2000km – Journey To The East

27-07-2010

Hampir 2000 kilometer
120 jam
6 hari
5 malam

Itu jarak dan waktu tempuh perjalanan yang aku lakukan minggu kemarin. Dari bagian barat pulau Jawa menuju ke sisi timur dan kemudian kembali ke barat lagi. Baru kali ini menyetir mobil sejauh itu hampir sepanjang waktu.

Journey to The East
Ini bukan novel dari Jerman, tapi memang perjalanan awal yang saya lakukan ke arah timur pulau Jawa dengan starting point Bintaro, Tangerang Selatan.

Kenapa?
Manusia berencana, tapi Allah lah yang menentukan segalanya.
Sebelumnya saya sudah mengajukan cuti ke kantor tanggal 30 Juli – 3 Agustus 2010. Agendanya adalah menghadiri resepsi pernikahan Jeng Ina – Mahen di Malang. Kebetulan sekali karena lokasi resepsi cuman sekoprolan saja dari rumah orang tua, jadi bisa sekalian mudik. Ketemu keluarga di Malang.

Request cuti telah dibuat, tinggal nunggu notifikasi approval dari Pak Bos. Hari Senin sewaktu otw ke kantor, ada telpon dari rumah Malang. Yuli adikku sambil nangis ngasih tahu kalau nenek yang dah beberapa bulan ini di Malang baru saja wafat.

*Deg*

Cuman bisa istighfar, mengucap inna lillahi wa inna ilaihi raji’un sambil menenangkan adik yang masih menangis shock dan kebingungan di seberang sana. Saya rasanya mau menjerit saat itu tapi entah kenapa kok selama menjawab telpon rasanya malah datar saja. Saya cuti pingin sekalian ketemu nenek. Sejak meninggalkan Malang sekitar tahun 1997 lalu, saya dah nyaris ga pernah mengunjungi beliau lagi di Magetan. Yang saya bisa ingat sejak tahun 2000an kayanya ga pernah menyempatkan diri ke Magetan lagi kalau mudik lebaran. Ngambil cuti lebaran selalu mepet. Sehingga sewaktu keluarga ke Magetan, saya balik lagi ke Jakarta buat mulai kerja lagi.

Terakhir saya hanya mendengar suara beliau via telpon beberapa minggu sebelumnya. Sebelumnya nenek tetap tinggal di Magetan dirawat paman-bibi dan keluarga di sana. Tapi karena paman-bibi saat ini harus ke Tangerang merawat cucu barunya, nenek dibawa ke Malang saja.

Setelah menanyakan kebutuhan apa saja untuk pemakaman dll, saya akan cover semua dan segera mungkin nyusul pulang, adik bisa sedikit lebih tenang. Setelah menerima telpon saya cuman bisa diam, dan kemudian nangis di taksi. BBM ke salah seorang sahabat di kantor soal ini n nanya Pak Bos ada ga supaya saya bisa minta relokasi tanggal cuti. Sopir taksi yang baik sempat memberikan beberapa kalimat dukungan dan tabah. Lalu lintas Jakarta yang semakin amburadul make it worse.

Paman dan sepupu menelpon nanya kapan saya balik ke Malang/Magetan. Saya bilang sesegera mungkin asal cuti saya di approve dulu. Urusan kantor hari itu banyak pula yang harus di selesaikan. Sore akhirnya bisa komunikasi dengan Pak Bos dan beliau mengijinkan.

Next cari akomodasi ke Magetan karena nenek akan dimakamkan di sana. Rute terdekat mestinya dari Solo. Tapi flight ke Solo ga banyak n ndilalah hari itu kok ya full book. Bah kalut, akhirnya nekat deh nyetir ajah dari Jakarta.

Kontak Rara minta tolong untuk nemenin ke Magetan. Sekalian buat gantian nyetir. Dalam kondisi seperti ini sepertinya bakal nambah masalah ajah jika saya nyetir sendiri. Tapi karena kondisi badan yang emang dah kecapekan kerja plus kondisi mental yang lagi berduka kaya gini plus lagi Rara kan juga baru balik kerja jadi diputuskan berangkatnya Selasa saja.

Info dari seorang rekan jalur pantura khususnya Indramayu – Cirebon sedang banyak perbaikan jalan, disarankan lewat Subang saja. Juni kemarin sempat ke Solo via pantura, jalannya emang hancur dan banyak proyek perbaikan jalan sedang berlangsung di sisi satunya. Berbekal Nokia E71 + Google Maps jadilah kami menyusuri Subang. End pointnya nanti sama-sama di Tol Palimanan – Kanci yang akan lanjut ke tol Bakrie Kanci – Pejagan.

Pantat Rush Penyok

Pantat Rush Penyok

Peristiwa ga enak pertama terjadi. Setelah istirahat dan makan, saya mendapati sudut kanan belakang Rush item saya penyok. Ini pasti ulah pengemudi goblok tertato di jidatnya yang ga bisa bawa mobil dengan benar. Dugaan sih disikat mobil sejenis mpv dengan roll-bar terpasang atau jenis mini truck yang maksa parkir di sisi kanan yang sempit. Bah!

Dari tol cikampek, saya memilih ke cipularang exit di Sadang. Tapi apa  daya, ternyata jalur Subang selain sempit malah sedang hot-hotnya perbaikan di banyak titik termasuk pengecoran jalan. Hardcore banget deh kondisinya. Di sini gunanya ada navigator. Selain bantuin mantau rute juga buat ngingetin supaya ati-ati nyetir. There’s no point doing speed racer thing in this route.

Lepas Subang, masuk ke Palimanan – Kanci saya dah hapal jalan. Rute Subang membuat itung-itungan waktu tempuh saya molor 2 jam lebih. Di sini baru deh speeding. Entah kenapa mulai sebelum Alas Roban sampai Solo sepi sekali saat itu. Jam 3 kurang dah sampai Solo. Hitungannya butuh 2 jam lebih dikit dari Solo ke Magetan. Bisa di bawah itu waktu tempuhnya kalau via Tawangmangu. Tapi itu namanya cari perkara. Selain lom pernah melewati rute tersebut, Tawangmangu berarti berhadapan dengan tanjangan, tikungan tebing dan jurang. Cukup Juni kemarin saya lewat rute tersebut saat iseng mencoba jalur selatan dari Yogya ke Bandung.

Jam 4 lebih sedikit kami sudah memasuki Magetan via Karangrejo. Di sini saya mesti memaksa otak untuk mengeluarkan memori mengenai Magetan. Dusun nenek saya ada di balik perbukitan. Jadi saya semasa kecil nyaris ga pernah di ajak menjelajah sampai ujung kota seperti ini. Mengandalkan ingatan rute bis/travel yang biasa kami pakai jika mudik dari Malang ke Magetan. Patokannya ketemu alun-alun berarti dah aman.

Kampung Alastuwo

Kampung Alastuwo (BTS Assisted)

Alun-alun ketemu, selanjutnya adalah nyari entry point yang akan mengantarkan kami ke dusun Alas Tuwo, Desa Balegondo. Seingatku jalan masuknya ada di belakang penjara karena kami dulu biasa jalan kaki dari dusun kalau ingin ke pasar kota atau ke alun-alun. Dan kejadian nyasar. Jalan kecil yang saya kita shotcut ternyata membawa kami ke gerbang sebuah SMP hehehehehe.

Kembali menyalakan Google Map untuk melihat peta blok daerah tersebut. Enaknya di Magetan dan juga Solo serta Semarang,  kotanya (paling tidak pusat kotanya) terbagi menjadi blok-blok kotak yang jelas. Jadi kita tidak akan merasa sedang berada di labirin seperti di Jakarta/Surabaya. Kami ternyata satu blok terlalu awal beloknya.

Malu bertanya, sesat di jalan. Kebetulan dah mulai nampak orang beraktivitas baik itu jalan-jalan/jogin menjelang subuh atau bersiap=siap ke pasar. Entry point pun ketemu dan kepala saya serasa semakin dibanjiri kenangan-kenangan masa kecil dulu. Turunan 45 derajat (sepertinya malah lebih dikit) jalannya sudah di aspal sampai ke ujung. Masjid desa dan sekolah SD di sampingnya masih seperti dulu. Dari sana kami masih harus turun lagi karena rumah nenek tinggal lurus saja, persis di ujung turunan kedua  sebelum ada turunan lagi.

Jam 5 pas kami sampai di samping rumah nenek. Masih seperti dulu, lebih ke belakang yang terbayang di mata saya yang dah mulai berair lagi adalah rumah nenek sebelum direnovasi. Khas Magetan/Madiun dengan bagian depan terdiri dari beberapa pintu dan jendela kayu. Ruang depan yang luas beralas tanah, ruang belakang yang baru berisi kamar, serta dapur di bagian samping.

Setelah di sambut ayah-ibu dan adik-adik, kamipun cuman bisa tergeletak tidur kecapekan.

#sharingSOLO Day #1 – Finale

Last part of sharingSOLO day #1, I’ll make it short.

Sesi terakhir sharing dari sisi UKM adalah perwakilan dari Jaringan Perempuan Usaha Kecil (JarPuk) disampaikan oleh FE Sujanti. (mohon maaf jika penulisan namanya salah).

   

Ibu-ibu super ini memulai dari level usaha rumah tangga untuk membantu suami mencari nafkah. Ada kisah tragis juga dibalik JarPuk (khususnya wilayah Surakarta ini). Diawali kebakaran besar yang dialami Pasar Gede sekitar April 2000. Kejadian ini tentu saja menjadi pukulan telak para pedagang khususnya pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya di sini. Termasuk usaha kecil milik ibu-ibu ini. Namun tragedi tidak dikenal di dalam kamus hidup mereka. Tanpa modal dan keterpurukan ekonomi tidak membuat semangat mereka pudar. Malah semakin berkobar untuk tetap bisa survive demi keluarga. 

 

Ibu Sujanti & Pak Gunawan

Anggota JarPuk Sukoharjo

Hasilnya? Sampai dengan saat ini, JarPuk Surakarta tercatat sudah memiliki sekitar 319 anggota dan dibatasi maksimal 500 anggota hingga akhir 2010 ini.

Jenis usaha JarPuk Surakarta ini juga beragam. Mulai dari kuliner, kerajinan tangan sampai dengan fashion n craft. Bahkan ada yang go international. Yang diambil contoh kemarin adalah Esti Collection (batik kalau tidak salah) yang telah melakukan eksport hingga pasar negara-negara ASEAN.

Sesi ini adalah sesi paling seru baik dari materi sharing maupun dari jumlah pertanyaan yang paling banyak diantara sesi lainnya. Dan pertanyaan paling di ingat adalah dari Cak Aris Plat-M (cwiiw) dengan analogi perdagangan sapi nasional dan pertanyaan mengenai cara penggalangan kekuatan antar pelaku UKM. Pertanyaan serius, hal ini mengingat pemerintah gembar-gembor penggalakan dan “dukungan” akan UKM tapi pada kenyataanya banyak keputusan/political will pemerintah yang justru tidak pro UKM.

Terlepas dari agenda politik yang mendominasi, hal penting yang disinggung oleh Bu Janti dari jawabannya adalah soal penerapan standarisasi. Hal ini juga sungguh mengena karena banyak produk lokal kita terutama dilevel UKM/SME yang kurang memperhatikan hal ini. Standarisasi ini akan menjadi parameter pasar menentukan nilai dari produk itu sendiri. Dan standarisasi ini juga meliputi banyak hal mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, produksi sampai dengan packaging dan pemasaran. 

JarPuk Surakarta ini juga menerapkan standar SP (Sertifikat Penyuluhan) atau PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga) pada anggotanya. Jadi hasil produksi anggotanya khususnya kuliner yang lolos standar mutu SP dan PIRT tersebut dapat dipasarkan di mal-mal tidak lagi hanya mengandalkan pasar tradisional saja. Comply with standard, produk kita bisa masuk pasar. Exceed the standards, pasar akan makin mencari produk kita.

Pelatihan juga perlu untuk upgrade knowledge kita. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja ada namanya OJT (On the Job Training). Maksudnya setiap individu berperan dalam menularkan pengetahuan/skill yang dimilikinya kepada yang lain. Tidak perlu melalui satu sesi training/pelatihan khusus tapi bisa pararel dilakukan sambil bekerja. Contohnya ya dengan diskusi. Hal ini juga dilakukan oleh JarPuk Surakarta dengan memberikan pelatihan-pelatihan pada anggotanya bahkan juga mengirimkan anggotanya untuk ikut maupun memberikan pelatihan di daerah lain.

Selain itu, Jarpuk juga memberikan statement bahwa komunikasi antar anggota itu adalah utama ini menjawab pertanyaan dari Mas @nicowijaya

Pertanyaan terakhir dari Mas Nanang – Magelang mengenai bagaimana upaya JarPuk di dunia nyata dalam membangun kerja sama dengan pihak-pihak dari pemerintahan, khususnya pemerintah kota Surakarta.

Sesi selanjutnya disampaikan oleh JarPuk Sukoharjo yang berbagi pengalamannya mengenai produksi kuliner. 

Menjelang tengah hari, Pak Joko Widodo, walikota Surakarta, yang sedianya memberikan sambutan pembukaan rupanya berkesempatan hadir. Walau waktu cukup mepet, namun beliau masih dapat bergabung dengan para blogger untuk memberikan sambutan.


Pak JokoWi, Walikota Surakarta

Pak JokoWi langsung tancap gas dengan mode salesman, city branding mempromosikan kota Surakarta yang akan mempunyai even-even sampai level Internasional yang akan di adakan di Surakarta. Mumpung yang hadir para blogger sehingga diharapkan dapat membantu mempromosikannya di blog masing-masing. 

Selain itu Pak JokoWi juga menjabarkan wacana mengenai kolaborasi antar pemerintah kota dengan mengambil contoh pariwisata. Dengan adanya kolaborasi ini diharapkan city branding maupun promosi dapat ditekan costnya karena dilakukan bersama. Mengingat destinasi wisata jawa tengah khususnya Solo dan sekitarnya berdekaran satu sama lain, hal ini tentunya sangat ideal. Beliau juga curhat kalo kolaborasi ini susah banget kompaknya. Yah bisa dimaklumi sih Pak, pada pingin show-off, lupa deh dengan semangat awalnya. Apa lagi ini antar pejabat pemerintahan kan ….

Setelah break acara dilanjutkan dengan presentasi dari XL selaku sponsor utama. Sesi ini dibawakan dengan gaya yang segar oleh Pak Teddy Bara Iskandar. Isi presentasi mengupas produk-produk XL yang berkaitan dengan akses internet. Akhir presentasi diisi dengan game yang yang masih terkait dengan topik presentasi tersebut. Gratisan itu emang paling top buat meriahin suasana yah :)

 

Penutup acara adalah sambutan singkat (dalam artian sebenarnya) yang disampaikan oleh Paman Tyo  yang berduet dengan Pak Blontank. Jadi deh dagelan segar dari 2 sesepuh yang rebutan ga mau menyepuhkan satu sama lain ini :) Pak Blontank pun menutup acara saat hari sudah gelap. Selain menjelang maghrib di luar emang sedang mendung berat.

That’s all, selanjutnya yah acara selesai. Para peserta dari komunitas pada kumpul, ngobrol satu sama lain dan yang jelas ritual wajibnya adalah foto-foto sebelum ruang pertemuan dengan segala atributnya diberesin panitia :)


background ritual foto-foto peserta sharingSOLO


lampu


Mbak Ajeng, blogger ponorogo n bekasi (cwiiw)


Plat-M, Mas Teddy dan lainnya


kotareyog


Sendiri menantang langit


Berbekal tempat sampah dan sepotong batu, akhirnya bisa nampang juga :P

postingan terkait:

#sharingSOLO Day #1 – Sharing Session 2

Setelah sesi yang dibawakan oleh perwakilan dari komunitas BHI, selanjutnya masuk ke inti acara yaitu sharing dari pelaku UKM. Dimulai dari presentasi oleh Pak Benyamin Esa. Beliau ini adalah pengusaha wiraswasta dibidang percetakan, nama perusahaannya ESA Grafika. Beliau ini sudah merintis usaha sejak dari bawah, menjelajah Surakarta dan sekitarnya. Usaha kemudian merambah seputaran Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Beberapa tahun Pak Ben menjalani model usaha seperti ini, seringkali beliau sendiri harus ikut keliling ke kota-kota lain untuk menjemput bola mencari orderan. Sampai pada satu titik di mana beliau berpikir kalau keliling terus seperti itu walau pendapatan finansial ada tapi capeknya tentu juga ga ketulungan.

Trus?

Nah ini dia. Pak Ben ini mulai bersinggungan dengan internet.  Beliau sempat meminta bantuan seorang teman untuk membuatkan website persusahaannya. Tapi karena tidak berjalan mulus, website itu tidak jadi dan Pak Ben hanya mempertahankan domain esagrafika.com saja sampai sekarang. 

Pak Ben, domain esagrafika.com badhe telas September 2010 puniki. Jangan lupa memperpanjang biar ga ditake-over orang :)

Kemudian berawal dari sebuah pelatihan blog di sebuah mal di Solo, Pak Ben iseng-iseng ikutan. Dari sana muncul ide untuk membuat sebuah blog yang isinya adalah foto-foto hasil produk Esa Grafika. Hasilnya jadilah  https://esagrafika.blogspot.com.

Menggunakan tagline “pusatnya paper bag, furing bag dan digital bag di solo“, Pak Ben dengan esagrafika-nya mulai memperluas jaringan pemasaran melalui media online. Seperti halnya di sesi pertama, blog ini menganut prinsip marketing “gethok tular”. Dari satu pembaca merekomendasikan ke pembaca/blogger lain. Awalnya dilingkaran komunitas yang sama (mungkin di bengawan) kemudian merambah ke komunitas lain. Dampaknya orderan pun mulai bermunculan dan Pak Ben tidak perlu intens keliling kota lagi seperti dulu (atau malah udah ngga sama sekali yah, Pak?)

Nah beberapa pertanyaan yang muncul di sesi Pak Ben ini, semua jawabannya kalo dirangkum bisa menjadi satu kesimpulan saja. Pak Ben menjawab kalo media online (blog) yang digunakannya saat ini baru sebagai saranan promosi saja. Tidak ada aktivitas ecommerce di sana. Transaksi yang ada pun cukup konvensional. Orang lihat blog, baca-baca, di sana ada contact number dan email. Dah ordering dilakukan via email tersebut dan paymentpun menggunakan bank transfer. Plusnya di sini, ESA grafika bisa mendapatkan DP dulu sebagai modal dari pemesanan “online” ini. Dari model offline, banyak pemesan (apalagi yang sudah kenal akrab) asal main pesan saja, tanpa memberikan DP dan bayarnyapun nanti jika sudah ada dana (kalo ingat pula :P)

Nah, Pak Ben kapan ngeblog lagi? hehehehehe

Isinya lebih sering di-update dong, Pak. Jadi pengunjung blog akan selalu disuguhin konten/isi yang update yang akan menarik mereka untuk tetap datang dan membantu secara ga langsung promo produk-produk esagrafika. Misalnya:

twitter: @nurikidy eh ada koleksi baru dari @esagrafika solo, lho. beberapa item malah ada sale di pameran XYZ tangga a-b.

 

Sharing selanjutnya diberikan oleh Mas Azis dari batik Putra Laweyan. Nah versi putra laweyan ini website yang dibuat tidak model blog tapi lebih ke product catalogue. Kalau kita lihat di website putra laweyan sendiri, di sana ada info yang lebih lengkap dibandingkan esgrafika.blogspot.com. Mulai dari produk terbaru, tata cara pemesanan dan transaksi, katalog produk lengkap dengan harga dan status stoknya, artikel mengenai batik dan hal lainnya. Satu hal yang sama dengan esagrafika adalah belum ada full e-commerce transaction di sana. Pembayaran tetap dilakukan via bank transfer atau cash on delivery. Untuk target pasar internasional sepertinya payment model bank transfer akan agak merepotkan. Coba kalo ada semacam clearing house atau tepatnya mungkin agregator untuk memfasilitasi proses e-commerce bagi pengusaha batik (dan usaha lainnya) untuk se-Solo dan sekitarnya. Jadi kalau mo order tinggal bayar pakai paypal atau via google checkout :)

Karena sebelumnya mblasuk-mblasuk laweyan masih banyak yang pada tutup, n mau ke kauman kayanya kok dah ga ada waktu, akhirnya beli beberapa batik di putra laweyan ini. Pelanggan Telkomsel dapat diskon 15% untuk baju, peserta sharingSOLO dapat diskon 20%. Yayyyyyy, mantap nih nego nya pak Blontank Poer.

Postingan lain yang terkait:

 

#sharingSOLO – Day #1 Sharing Session 1

Melanjutkan postingan saya sebelumnya mengenai #sharingSOLO, sesi selanjutnya dibuka dengan sambutan dari moderator, Pak Gunawan Wibisono. Inti sambutannya adalah harapan dengan adanya sharing ini akan dapat menghasilkan hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Jadi setelah para peserta pulang nanti semua akan mendapatkan tambahan wawasan, pengalaman, pengetahuan yang bisa diimplementasikan di daerah asal masing-masing.
Pak Blontankpoer – ga tau – Pak Gunawan Wibisono
Mas Bahtiar dari gerombolan BHI mengawali sesi sharing ini dengan sejarah dia mulai mengembara di Jakarta selepas menyelesaikan pendidikan. Dengan latar belakang perjuangan nyari kerja yang ga dapat-dapat, culture shock, nyari tempat nongkrong enak murah meriahpun juga susah. Tempat nongkrong murahpun akhirnya dapat di trotoar depan Plaza Indonesia itu. Nulis blog mengenai hal tersebut yang kemudian dibaca banyak orang dan akhirnya banyak juga yang gabung nongkrong. Terbentuklah kelompok/komunitas (yang kemudian disebut Mas Bahtiar sebagai gerombolan Bundaran Hotel Indonesia (BHI). Dipikir-pikir, mestine bundaran plaza indonesia yo , Mas? hehehehehehe.
Gerombolan Nongkrong BHI
Sewaktu masih tinggal di kebon sirih akhir 90an dulu, kalo weekend emang enak nongkrong di seputaran bundaran HI ini. Kalo laper yah tinggal jalan dikit ke seputaran kebon kacang atau pindah venue ke sabang :)
Balik ke BHI, berawal dari nongkrong, terbentuk komunitas akhirnya komunitas tersebut saling sharing ide dan kegiatan. Salah satu contoh kegiatan sosial yang merupakan output dari kegiatan nongkrong yang awalnya ga jelas ini adalah sumbangan kambing untuk Bangsari. Selain itu juga kegiatan berbagi buku yang dinamakan gerakan 1000 buku, yang pada akhirnya malah berhasil mengumpulkan 3000an buku untuk disumbangkan.
Mas Bahtiar dari Gerombolan BHI
Pertanyaan yang muncul dari sini kalo catatan saya ga salah mengenai kok bisa komunitas blogger (apalagi orang-orang pengangguran) tapi bisa bikin acara sosial membiayain orang lain. Kemudian ada yang menanyakan model pengelolaan komunitas (dalam hal ini BHI) seperti apa. Juga soal kejenuhan ngeblog (ya ya every blogger has this issue including me) Apakah ada sponsornya? Yang paling saya ingat dari para penanya ini yang dari Ponorogo, Mas Pardi kalo ga salah ya? Dengan outfit tradisional ponorogo serba hitam lengkap dengan udeng hitamnya juga :) yah cuman minus kaos loreknya ajah sih :P
Balik ke pertanyaan sesi pertama, salah satu nilai lebih blogger dan komunitasnya adalah tulisan di blognya dan jaringan pembaca termasuk link exchange blognya itu sendiri. Jadi gak masalah misalnya saya atau Mas Bahtiar awalnya cuman pengangguran, luntang lantung nyari kerja. Tapi kami masih sempat memperhatikan lingkungan sekitar dan ‘curhat’ mengenai hal itu di blog. Pembaca blog saya kemudian menanggapi tulisan tersebut dengan berbagai reaksi. Tergerak dari dorongan sosial, ada yang nyumbang dana, ada yang nyumbang diri (maksudnya jadi pengurus, pengelola dll), nyumbang publikasi baik di media konvensional maupun via blognya sendiri. Sedikit-demi sedikit yang awalnya cuman uneg-uneg seorang pengangguran, berkat tulisan yang baik isinya (bukan kumpulan sampah demi mengejar ‘SEO’) jadilah satu kegiatan nyata yang bermakna dan tentu saja sangat berguna.
Contoh-contoh kegiatan sosial yang digalang para blogger dan komunitasnya ini bisa dibilang sangat banyak. Saya sendiri pernah ikut beberapa kegiatan komunitas Blogger Family (Blogfam), salah satu komunitas blogger ‘tua’ di Indonesia yang mulai ngumpul sejak tahun 2003-an (hehehe kalo ada tahun/tanggal/item yang salah mohon sesepuh blogfam mengkoreksi saya :P). Mulai dari pelatihan blog untuk ibu-ibu rumah tangga (karena mereka awalnya juga banyakan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, jadi saya brondong yang nyasar ke sana ^_^), kunjungan sosial Panti Jompo dan lain sebagainya. Komunitas Blogger Bandung (Batagor) dengan kegiatan rutinnya yang bertajuk Bebersih Bandung, komunitas Tugu Pahlawan Surabaya dengan Bakti Sosial Blogger Peduli Anak, Angingmammiri dengan kunjungan ke Panti Asuhan dan pelatihan-pelatihan ke sekolah. Belum lagi kegiatan-kegiatan para blogger dan komunitasnya untuk membantu bencana alam seperti banjir karawang beberapa minggu kemarin, tsunami Aceh, gempa Yogyakarta, gempa Tasikmalaya dan gempa di Padang. Mereka selain membantu dana/sumbangan tapi juga membantu penyebaran info dan mendorong solidaritas masyarakat untuk dapat turut memberikan bantuan.
Tak hanya kegiatan sosial, dari komunitas bloggerpun para anggotanya bisa mendapatkan benefit dari sisi material. Dari Blogfam (ya ya ya, saya officially attached ke Blogfam dan cuman freelancer di komunitas lain) contohnya telah lahir banyak penulis dengan jumlah karya yang banyak sekali. Baik itu menulis atas nama komunitas maupun personal masing-masing anggotanya. Mulai novel hingga buku bertema pendidikan. Komunitas AngingMammiri juga menghasilkan karya beberapa buku. Selain itu, dengan jaringan yang sudah terbentuk, blogger dan komunitasnya bisa jadi salah satu media/channel promosi produk yang baru. Banyak sekarang paid blogger yang bertugas melakukan review suatu produk dan kemudian menuliskan hasilnya di blog. Tingkat kunjungan blog yang tinggi pun bisa menjadi sumber uang dengan adanya iklan contohnya dari Google Ad-sense.
*phew, yak break dulu…. lanjut sharing session seri 2 :P*
Silakan baca juga liputan sebelumnya:

SOLO: Sharing Online Lan Offline Day #1 The Opening

Yak, setelah menghabiskan hampir 20jam untuk tidur (night driving Yogya-Jakarta via Jalur Selatan yang jalannya bopeng-bopeng penuh tikungan itu sangat menguras fisik dan psikis jendral) saatnya untuk nerusin laporan kegiatan SOLO: Sharing Online Lan Offline tanggal 5-6 Juni kemarin. Di mana? Tentu saja di Solo :)

Opo iku SOLO: Sharing Online Lan Offline?

SOLO: Sharing Online Lan OfflineJadi ini adalah acara yang digagas oleh teman-teman dari komunitas bengawan, komunitas blogger kota Solo. Disebut juga sebagai Jambore Blogger. Acara ini merupakan ajang ketemuan antara para narablog/blogger dari berbagai komunitas (walo belum seluruh indonesia) lebih dari 20 yang jelas. Paling barat yang saya tahu adalah komunitas blogger Pekanbaru, paling timur dari Angingmammiri.org, komunitas blogger kota Makassar & sekitarnya. Detil peserta silakan bertanya ke panitia karena saya sendiri boleh dibilang hanyalah party crasher, ga terikat komunitas manapun (selain blogfam dan geng maya id-gmail) yang tau-tau muncul di Solo :P

Back to topic, di acara SOLO ini dimaksudkan untuk mempertemukan para blogger dan pengguna aktif internet (seperti saya, juga sampeyan yang baca blog ini) dengan perwakilan masyarakat (dalam hal ini UKM) yang membutuhkan sarana internet dan telah menggunakannya untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. Jadi yang pengguna aktif itu diharapkan sharing gimana cara memberdayakan internet untuk berbagai hal, dari non pengguna aktif (dalam hal ini UKM) diharapkan akan mendapatkan celah bagaimana menggunakan media internet untuk meningkatkan industri mereka.

suasana registrasi

Dan pada akhirnya para pelaku industri UKM dan para pengguna addict internet ini dapat saling bersinergi, berkolaborasi. Kasarnya yang biasa narsis, berusaha eksis di internet lewat berbagai layanan (blog, facebook, twitter, plurk, mailing list, dll u name it) dapat menjadi media/perantara promosi dari bisnis-bisnis UKM yang ada. Pelaku UKM dapat lebih melebarkan jaringannya memanfaatkan media internet dan pelaku internet itu sendiri.

www.i-rara.com, perwakilan Angingmammiri.org, chairperson PB2010

wakil dari AM, chairperson PB2010

Cak Novri dari TPC Surabaya yang sadar kamera :)

suasana ruangan

Kalau saya hitung-hitung kemarin total kursi di ruangan ada 200an dengan formasi 5 meja dengan 4×10 deret kursi di belakang tiap meja. Jadi target acara sekitar 200 orang. Melihat banyak yang lesehan di dalam (termasuk saya yang ngider2 moto) plus di luar, target panitia dah tembus. Seperti disinggung di atas, peserta Jambore Blogger ini dihadiri oleh banyak pengusaha UKM yang berasal dari wilayah eks karesidenan Surakarta seperti dari Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar.

yak, penuh!! :)

Acarane opo wae?

Well, sekitar jam 8.30 acaranya diawali oleh tari kontemporer dari Solo Batik Festival. Outfit kostum penarinya keren-keren, salut sekali untuk desainernya.


Tari Kontemporer Batik Festival

Setelah tarian selesai, dilanjutkan dengan sambutan oleh ketua panitia. Mas Mursid yah kalo ga salah?

Karena Pak Walikota yang dijadwalkan memberikan sambutan setelahnya tidak dapat hadir, akhirnya beliau digantikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Bu Eny Tiyasni Susana (semoga saya ga salah menuliskan nama beliau ^_^ )

Abis itu saya ga tahu soale mesti keluar dari Graha Soloraya demi mencari battery AAA yang kebetulan out of stock. Buset deh, pagi-pagi belum ada toko buka. Nanya-nanya minimarket terdekat ga ada yang tahu. Nanya ke “rombong” yang saya temuin sepanjang jalan depan Beteng situ ga ada yang jual. Nyaris saja saya muterin benteng sebelum ikut nimbrung ngunduh asem bareng beberapa anak smp di sisi timur benteng. Hehehehehehe, dah lama ga ngemil asem langsung dari pohonnya gini. Dari mereka saya disarankan ke toserba/mall Luwes di pojokan prapatan kauman yang baru buka. Dapat deh battery n langsung balik ke Graha Soloraya. Solo masih jam 9nan gini dah gerah euy.

Sampai lokasi ternyata lagi, sekitar jam 9 lebih dikit, semua pada makan snack, wah saya ketinggalan banyak hal neh. Ternyata tidak juga hehehehehe karena acaranya mulai agak telat, jadi abis sambutan dari ketua panitia acara ya dilanjutin ngemil snack :) Doh lantai dah pliket deh penuh tumpahan teh/kopi :(

Plat-M

Break dulu, dilanjut di artikel berikutnya yah :)

Postingan terkait lainnya:

SOLO: Sharing Online Lan Offline Day #1 – Arrival

Setelah maksain agak speeding selepas Semarang, alhamdulillah akhirnya sampai juga di Solo dengan aman sentosa sebelum jam 3 pagi. Berarti masih ada waktu yang cukup untuk beristirahat. Untungnya venue acara ada di Jalan Slamet RIyadi yang kalo ga salah adalah salah satu urat nadi transportasi kota Solo. Jadi tinggal nyusurin ajah sekalian lihat-lihat ada budget hotel ga di sekitarnya.

Graha Soloraya terletak di ujung Jalan Slamet RIyadi, pas di perempatan atau tepatnya bunderan Gladag Kranton Solo. Pas samping gerbang keraton yah? Jadi flashback deh. Dulu pas SMP pernah studi tur ke Solo, bisnya parkir di semacam tanah lapang depan Masjid Agung. Kalau ga salah masuknya ya dari gerbang keraton ini :P Dekat pasar klewer, tujuan wisata ibu ma bibi kalo pas liburan, dari Magetan suka maen ke Solo.

Puter balik kembali menyusuri Slamet RIyadi ke arah barat ( arah salatiga/boyolali ). Wah pada tutup hotelnya dengan pagar terkunci. Hehehehe padahal kalo di Jakarta open 24 jam tuh. Karena hotel sekelas Ibis, Novotel, Sahid ga masuk budget plan kali ini, ya kepaksa nyari yang emang model bed & breakfast deh.

Akhirnya nemu Hotel Arini di ujung Slamet Riyadi dekat PLN Solo. Itupun nekat ajah mampir, berenti, ada satpam yang masih terjaga. Petugas lainnya pada tidur di lobi :P Yah untung bisa dapat 2 kamar kosong.  Langsung deh tepar molor. Ada waktu 4 jam untuk tidur, jam 9 nanti acara dah dimulai.

** ZzzZZzZzzZZzz **

Jam 9 di Graha Soloraya, masih sepi euy. Tapi ga berapa lama rombongan peserta dah datang. Ada yang kompakan pakai seragam, PLAT-M dari Madura. Ada anak-anak tugupahlawan, seorang yang aku lihat dari Malang, ada yang dari Depok dan Bekasi juga. Kalau dihitung kursi di ruangan ada sekitar 200an, dan bakal terisi penuh nih melihat animo pesertanya :)

Ya udah ngider-ngider dulu deh motret-motret sambil ngobrol-ngobrol :P

Btw, Slamet Riyadi ternyata one way dari arah barat ke timur mulai jam 6 s/d 22. Waduh, balik ke Arini nanti lewat mana yah? *summon google and map*

Postingan terkait lainnya: