur yang terhampar di pandangan mata.


So far, perjalanan ke Malang cukup lancar. Jalanan boleh dibilang amat sepi. Sampe di Malang kira-kira jam 3 sore kurang. Malang kok jadi gerah gini, ga sedingin dulu. At least ga sedingin Mei kemarin waktu menghadiri resepsinya Martono. Dah gitu berdebu, dan air tanah mulai menyusut. Untung airnya masih dingin dan suegerrrrrr tenan buat mandi.
Dah dulu mo istirahat. Mandi-mandi menikmati segarnya air dan nunggu waktu berbuka puasa :)