Minggu kemarin saya menghadiri sebuah acara di Hotel Gran Melia yang diprakarsai oleh Telkomsel. Dalam acara bertajuk "Telkomsel R&D for LTE Services" ini, Telkomsel berusaha untuk membuktikan keseriusannya untuk selalu siap taking a lead di industri telekomunikasi seiring dengan pesatnya peningkatan teknologi (terutama bidang wireless/selular) itu sendiri.
R&D ini merupakan proyek kerjasama antara Telkomsel dan Telkom selaku induk perusahaan dengan para akademisi (diwakili oleh ITB, UI, ITTelkom) serta mitra produsen perangkat telekomunikasi yaitu NSN, Ericsson, ZTE dan Huawei. Selain kick off R&D, diacara ini dilakukan pula demo LTE (long Term Evolution) itu sendiri (menggunakan perangkat dari Huawei yang di pasang di Jakarta) serta Dual Carrier HSPA+ yang dilakukan di Medan (Ericsson) dan Denpasar (NSN). Bisa dibilang ini adalah roadmap Telkomsel untuk tetap memimpin pasar layanan broadband berbasis selular yang saat ini telah dinikmati oleh sekitar 16 juta dari total 86juta pelanggannya. Layanan broadband existing sendiri saat ini menggunakan jaringan 3G dengan penggunaan lebih dari 5000 Node B atau BTS 3G.
“Kesiapan dalam mengujicoba teknologi terbaru ini semakin menguatkan komitmen Telkomsel dalam berinvestasi sekaligus memandu perkembangan industri telekomunikasi selular di Indonesia memasuki era baru layanan mobile broadband.”, demikian kata Dirut Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno.
Acara ini dihadiri pula oleh Menkominfo Tifatul Sembiring yang selain memberikan sambutan (menurut saya sih agak-agak ga nyambung) juga berkesempatan mencoba beberapa demo di antaranya 3D streaming, game online (saya ga memperhatikan apakah Pak Menkominfo sempat maen Counter Strike pa ngga :P) serta demo vending machine. Kebetulan sekitar 1-2 minggu sebelumnya saya sudah mencoba menggunakan vending machine sejenis yang ditempatkan di Plaza Semanggi lantai 2.
Pasar layanan broadband wireless berbasis GSM di Indonesia ditandai dengan dikenalkannya jaringan UMTS 3G/W-CDMA. Kecepatan transfer data jaringan 3G mencapai 384 kbit/s di kondisi ideal. Ini merupakan versi upgrade dari GPRS yang sudah dikenal masyarakat sebelumnya. Teknologi 3G ini kemudian berevolusi ke HSDPA/HSUPA dan HSPA+. Teknologi tersebut terus berevolusi ke Dual Carrier HSPA+ (42Mbps), Multi Carrier (84Mbps), dan Multi Carrier yang didukung antena Multiple Input Multiple Output (MIMO) 2×2 (168 Mbps).
Nah, LTE (Long Term Evolution) ini merupakan lompatan besar di teknologi broadband celuller yang kemudian disebut sebagai pre-4G (masih belum full 4G kok ^_^). Dengan LTE, layanan data dapat diakses dengan kecepatan hingga 172 Mbps, sementara LTE Advance menawarkan kecepatan hingga 300Mbps, 600Mbps, bahkan 1 Gbps dengan teknologi Multi Carrier dan MIMO 4×4. Sebagai analogi pada kondisi ideal, jika kamu termsuk tukang download, maka sebuah file iso Linux sebesar 700MBytes (setara dengan sekitar 5600 Mbits) dapat kamu download dengan waktu hanya 33 detik menggunakan LTE 17Mbps. Wow!
Jika saat 3G dikenalkan dulu, layanan/konten yang dikedepankan diantaranya adalah Video Call, Video On Demand, Video Conference sampai dengan Location Based Service (LBS). Dengan evolusi LTE ini maka layanan-layanan yang lumayan haus bandwidth akan dapat solusinya. Mo VoIP, Online Gaming, Telegeoprocessing. Layanan High Definition (HD) video streaming juga dapat menjadi primadona.
LTE dan Dual Carrier HSPA+ diprediksi akan membawa perubahan industri telekomunikasi cukup signifikan, di mana pada era LTE perkembangan layanan berbasis data akan semakin pesat seiring dengan peningkatan kemampuan teknologi akses tersebut. Perkembangan layanan berbasis data juga ditentukan oleh berbagai aplikasi/service layer, seperti: teknologi IP Multimedia Subsystem (IMS), Service Delivery Platform (SDP), dan Cloud Computing. Di sisi lain, untuk mengembangkan berbagai layanan ke depan, operator membutuhkan dukungan dari mitra kerja, seperti: penyedia konten, aplikasi, dan tentu saja adalah penyedia device/terminal aksesnya.