Well, long weekend has came to and end. What did you do in that periode of time?
Me?
Ummm, for some people it’s a Good Friday celebration. But unfortunatelly it’s the opposite story for us :P
Friday morning we could finally went home with a smile. Smile that only last for less than 12 hours before our hard work for the last couple days (5 months for this one) being fucked up. Meh….
Well anyway, screw all of things. I think i’m reaching my “enough is enough” perimeter :P This project is sucking out my energy like a dementor. So, i chose to spent 3 days only for sleeping and watching movies.
Ya gitu deh, City Plaza selalu punya cerita :) *towel-towel Bellia
Jadi Jum’at malam saya nyulik Rara buat nemenin medley nonton film. Aslinya sih pingin nonton G.I. Joe: Retaliation, tapi Rara pingin nonton Madre. Jadi biar adil, kita tonton sajalah keduanya. Namanya juga medley :)
Madre, film ini diangkat dari novel karya Dewi ‘Dee’ Lestari. Saya belum pernah baca novel-novel karangan Dee satupun, jadi waktu nonton film ini saya ga ngarep apa-apa, berbeda dengan si Rara yang terus mempromosikan novelnya ^_^
Ceritanya kurang lebih (rada spoiler) berkutat tentang roti dan toko roti. Adalah Tansen (Vino Bastian), seorang surfer, free man di Bali. Tau-tau dia harus ke Bandung karena mendapatkan warisan dari kakeknya (yang dia baru tahu kalo punya kakek bernama Tan Se Gie). Warisannya berupa sebuah kunci kulkas yang berisi adonan biang roti yang disebut sebagai Madre. Intinya, Tansen harus menghidupkan kembali toko roti Tan De Bakker tinggalan kakeknya dengan membuat roti madre ini. Puyeng lah dia. Yang tadinya orang bebas yang cuman mengejar ombak, kini harus memikul tanggung jawab. Di sini, Tansen harus selalu berdebat dan di’bully‘ Pak Hadi (Didi Petet), karyawan almarhum kakeknya, untuk membuat roti.
Kemudian datanglah Meilan (Laura Basuki), yang ngotot nawar untuk beli Madre yang ada akhirnya malah bekerja sama dengan Tansen dan Pak Hadi untuk membangkitkan kembali Tan De Bakker. Dari ini intrik bisnis seadanya serta romantisme mulai muncul. Buat yang sudah baca bukunya tentu dah tau ceritanya.
Tapi buat saya, film ini sedikit mengecewakan.
– Didi Petet menurut saya under-perform. Sayang banget dari aktor selevel dia, sukses berperan sebagai kabayan dan emon catatan si boy, tapi sunda-nya ga keluar dan dialognya itu loh… Duh. Padahal Didi Petet ini salah satu aktor favorit saya.
Kalo saya bilang ke Rara sih, terdakwa di film ini adalah sutradara dan penulis naskahnya (yang pas saya nulis postingan ini baru tau kalo keduanya adalah orang yang sama yaitu Benni Setiawan). Henky Solaiman sepertinya lebih tepat jadi Pak Hadi.
– Vino, aktingnya mantap. Cuman kurang lepas saja. Untuk peran “orang bebas” anti terikat, dia malah mainnya kaya orang terikat. Harusnya bisa seperti di Catatan Akhir Sekolah, Punk In Love atau di Serigala Terakhir.
– Laura Basuki, she’s still cute :) malah sepintas ada adegan yg dia mirip bgt dengan Jennifer lawrence :P (OOT). IMHO yang aktingnya paling kuat di sini sih saya rasa Laura.
Belum lagi ceritanya ga ngalir dan ada beberapa bagian yang kalau istilah saya adalah “blank spot”. Dari satu frame ke frame lain perpindahannya ga smooth. Kalo kamu suka mixing musik atau nge-dj blending antar tracknya kasar. Plus backsound musiknya rada-rada ga nyambung dan makin mendukung ‘blank spot’ tadi di beberapa frame.
Trus peran Qori (Titi Qadarsih) make it worse. Maksudnya mungkin buat fill-in biar isi Tan De Bakker ga cuman Tansen ma Pak Hadi doang maka dimunculkan 4 peran tambahan. Tapi khusus peran Qori ini justru… ah gitu lah.
Nilainya 6.5 lah buat saya.
G.I. Joe: Retaliation
“Joe Colton: You alright?
Lady Jaye: Yeah. You alright?
Joe Colton: My cholesterol’s a little high.”
Kelar nonton Madre, kami lanjut nonton G.I. Joe: Retaliation. Setelah spekulasi berkepanjangan dan juga ditundanya peluncuran sequel film GI Joe ini yang seharusnya diputar Juni 2012 lalu, akhirnya “G.I. Joe: Retaliation” tayang juga minggu ini. Duke (Chaning Tatum), Snake Eyes (Ray Park) dan Storm Shadows (Byung-hun Lee) adalah 3 karakter dari seri sebelumnya yang masih tampil. Karakter barunya cukup banyak. di sisi Joe ada Roadblock (Dwayne Johnson), Jaye, Jinx, Flint sampai Joe Colton yang diperankan Opa Bruce Willis mengeroyok Firefly yang diperankan Ray Stevenson (ingat The Punisher?).
Sudah nonton G.I. Joe: Rise of The Cobra kan? Nah adegan terakhir kan Zartan menyamar jadi presiden Amerika. Di sini, sang presiden menjebak GI Joe dan menjadikan mereka seakan-akan sebagai teroris paling berbahaya di muka bumi yang harus dihabisi sampai akar-akarnya.
Tim GI Joe yang dikomandani Duke yang tengah menjalankan misi di Pakistan, dihabisi oleh tentara Amerika sendiri. Menyisakan Roadblock, Lady Jaye dan Flint yang berupaya untuk membalas dendam rekan-rekannya yang gugur dan mencari tahu kenapa mereka yang malah dibantai. Di sini mereka kemudian meminta bantuan Opa Bruce Willis.
Storm Shadows berhasil membebaskan Cobra leader, tapi ada twist di akhir-akhir cerita yang membawa kita sedikit flashback ke masa kecil Storm Shadow dan Snake Eyes.
Karena ini full action, don’t expect much on the story. Garing.
Di sisi lain, film ini mempunyai lebih banyak humor segar di sini dibandingkan G.I. Joe pertama yang humornya rada-rada jayus/maksa :P
One more thing, try to see it in 3D.
Tontonan hari Jum’at pada mengecewakan. Lebih gondok lagi selepas nonton harus balik ke kantor lagi *sigh*