Movie: Bangun Lagi Dong Lupus (2013)

Lupus_logo

Buat kamu yang berasal dari awal era 90-an pasti ga akan lupa dengan serial cerpen Lupus karya Hilman Hariwijaya yang dimuat di majalah Hai. Cerita yang akhirnya dibukukan menjadi novel ini ‘membumi’ banget seakan menjadi perwujudan remaja (“ibu kota”) pada saat itu. Rambut gondong ala John Taylor dari band Duran-Duran, permen karet, sepeda balap, tas slempang, jahil-konyol-ngocol kocak. Betapa susahnya keadaan hidup saat itu (biasa, soal sekolah, rumah dan kisah kasih) tetap dijalani dengan riang gembira karena sahabat-sahabat tercinta selalu ada di sekeliling kita. Dan saya yang saat itu baru masuk SMP langsung terpesona oleh kisah Lupus dan teman-temannya. Gue banget kalo istilah anak Jakarta (saya dulu tinggal dan bersekolah di kota kecil yang bernama Malang, dibalik pegunungan di Jawa Timur sana ^_^).

Setelah film Lupus terakhir, kerinduan para penggemarnya akan film Lupus yang baru kian memuncak. Kalau di buku Lupus = Hilman, di layar lebar Lupus = Ryan Hidayat. Almarhum Ryan Hidayat sukses memvisualisasikan karakter Lupus ini, bahkan lebih hidup dibandingkan Hilman sendiri yang sempat memerankan Lupus di film Lupus III: Topi-Topi Centil (1989). Ada sih tayangan sinetronnya. Tapi buat penggemar Lupus ‘veteran’, itu bukan Lupus. Saya pribadi novelnya cuman bisa menikmati sampai buku Lupus ‘n Work (1994). Selebihnya novel Lupus dah berasa hilang “soul”-nya. Yaelah….

lupus_bldl_poster_2

Anyway, saat melihat poster dan cuplikan film layar lebar Bangun Lagi Dong Lupus (BLDL) terbersit rasa kangen akan nostalgia novelnya yang kocak habis itu.

Buat kalian yang belum pernah baca Lupus versi 86-94 saya amat sangat sarankan untuk membacanya. Itu best of the best-nya Lupus versi saya. Jadi mulai buku #1 Tangkaplah Daku Kau Kujitak sampe #14 Lupus ‘n Work. There are moral of the stories, sayang banget di era web 2.0 ini ga ada buku tentang anak muda yang sebagus Lupus. Another chicklit n chicklit lagi adanya.

Balik ke film, saya sih nothing to lose. Dari versi sinetron saja Lupus dah keluar dari imajinasi yang sudah tertanam di memori kita (mengutip kata Mas Gusur tadi –nanti ada ceritanya–). Ga ada jambul ala Duran-Duran, sutradanya Benni Setiawan pula yang membuat saya cukup kecewa saat menonton Madre kemarin. Satu-satunya yang bikin saya masih berharap adalah Hilman sendiri yang menulis skenario ceritanya. Jadilah minggu sore kemarin saya nonton BLDL di bioskop XXI Lotte Mart, Bintaro. Ajak si Rara sebagai sesama penggemar Lupus.

lupus-novel

Pesan buat para penggemar Lupus ‘veteran’, hilangkan Lupus yang melekat di benak kalian kalau mau menikmati –oke, paling ngga ikutan ketawa karena mayan banyak juga adegan kocaknya– film ini. Ini Lupus yang di-‘modifikasi’ (dipaksa kalau saya bilang sih) untuk menyesuaikan era sekarang. Buat remaja-remaja sekarang, BLDL ini tontonan yang segar penuh dengan nasehat moral (dikit lebay juga sih). It’s fun anyway, Mas Hilman & Mas Gusur bilang anak-anak mereka juga suka n tertawa-tawa nonton film ini. Buat saya si ini jauh lebih memuaskan dibanding nonton Madre.

Sedikit spoiler, ceritanya Lupus (Miqdad Addausy) baru pindah sekolah ke SMA Merah putih (nah kelihatan kan bedanya). Di sana dia bertemu dengan teman-teman baru. Ada Poppy (Acha Septriasa), Anto (Fabila Mahadira), Boim (Alfie Alfandy), dan Gusur (Jeremy Christian) yang semuanya sekelas (nah kan). Terkait intrik asmara, Lupus jadi incaran Daniel pacar Poppy karena dianggap mengganggu hubungan mereka (Kevin Julio). Di SMA Merah Putih, Poppy yang menjadi pemred majalah sekolah harus menghadapi kepalah sekolah Pak Zairin (Dedi Mizwar) dan guru olah raga (Eko Patrio) yang keduanya pada narsis ingin menjadi cover dan headline majalah sekolah tersebut. Akting Dedi Mizwar tidak perlu dipertanyakan lagi, tapi kemunculan Eko Patrio yang porsinya lumayan banyak di sini sedikit membuat cerita jadi hambar. Nurut saya sih, Eko (yang juga menjadi produser film ini) kayanya berusaha memanfaatkan moment untuk come back ke dunia akting setelah lama berkecimpung di politik. I wish there’ll be Mr. Punk-aribuan.

lupus_novel_bangun

Tidak ada Lupus dengan segudang banyolan dan tebakan lucunya serta ga jarang jadi trouble-maker. Ga ada Lulu yang bawel dan jahil juga. Dialog-dialognya masih segar, tapi ada banyak scene yang Lupus seakan memberi ‘dakwah’ kayanya bukan Hilman banget deh gaya dialognya. Yah mungkin banyak interverensi sih, I dont know. Tapi bintang utama di film ini kalo saya bilang sih adalah Boim LeBon yang sukses diperankan oleh Alfie Afandy. Asli kalo ga ada Alfie, film ini ga akan dapat rasa segarnya. Bwahahahaha, kok saya malah keingat Yudistira angkatan 19 STM Telkom Malang yah? :P

Keluar dari bioskop masih berusaha menetralkan diri. Ya, soale awalnya saya kira ini adaptasi cerita dari buku #6 Bangun Dong Lupus. Saya ga tau kalo film ini ada novelnya (yang ternyata baru diterbitkan juga). Tapi ya sudahlah, toh dari awal dah nothing to lose kok :)

And guess what?
Di lobi bioskop ga sengaja kami ketemu Hilman Hariwijaya. Ada pula Gusur, Fifi Alone, ‘Lulu’ dan Mami Lupus!!. Ternyata mereka ini diundang oleh Komunitas FB Lupus Reborn & @LupusTwit (ok, yang hadir level veteran semua :P) untuk nonton bareng dan juga diskusi. Pantas saya ngelihat beberapa orang berkeliaran dengan kaos bergambar siluet legendari Lupus niup permen karet karya Wedha.

Langsung nimbrung deh. Narsis berfoto-foto dan mendadak menjadi follower @LupusTwit dan masuk ke Facebook-nya Lupus Reborn. Lanjut ke foodcourt Lotte Mart, banyak diskusi, ‘protes’ n curhat disampaikan ke Mas Hilman dan Mas Gusur. Hahaha, saya jadi rada-rada speechless. Terakhir ketemu Hilman waktu saya masih kelas 2 STM. Waktu itu ada acara bertema pemuda di STIE Malangkucecwara (ABM). Saya dan Ferry sohib saya ikutan jadi peserta. Kayanya kami peserta dua-duanya dari STM :P Bintang tamunya Ersa Mayori cover girl majalah Gadis, serta Hilman n Boim dari Lupus. Saya menang kuis Lupus dan berkesempatan nampang di artikel liputan acara ini di majalah Gadis bersama Hilman n Echa :P

Phew, yang jelas siap-siap saja di film berikutnya. Dan gosipnya nih akan terbit bundle Lupus yang diambil dari 5 seri terlaris novel Lupus. So, buat para penggemar siap-siap hunting. Buat yang baru ngikutin atau belum pernah baca, you gotta get the book!

Untuk foto-foto lainnya, bisa dilihat di FB Lupus Reborn: Behind The Scene “Bangun Lagi Dong Lupus” April 2013

Update: 2022

RIP Mas Gusur, Mas Hilman
Terima kasih atas karya-karya kalian yang telah memberikan warna tersendiri dalam kehidupan kami. Sungguh itu adalah salah satu masa terindah yang pernah kami miliki.

Madre Joe Friday

Well, long weekend has came to and end. What did you do in that periode of time?

Me?
Ummm, for some people it’s a Good Friday celebration. But unfortunatelly it’s the opposite story for us :P
Friday morning we could finally went home with a smile. Smile that only last for less than 12 hours before our hard work for the last couple days (5 months for this one) being fucked up. Meh….

Well anyway, screw all of things. I think i’m reaching my “enough is enough” perimeter :P This project is sucking out my energy like a dementor. So, i chose to spent 3 days only for sleeping and watching movies.

Ya gitu deh, City Plaza selalu punya cerita :) *towel-towel Bellia

MadreJadi Jum’at malam saya nyulik Rara buat nemenin medley nonton film. Aslinya sih pingin nonton G.I. Joe: Retaliation, tapi Rara pingin nonton Madre. Jadi biar adil, kita tonton sajalah keduanya. Namanya juga medley :)

Madre, film ini diangkat dari novel karya Dewi ‘Dee’ Lestari. Saya belum pernah baca novel-novel karangan Dee satupun, jadi waktu nonton film ini saya ga ngarep apa-apa, berbeda dengan si Rara yang terus mempromosikan novelnya ^_^

Ceritanya kurang lebih (rada spoiler) berkutat tentang roti dan toko roti. Adalah Tansen (Vino Bastian), seorang surfer, free man di Bali. Tau-tau dia harus ke Bandung karena mendapatkan warisan dari kakeknya (yang dia baru tahu kalo punya kakek bernama Tan Se Gie). Warisannya berupa sebuah kunci kulkas yang berisi adonan biang roti yang disebut sebagai Madre. Intinya, Tansen harus menghidupkan kembali toko roti Tan De Bakker tinggalan kakeknya dengan membuat roti madre ini. Puyeng lah dia. Yang tadinya orang bebas yang cuman mengejar ombak, kini harus memikul tanggung jawab. Di sini, Tansen harus selalu berdebat dan di’bully‘ Pak Hadi (Didi Petet), karyawan almarhum kakeknya, untuk membuat roti.

Kemudian datanglah Meilan (Laura Basuki), yang ngotot nawar untuk beli Madre yang ada akhirnya malah bekerja sama dengan Tansen dan Pak Hadi untuk membangkitkan kembali Tan De Bakker. Dari ini intrik bisnis seadanya serta romantisme mulai muncul. Buat yang sudah baca bukunya tentu dah tau ceritanya.

Tapi buat saya, film ini sedikit mengecewakan.
– Didi Petet menurut saya under-perform. Sayang banget dari aktor selevel dia, sukses berperan sebagai kabayan dan emon catatan si boy, tapi sunda-nya ga keluar dan dialognya itu loh… Duh. Padahal Didi Petet ini salah satu aktor favorit saya.
Kalo saya bilang ke Rara sih, terdakwa di film ini adalah sutradara dan penulis naskahnya (yang pas saya nulis postingan ini baru tau kalo keduanya adalah orang yang sama yaitu Benni Setiawan). Henky Solaiman sepertinya lebih tepat jadi Pak Hadi.
– Vino, aktingnya mantap. Cuman kurang lepas saja. Untuk peran “orang bebas” anti terikat, dia malah mainnya kaya orang terikat. Harusnya bisa seperti di Catatan Akhir Sekolah, Punk In Love atau di Serigala Terakhir.
– Laura Basuki, she’s still cute :) malah sepintas ada adegan yg dia mirip bgt dengan Jennifer lawrence :P (OOT). IMHO yang aktingnya paling kuat di sini sih saya rasa Laura.

madre-01

Belum lagi ceritanya ga ngalir dan ada beberapa bagian yang kalau istilah saya adalah “blank spot”. Dari satu frame ke frame lain perpindahannya ga smooth. Kalo kamu suka mixing musik atau nge-dj blending antar tracknya kasar. Plus backsound musiknya rada-rada ga nyambung dan makin mendukung ‘blank spot’ tadi di beberapa frame.

Trus peran Qori (Titi Qadarsih) make it worse. Maksudnya mungkin buat fill-in biar isi Tan De Bakker ga cuman Tansen ma Pak Hadi doang maka dimunculkan 4 peran tambahan. Tapi khusus peran Qori ini justru… ah gitu lah.

Nilainya 6.5 lah buat saya.

 

G.I. Joe: Retaliation

“Joe Colton: You alright?
Lady Jaye: Yeah. You alright?
Joe Colton: My cholesterol’s a little high.”

Kelar nonton Madre, kami lanjut nonton G.I. Joe: Retaliation. Setelah spekulasi berkepanjangan dan juga ditundanya peluncuran sequel film GI Joe ini yang seharusnya diputar Juni 2012 lalu, akhirnya “G.I. Joe: Retaliation” tayang juga minggu ini. Duke (Chaning Tatum), Snake Eyes (Ray Park) dan Storm Shadows (Byung-hun Lee) adalah 3 karakter dari seri sebelumnya yang masih tampil. Karakter barunya cukup banyak. di sisi Joe ada Roadblock (Dwayne Johnson), Jaye, Jinx, Flint sampai Joe Colton yang diperankan Opa Bruce Willis mengeroyok Firefly yang diperankan Ray Stevenson (ingat The Punisher?).

gi-joe-retaliation-character-posters

Joe-Jinx-Jaye-Duke
Storm Shadow-Cobra-Snake Eyes-Roadblock

Sudah nonton G.I. Joe: Rise of The Cobra kan? Nah adegan terakhir kan Zartan menyamar jadi presiden Amerika. Di sini, sang presiden menjebak GI Joe dan menjadikan mereka seakan-akan sebagai teroris paling berbahaya di muka bumi yang harus dihabisi sampai akar-akarnya.

Tim GI Joe yang dikomandani Duke yang tengah menjalankan misi di Pakistan, dihabisi oleh tentara Amerika sendiri. Menyisakan Roadblock, Lady Jaye dan Flint yang berupaya untuk membalas dendam rekan-rekannya yang gugur dan mencari tahu kenapa mereka yang malah dibantai. Di sini mereka kemudian meminta bantuan Opa Bruce Willis.

Storm Shadows berhasil membebaskan Cobra leader, tapi ada twist di akhir-akhir cerita yang membawa kita sedikit flashback ke masa kecil Storm Shadow dan Snake Eyes.

Karena ini full action, don’t expect much on the story. Garing.

Di sisi lain, film ini mempunyai lebih banyak humor segar di sini dibandingkan G.I. Joe pertama yang humornya rada-rada jayus/maksa :P

One more thing, try to see it in 3D.

Tontonan hari Jum’at pada mengecewakan. Lebih gondok lagi selepas nonton harus balik ke kantor lagi *sigh*